Unlimited Love - Bab 74 Menjadi Ibu Untuknya (3)

“Ini” Rico Mu meragu sejenak, kemudian menganggukkan kepalanya, “Baiklah! Setelah aku menyelesaikan urusanku aku akan datang lagi mencarimu! Jika ada sesuatu ingat untuk meneleponku!”

Sebelum naik mobil, Rico Mu menyuruh pengawal untuk menjaga Yesi Mo dengan baik, jangan sampai terjadi apapun, kemudian kemudian melihat ke arah Yesi Mo yang duduk disisi jendela kafe sedang menatapnya kemudian menganggukkan kepalanya, dan langsung bergegas menuju hotel.

Yesi Mo duduk di sisi jendela, sambil meminum cappuccino, sambil memandang orang yang berlalu-lalang, sudut bibirnya tersenyum nyaman.

“Ibu!”

Tiba-tiba telinga Yesi Mo mendengar suara anak kecil yang familiar, saat membalikkan tubuhnya dia melihat Sandy Yan yang berada disisi mejanya mendongakkan kepala sambil tersenyum padanya, seketika dia berucap, “Pria kecil, kenapa kamu bisa berada disini?”

“Nenek buyut membawaku keluar untuk bermain! Ibu, apa kamu sedang menunggu seseorang?” dengan susah payah Sandy Yan menaiki sofa yang ada di hadapan Angie Qin kemudian tersenyum bertanya.

“Tidak, Ibu hanya lelah setelah berkeliling. Sedang beristirahat!” selesai berucap Yesi Mo menatap ke sekitarnya, “Nenek buyutmu dimana? Kenapa membiarkanmu sendirian?”

“Tadi aku diluar melihat Ibu jadi aku langsung kemari! Nenek buyut berjalan sangat lama, masih di belakang! Ibu, lihatlah, Nenek buyut sudah datang!” Sandy Yan menunjuk ke arah Nenek Yan dan pengurus rumah yang berjalan memasuki kafe dengan semangat, “Nenek buyut, kakek pengurus rumah, aku ada disini!”

Yesi Mo menatap ke arah yang dia tunjuk, terlihat seorang nenek dengan rambut yang memutih dan wajah yang terlihat lembut yang sedang dipapah oleh seseorang tua lainnya untuk berjalan perlahan.

Entah mengapa. Tiba-tiba benaknya merasakan sesuatu yang rumit untuk dijelaskan, dia merasa seperti pernah melihat nenek ini dan pengurus rumah yang ada di belakangnya di suatu tempat, namun bagaimanapun dia berpikir dia tidak bisa mengingatnya.

“Nona, maaf! Cucuku Sandy tidak mengganggumu kan?”

Nenek Yan tersenyum berjalan menghampirinya kemudian bertanya, Yesi Mo kembali tersadar kemudian tersenyum menggeleng, “Kamu terlalu sungkan, tidak mengganggu sama sekali!”

“Syukurlah jika tidak!” Nenek Yan tersenyum mengangguk, sambil terus menatap YesiMo, terlihat suati kilatan aneh dalam tatapannya dan suaranya juga terdengar sedikit bergetar. “Mirip, benar-benar sangat mirip!”

“Nenek, kamu sedang mengatakan apa?” Yesi Mo mengerutkan alisnya bertanya dengan penasaran.

“Benar! Nenek buyut, apa yang sedang kamu katakan?” Sandy Yan juga menatap Nenek Yan dengan penasaran.

Nenek Yan tersenyum kemudian duduk di samping Sandy Yan, mengulurkan tangannya mengusap kepala Sandy Yan, tersenyum pada Yesi Mo berucap, “Nona, aku mengatakan jika kamu sangat mirip dengan seseorang yang kukenal!”

“Maksudmu pasti ibunya anak ini kan?” Yesi Mo langsung membalasnya, tersenyum melihat Sandy Yan kemudian berucap, “Kamu bukanlah orang pertama yang mengatakan ini!”

“Oh? Benarkah? Siapa lagi yang pernah mengatakannya?”

Nenek Yan sengaja berpura-pura bodoh, Yesi Mo sedikit mengerutkan alisnya kemudian berucap, “Cucumu juga pernah mengucapkan hal yang sama dengan ucapanmu!”

“Benarkah? Jika kamu tidak mengatakannya aku benar-benar tidak tahu!” Nenek Yan terawa dengan senang.

“Maaf, aku masih ada sedikit urusan, mungkin harus pergi lebih dulu!” entah kenapa hati Yesi Mo merasa tegang, seketika bangkit berdiri melambaikan tangannya pada Sandy Yan.

“Ibu jangan pergi!” Sandy Yan melomat turun dari sofa dan menarik tangan Yesi Mo, memanyunkan bibirnya kemudian menggeleng padanya.

Nenek Yan yang berada di sampingnya tersenyum, “Nona, karena sudah bertemu anggap saja ini sebuah takdir. Untuk apa pergi dengan terburu-buru? Tidak ingin menemani orang tua ini untuk mengobrol?”

“Benar! Ibu, Sandy juga tidak ingin ibu pergi!”

Melihat Sandy Yan yang terlihat menyedihkan, enta kenapa hati Yesi Mo melunak dan duduk kembali, menganggukkan kepalanya, “Baiklah!”

Sandy Yan langsung melompat dengan senang, “Syukurlah, Ibu tidak jadi pergi!”

Melihatnya yang terlihat senang seketika kerutan di wajah Nenek Yan menyatu, tidak bisa menahan senyumannya, Yesi Mo juga tersenyum kecil.

“Pengurus rumah temani Tuan muda kecil untuk memilih apa yang ingin dia makan, aku akan menunggu kalian disini!”

“Tidak mau!” Sandy Yan langsung menggelenggkan kepalanya, Nenek Yan tersenyum bertanya, “Kenapa?”

“Aku takut ibu menghilang!” Sandy Yan menatap Yesi Mo sambil memanyunkan bibirnya.

“Anak bodoh, bagaimana mungkin! Cepat pergi!” Nenek Yan tersenyum mengusap rambutnya, “Nenek buyut tolong bantu aku mengawasi Ibu okay?”

“Iya iya!” Sandy Yan langsung menganggukkan kepalanya, berucap pada Yesi Mo, “Ibu, kamu harus menungguku!”

Pengurus rumah membawa Sandy Yan pergi, Nenek Yan langsung tersenyum meminta maaf, “Maaf! Sandy ini sejak kecil sudah kehilangan ibunya, tiba-tiba melihat seseorang yang mirip dengan ibunya, dia menjadi sedikit bersemangat!”

“Aku mengerti!” Yesi Mo menganggukkan kepala, kemudian bertanya, “Apa yang ingin dibicarakan Nenek denganku?”

“Sebenarnya juga bukan apa-apa!” Nenek Yan bertanya dengan sedikit bergurau, “Aku hanya ingin bertanya maukah kamu memiliki putra semenggemaskan seperti Sandy?”

Yesi Mo sedikit tertegun, raut wajahnya berubah, “Aku tidak mengerti apa maksudmu sebenarnya?”

“Maksudku adalah”

Novel Terkait

Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu