Unlimited Love - Bab 92 Aku Tidak Setuju (1)

"Angie Qin, maafkan aku! Aku tahu waktu itu aku... "

Sara Xue berusaha menjelaskannya dengan berantakan, dia terlihat sangat kacau, Yesi Mo mengayunkan tangannya, "Kamu jangan mengatakan apa-apa sekarang, aku juga tidak ingin mendengarnya! Aku hanya ingin sendiri! "

Setelah berkata demikian Yesi Mo bangkit berdiri dan berjalan menuju ke kabin kapal. Sara Xue mengangguk, dia lalu berkata di belakang Yesi Mo, "Di dalam aku sudah menyiapkan pakaian bersih, kamu nanti jangan lupa bertukar baju! Jangan mengenakan pakaian yang basah itu terlalu lama! "

Yesi Mo tidak menanggapinya, dia masuk ke dalam kabin kapal dan menutup pintu, bayangan tubuhnya menghilang dari pandangan Sara Xue.

Sara Xue terus mengawasi pintu kabil kapal, dia merasa cemas.

Setelah berganti dengan pakaian kering, Yesi Mo duduk terdiam di sofa sambil menata ulang ingatannya yang teracak-acak.

Yang dia ingat tidak salah. Tapi karena ingatannya yang hilang cukup banyak, banyak sekali potongan ingatannya yang masih berantakan. Setengah jam kemudian, Yesi Mo baru selesai menata ingatannya dan mengingat semuanya, dia lantas bangkit berdiri dan berjalan keluar.

"Apa kamu tidak apa-apa, Angie Qin? Aku... "

Melihat Yesi Mo, Sara Xue bergegas berlari mendekat dan menatapnya dengan ragu.

"Sudahlah, jangan dibicarakan lagi! Yang sudah berlalu biarlah berlalu!" Yesi Mo memaksakan senyum, "Lagipula, aku sekarang adalah Yesi Mo, jangan pernah panggil aku Angie Qin lagi! "

"Kamu... "Sara Xue bingung menatap Yesi Mo, dia tidak mengerti apa maksud perkataannya, tapi dia mengangguk, "Baiklah! "

"Hari sudah mulai petang, ayo kita kembali ke dermaga! "Tatapan Yesi Mo perlahan menyapu ke langit yang mulai menjadi gelap, sambil berkata dengan lembut.

Sesampainya di pelabuhan, kedua orang itu turun dari kapal. Sara Xue bertanya padanya sekarang dia ingin pergi ke mana.

Yesi Mo menggigit bibirnya dan berkata, "Aku ingin pergi menemui Sandy!"

"Baiklah, aku akan menemanimu! "

Mendengar kabar Yesi Mo dan Sara Xue akan datang berkunjung, Nenek Yan merasa aneh, tapi dia tetap mempersilahkan mereka masuk.

"Nona Xue, Nona Mo, kenapa kalian bisa bersama? Apa kalian dulu pernah saling kenal? "

Nenek Yan menatap mereka dengan bingung lalu bertanya.

"Nek, dia... "Sara Xue baru akan mengatakan Yesi Mo adalah Angie Qin, istri Stanley Yan, ibu Sandy Yan, tapi mendadak Yesi Moa tertawa memotong perkataannya.

"Kami kenal belum lama, oh iya, Nenek Yan, apa Stanley Yan belum pulang? "

Yesi Mo berbasa-basi, sembarang menanyakan sesuatu.

Nenek Yan menggeleng, "Stanley dia berkata urusannya di Amerika belum selesai, dia masih akan berada di sana beberapa waktu lagi! "

"Begitu rupanya! Kami kira dia sudah pulang! "Yesi Mo tersenyum. Dia kemudian menoleh, melihat sekeliling lalu menyeritkan dahi, "Oh iya, kenapa aku tidak melihat Sandy cilik? "

"Sandy sedang sakit! Dia baru saja minum obat dan sedang beristirahat di kamarnya! "Kata Nenek Yan menjelaskan. Yesi Mo seketika merasa cemas, "Sakit? Bagaimana keadaannya? Apa ada masalah? Apa sakitnya parah? "

"Hanya masuk angin biasa, dan sedikit demam! Nenek kira dengan tidur dia akan sembuh dengan sendirinya! Nona Mo, kenapa kamu tiba-tiba begitu peduli terhadap Sandy cilik? "

Nenek Yan terus menatap Yesi Mo dengan bingung sambil bertanya demikian.

"Aku sangat menyukai Sandy, anak kecil ini, mendengar dia sedang sakit, aku merasa cemas! Nyonya besar, apa aku boleh menjenguknya?"

Yesi Mo kembali tenang dan bertanya sambil tersenyum.

"Boleh! Aku akan mengantar kalian ke atas! "

"Tidak perlu, kaki nenek tidak begitu kuat! Biarkan kepala pelayan saja yang mengantar kita naik! "Yesi Mo bangkit berdiri sambil mengisyaratkan Nenek Yan untuk tidak mengantar mereka, Nenek Yan mengangguk, dia kemudian berkata, "Baiklah, kepala pelayan, antar mereka berdua ke kamar tuan muda kecil! "

"Baiklah Nyonya Besar! "

Sesampainya di depan kamar Sandy, Yesi Mo dan Sara Xue masuk satu per satu, kepala pelayan mengikuti mereka dalam diam.

Melihat wajah Sandy yang terbaring di atas tempat tidurnya sedikit memerah, Yesi Mo seketika merasa tergerak hatinya, hatinya mendadak terasa tersayat.

Dia berjalan menuju ke tepian tempat tidur kemudian menjulurkan tangannya untuk membelai pipi Sandy, Yesi Mo merasa sangat bersalah, dia sudah tidak mampu lagi untuk mempertahankan aktingnya.

Kepala pelayan melihat semua ini dengan bigngung, sorot matanya menyapu.

Beberapa saat kemudian, Yesi Mo baru bangkit berdiri dan bertanya pada kepala pelayan mengenai keadaan Sandy, dia lantas menjulurkan tangannya lagi untuk membelai keningnya, memeriksa suhu tubuhnya, kali ini dia baru perlahan menghela nafas lega.

Kening Sandy sudah tidak lagi terasa panas. Obat yang dikonsumsinya berfungsi dengan baik, berhasil menurunkan demamnya.

Melihat wajahnya yang kekanak-kanakan, Yesi Mo tanpa sadar teringat kejadian sebulan yang lalu saat dia bertemu dengan Sandy untuk pertama kalinya, dia teringat Sandy yang memanggilnya ibu.

Membayangkan beberapa tahun ini Sandy tidak memiliki ibu, dan diejek oleh teman-teman sebayanya, Yesi Mo semakin merasa bersalah.

"Nona Yesi Mo, tuan muda kecil harus beristirahat! "

Menyadari dia di situ sudah sangat lama, dan Yesi Mo tidak menunjukan tanda-tanda akan beranjak pergi, kepala pelayan mengingatkannya dengan lembut.

"Baiklah! "Yesi Mo menarik tangannya dari wajah Sandy dengan berat hari, dia kemudian menggigit bibirnya dan berjalan keluar.

Kepala pelayan seakan melihat sesuatu dari wajah Yesi Mo, tapi pada akhirnya yang dia lihat hanyalah wajah datar dan tenang Yesi Mo.

Setelah berbasa-basi beberapa saat dengan Nenek Yan, Yesi Mo dan Sara Xue pamit undur diri. Di perjalanan pulang, Sara Xue bertanya dengan cemas, "Yesi Mo, apa kamu tidak apa-apa? "

"Tidak apa-apa! "Yesi Mo memaksakan sebuah senyum untuknya.

"Sungguh? "Sara Xue menaikan alis, "Tadi kenapa kamu tidak membiarkanku untuk memberitahu mereka kamu adalah... "

"Sekarang belum waktunya! "

"Belum waktunya? "

Melihat tatapan Sara Xue yang kebingungan, Yesi Mo mengangguk, "Hmph! Aku sekarang ingin bertemu dengan Stanley Yan terlebih dahulu, masalah yang lain, bisa dibicarakan nanti lagi! "

"Baiklah! "

Sesampainya di tempat tinggal mereka, Yesi Mo dan Sara Xue memesan tiket pesawat ke Amerika yang paling awal.

Beberapa belas jam kemudian, pesawat yang mereka tumpangi, mendarat di Washington Dulles International Airport.

Di tengah perjalanan menuju ke hotel tempat Stanley Yan menginap, Sara Xue mendapat sebuah telepon, dan dengan tergesa-gesa pergi.

Yesi Mo bergegas ke hotel, saat dia baru sampai di lobi, dari kejauhan dia melihat Stanley Yan sedang berjalan bersama dengan dua orang polisi, dengan borgol di kedua tangannya, wajahnya masih terlihat tenang.

Mendapati Yesi Mo berada di situ, wajah Stanley Yan yang tanpa ekspresi seketika dipenuhi dengan tanda tanya.

"Apa yang sedang terjadi? '

Yesi Mo berlari mendekat, dan menghalangi Stanley Yan di depannya, lalu sambil memelototi borgol di tangannya, bertanya.

"Kenapa kamu datang ke sini? "Stanley Yan bertanya tanpa menghiraukan pertanyaan Yesi Mo.

"Kamu tidak perlu memperdulikan kedatanganku ke sini, beri tahu aku terlebih dahulu kenapa kamu bisa seperti ini! "Yesi Mo menaikan alisnya dan bertanya.

"Felix sudah meninggal! "

Stanley Yan hanya menjawab dengan satu kalimat.

"Felix sudah mati? "Yesi Mo terbelalak, tidak bisa mempercayainya, dia masih ingin menanyakan pertanyaan lain padanya, tapi polisi sudah membawanya pergi, di waktu yang bersamaan, selain Stanley Yan, polisi itu juga memborgol dan membawa Mason Luo, Bella Lan, dan juga pengawal-pengawal yang mengikuti mereka.

Melihat mereka semua digiring masuk ke dalam mobil polisi, Yesi Mo menggigit bibirnya kuat-kuat, lalu berkata dengan pelan, "Stanley, aku tidak akan membiarkanmu seperti ini! "

Di tengah perjalanan dari hotel, yang pertama kali Yesi Mo lakukan adalah menyuruh pengawalnya untuk mencari tahu tentang Felix.

Sesampainya di rumahnya, Yesi Mo mendapatkan informasi lengkap mengenai kejadian itu.

Seminggu yang lalu, Felix dibuat terluka parah oleh orang suruhan Stanley Yan, sampai nyawanya dalam bahaya, setelah mendapat pertolongan, beberapa jam kemudian, dia berhasil diselamatkan.

Bekas lukanya juga perlahan menjadi stabil, kalau dilihat perkembangannya, luka-luka Felix seharusnya akan semakin membaik.

Tapi tidak tahu apa yang terjadi, beberapa hari ini luka Felix semakin bertambah parah, sampai-sampai dia harus beberapa kali dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.

Semalam, Felix tiba-tiba dikabarkan meninggal di ruang instalasi darurat, kabarnya, bekas lukanya terlalu parah, sehingga menimbulkan kerusakan organ tubuh.

Begitu Felix meninggal, pihak kepolisian langsung mengeluarkan surat perintah penangkapan, dan setelah itu, munculah Yesi Mo.

Sesuatu seperti ini terjadi, seseorang hanya bisa membayangkan betapa sulitnya ini.

Novel Terkait

The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu