Unlimited Love - Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (1)

Stanley Yan terus bicara sampai akhirnya menyadari bahwa sedari tadi Yesi Mo tidak menanggapinya sedikitpun. Ia lalu berhenti berbicara dan bertanya pada Yesi Mo dengan penasaran, “Presdir Mo, kamu kenapa?”

“Tidak apa-apa.”

Yesi Mo hanya menyunggingkan seulas senyum sambil menggeleng. Ia menyembunyikan kecurigaannya dalam hatinya dan berujar, “Tidak ada apa-apa, lanjutkan bicaramu.”

Stanley Yan mengangguk, tatapannya berubah menjadi sangat dalam, “Jadi, aku curiga aku sama sekali bukanlah Felix Lu. Aku hanya berganti identitas.”

“Kamu langsung curiga Vivian membohongimu hanya berdasarkan sebuah percakapan, bukankah ini terlalu tidak adil untuknya?”

Yang ingin Yesi Mo katakan sebenarnya sama sekali bukan seperti ini, namun kata-kata yang berada di ujung lidahnya tiba-tiba berubah.

Apakah ia harus memberitahu Stanley Yan bahwa ada kemungkinan dirinya adalah suaminya yang telah hilang jejak selama setengah tahun?

Jangan bilang pria itu bisa percaya atau tidak. Hanya dengan kalimat seperti ini, sangat mungkin Stanley Yan akan meragukan maksud hatinya.

Stanley Yan sama sekali tidak tahu semua yang dipikirkan Yesi Mo dalam benaknya ini, ia tersenyum getir dan berujar, “Aku tahu ini tidak adil untuknya, tapi aku tidak bisa mengontrol diriku sendiri untuk tidak memikirkannya. Aku adalah seseorang tanpa masa lalu, apa kamu bisa membayangkan betapa takut dan tidak tenangnya hati seseorang yang tidak memiliki masa lalu?”

“Aku bisa.” Yesi Mo menganggukkan kepalanya dengan mantap. Jawabannya membuat Stanley Yan merasa sedikit terkejut, namun ketidakpercayaan tertulis jelas dalam matanya.

“Tidak percaya?” Yesi Mo terkekeh, lalu tersenyum getir dan menggeleng, “Kalau kamu mau tahu, aku juga pernah kehilangan ingatanku. Aku bahkan hilang ingatan selama tiga tahun lebih. Lupa dengan suami sendiri, lupa kalau di dunia ini aku memiliki seorang putra, dan hampir saja berjalan memasuki pesta pernikahan dengan seorang pria asing yang terus membohongiku.”

“HA?” Mata Stanley Yan membelalak lebar-lebar, mulutnya tidak bisa terkatup untuk jeda waktu yang cukup lama.

“Sekarang kamu tahu bukan kenapa aku bisa mengerti perasaanmu?” Yesi Mo pun menghela napas dengan tidak berdaya. “Dibandingkan dengan tiga tahun yang aku alami, kamu yang baru kehilangan ingatan selama setengah tahun ini sama sekali bukan apa-apa.”

“Presdir Mo, maaf.”

Stanley Yan dapat menyadari dengan jelas suasana hati Yesi Mo yang terpuruk. Ini juga membuatnya merasa kehilangan semangatnya seperti tubuh yang kehilangan jiwanya.

“Tidak apa, lagipula semua itu sudah berlalu. Setelah aku dapat mengingat kembali semuanya, aku bisa kembali ke sisi suamiku dan putraku.” Yesi Mo kembali tersenyum, “Sebenarnya, langit masih berbaik hati padaku, bukan begitu?”

Stanley Yan mengangguk, hati kecilnya tiba-tiba merasa sangat iri dengan Yesi Mo. Ia iri dengan Yesi Mo yang setelah kehilangan ingatan ternyata tetap bisa kembali ke dirinya sendiri, iri dengan Yesi Mo yag tidak kehilangan dua orang terpenting dalam hidupnya karena hilang ingatan.

“Andai saja aku bisa mengingat semua kejadian yang dulu.” Stanley Yan menghela napas, “Dengan begitu, aku pasti bisa tahu sebenarnya siapa aku ini. Aku bisa tahu sebenarnya apa yang terjadi di masa laluku seperti yang dibicarakan Vivian, tahu bagaimana aku bisa berubah menjadi seperti ini.”

“Suatu hari nanti pasti kamu akan mendapatkan ingatanmu kembali.” Yesi Mo menyemangati Stanley Yan sambil menatapya, “Kalau begitu, apa rencanamu sekarang?”

“Aku ingin secepatnya tahu dengan jelas identitas asliku, ini sangat penting bagiku.” Ekspresi Stanley Yan sangat serius, nada bicaranya bahkan terdengar lebih serius dibandingkan sebelumnya.

“Apa aku perlu membantumu melakukan sesuatu? Mungkin aku bisa menyuruh orang untuk menyelidiki apakah ada orang yang hilang selama setengah tahun belakangan ini?” tanya Yesi Mo menyelidik.

“Untuk saat ini belum perlu, mari kita bicarakan lagi setelah aku bisa memastikan dengan benar apakah aku Felix Lu atau bukan. Mungkin suaraku yang asli bukanlah seperti yang sekarang. Mungkin terjadi sesuatu sebelum aku hilang ingatan yang menyebabkan suaraku berubah.”

“Baiklah kalau begitu, beritahu aku saja kalau kamu membutuhkan bantuan. Tidak perlu sungkan, aku pasti akan membantumu sekuat tenaga.” Yesi Mo mengangguk dan tersenyum pada Stanley Yan.

Walaupun ia curiga bahwa Felix Lu di hadapannya ini adalah Stanley Yan, namun Yesi Mo tidak ingin campur tangan. Terlebih lagi, ia tidak mau mengutarakan kecurigaannya. Ia tidak mau mengatakan tentang Stanley Yan.

Menurut pengamatannya, sekarang waktunya masih terlalu dini. Kalau Felix Lu memang benar adalah Stanley Yan, kalau Felix Lu benar-benar bisa memastikan apakah dirinya bukan Felix Lu yang seperti Vivian Luo katakan, walaupun Yesi Mo tidak mengatakan apa-apa, namun pria itu pasti akan mempertaruhkan nyawa untuk mencari masa lalu dan jati dirinya yang sebenarnya.

Setelah semua menjadi jelas nanti, secara alami pria itu akan bisa kembali menjadi pribadi sebelumnya.

Stanley Yan menatap Yesi Mo dengan terkejut, ia dapat dengan jelas merasakan niat tulus Yesi Mo yang ingin membantunya.

Ia bingung dan berhitung dengan sungguh-sungguh. Yesi Mo baru mengenalnya sebentar saja. Walaupun ia sekarang adalah asisten Yesi Mo, namun rasanya tidak sampai ke tahap dimana wanita itu akan begitu memperhatikannya. Terlebih lagi, ia masih mengatakan janji semacam itu.

“Kenapa?” tanya Yesi Mo penasaran.

“Tidak apa, aku hanya sedikit penasaran.”

“Penasaran kenapa aku mau membantumu seperti ini?” Tatapan Yesi Mo dapat langsung menembus lubuk hati Stanley Yan, dengan gamblang mengutarakan keraguan dalam hati pria itu. Tanpa menunggu Stanley Yan bicara, Yesi Mo lalu menjelaskan singkat, “Mungkin karena aku pernah mengalami hal yang sama denganmu, jadi aku bisa merasakan sama seperti apa yang kamu rasakan.”

“Presdir Mo, terima kasih.”

Melihat wajah Stanley Yan yang dipenuhi rasa syukur, Yesi Mo pun menggeleng dan sambil tersenyum berkata, “Sepertinya masih terlalu awal bagimu untuk mengucapkan terima kasih padaku sekarang, bukan? Aku bahkan belum membantu apapun.”

“Presdir telah banyak membantuku. Kalau bukan presdir yang mengijinkanku masuk ke kantor dan menjadi asistenmu, kalau bukan pagi itu kamu menyuruhku untuk segera pulang dan beristirahat di rumah, aku juga tidak mungkin bertemu dengan teman SMA Felix dulu dan juga tidak mungkin...”

“Sudah, sudah. Kalau kamu terus melanjutkannya, malam ini kita tidak ada waktu untuk istirahat. Sekarang sudah larut, pergilah tidur. Besok kita masih harus bekerja.”

Yesi Mo memotongnya dan menyuruhnya naik ke lantai atas sambil tersenyum.

“Presdir Mo juga cepatlah istirahat. Selamat malam.”

Stanley Yan mengangguk dan berpamitan dengan Yesi Mo, lalu beranjak naik ke lantai atas.

Yesi Mo duduk sebentar disitu, ia memutar kepalanya dan melihat sekilas ke arah lantai dua. Sudut matanya menyiratkan tawa yang samar. Ia mematikan televisi, bangkit berdiri, dan berjalan naik ke lantai atas.

Seorang pelayan wanita kebetulan saja lewat. Melihat Yesi Mo yang begitu awal naik ke atas, ia pun secara otomatis melihat jam yang tergantung di dinding. Baru jam 10 lewat sedikit. Seketika itu juga ia pun menjadi curiga dan bergumam, “Ada apa dengan nyonya muda hari ini? Kenapa tiba-tiba seawal ini naik ke atas? Apakah mungkin tuan muda sudah ketemu?”

Setiap malam Yesi Mo duduk di ruang tamu lantai bawah sampai tengah malam seperti sedang menunggu seseorang. Tindakannya ini sama sekali bukan rahasia di kediaman keluarga Yan.

Semua orang yang sudah lama di kediaman keluarga Yan tahu bahwa Yesi Mo sedang menunggu Stanley Yan. Melihat kebiasaan Yesi Mo yang tiba-tiba berubah, tidak mungkin kalau hatinya tidak bertanya-tanya.

Keesokan paginya, setelah Yesi Mo bangun, ia menyadari suasana di dalam rumah hari ini ada yang tidak tepat.

Sepertinya suasana hati semua orang sangat baik, semua orang tidak dapat menyembunyikan kesenangannya.

Setelah selesai makan, Yesi Mo berangkat kerja ke kantor. Jennie Bai juga membawa Stanley Yan ke kantor.

Di perjalanan, Yesi Mo yang penasaran pun bertanya pada pengawal yang menyetir, “Ada hal menggembirakan apa di rumah?”

“Nyonya muda, bukankah nyonya muda sendiri juga sudah tahu?”

Pengawal itu menatap Yesi Mo dengan tatapan penuh senyum dari kaca spion.

“Aku tahu?” Yesi Mo mengernyitkan dahi, dengan linglung ia bertanya, “Apa yang aku tahu?”

“Nyonya muda, nyonya muda benar-benar tidak tahu? Tidak mungkin.” Pengawal itu mengernyitkan dahi dengan ragu.

“Apa yang tidak mungkin?”

“Apakah nyonya muda belum menemukan keberadaan tuan muda? Kalau begitu, kenapa nyonya muda seamalam begitu cepat naik ke atas?”

Yesi Mo akhirnya mengerti apa yang terjadi setelah mendengar perkataan pengawal itu.

Ternyata karena alasan ini. Yesi Mo semakin merasa terharu saat tahu bahwa para bawahannya di rumah diam-diam semakin memahami dirinya.

Orang-orang di kediaman keluarga Yan ini sama sekali bukanlah anggota marga Yan, namun mereka senang dan sedih bersama. Apakah ada hal lain yang lebih menghangatkan hati dan lebih mengharukan daripada ini?

“Nyonya muda, sekarang tuan muda ada dimana? Apakah ia baik-baik saja? Apakah tubuhnya sehat-sehat saja?”

Pengawal itu melihat Yesi Mo yang terus tersenyum tapi tidak berkata apapun sehingga ia pun langsung menanyai beberapa hal mengenai Stanley Yan.

Yesi Mo tersenyum datar dan berkata, “Nanti kalian juga tahu.”

Melihat kekhawatiran pengawal itu, Yesi Mo pun kembali menambahkan, “Tenang, kondisinya cukup baik.”

Yesi Mo tidak menyangka bahwa hal ini akan tersebar begitu cepat, bahkan sampai ke telinga Marson Luo yang masih dalam perjalanan bisnisnya. Mobilnya belum juga sampai di kantor, namun telepon dari Marson Luo sudah masuk.

Begitu menerima panggilannya, Yesi Mo langsung bertanya apakah yang ingin ditanyakan oleh pria itu adalah mengenai kabar Stanley Yan. Yesi Mo kemudian mengulur waktu dan mengatakan tidak terlalu jelas jika dibicarakan melalui telepon. Marson Luo yang berada di ujung telepon sana langsung menjadi sangat bersemangat, sampai-sampai ia ingin langsung melepaskan pekerjaan yang ada di tangannya dan langsung bergegas kembali ke kota R.

Yesi Mo banyak mengatakan basa-basi, dan barulah akhirnya bisa menahan keinginan pria itu.

Saat masuk ke ruangan kantornya, Stanley Yan sudah menunggu di depan pintu.

Yesi Mo tidak langsung menyuruhnya bekerja, melainkan menyuruhnya mencari Jennie Bai. Ia menyuruh Jennie Bai untuk membawa Stanley Yan mengenal lebih akrab masing-masing divisi perusahaan, berkenalan dengan orang-orang, dan mengenali wajah mereka. Sekarang ia adalah asisten Yesi Mo, ke depannya kesempatan ia berinteraksi dengan masing-masing divisi di perusahaan akan sangat banyak. Kalau hal mendasar seperti ini saja tidak ia pahami dengan jelas, maka ini akan menjadi kerugian baginya untuk bisa berkembang dan akan menghambat pekerjaan karirnya.

Setelah akhirnya Stanley Yan menjadi akrab dengan masing-masing divisi dan bertemu tatap muka dengan setiap orang di departemen, waktu sudah menunjukkan hampir jam makan siang.

Melihat Stanley Yan mengetuk pintu dan masuk dengan wajah yang tenang namun matanya menyiratkan tatapan lelah, Yesi Mo pun tersenyum, “Bagaimana perasaanmu? Lelah?”

“Cukup baik.” jawab Stanley Yan datar. Ia lalu kembali menaikkan semangatnya dan bertanya, “Presdir Mo, apa aku perlu melakukan sesuatu?”

Yesi Mo mengangkat kepalanya untuk menatap jam yang tergantung di dinding kemudian menggeleng, “Tidak perlu, kamu pergi makan siang dulu saja.”

“Makan? Sedini ini? Sekarang bahkan belum sampai jam istirahat siang.”

Jam istirahat siang di kantor adalah jam 12 sampai jam dua siang. Sekarang baru jam 11 lewat 40 menit.

“Tidak masalah, hari ini adalah hari pertamamu bekerja. Ini adalah berkat yang diberikan kepada karyawan yang baru masuk kerja.” Yesi Mo tersenyum lalu mengusirnya keluar, “Pergi, pergi. Lagipula tidak ada yang bisa kamu kerjakan. Setelah selesai makan, carilah tempat untuk istirahat. Nanti sore akan sangat sibuk.”

Novel Terkait

Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu