Unlimited Love - Bab 134 Menginginkan Uang Dan Lebih Menginginkan Nyawa (3)

Stanley Yan tersenyum dingin, “Jangan terlalu mengintimidasiku, aku menelaah perjanjian ini lebih dalam daripadamu. Sebelum Andrew menemukan Yesi dan Didi, perjanjian ini sama sekali tidak berlaku. Bahkan walaupun ia benar-benar menemukan mereka namun jika orang-orangku yang kesana tidak dapat melihat mereka, maka perjanjian ini tetap tidak ada gunanya.”

Asisten Andrew Ling termangu sesaat lalu mengangguk, “Baiklah, kamu boleh tetap tinggal disini sampai Direktur Ling mendapatkan kabar.”

Kompromi yang diberikan asisten Andrew Ling memang berada dalam perkiraan Stanley Yan. Setelah menunggu sebentar, kabar dari Andrew Ling yang ditunggu Stanley Yan tidak kunjung datang. Ia malah mendapat telepon dari orang yang menculik Yesi Mo dan Didi.

“Stanley Yan, bukan? Istri dan anakmu ada di tangan kamu, kami beri waktu satu jam untuk menyiapkan uang tunai sebanyak 20 milyar. Kalau tidak, kami tidak akan sungkan. Selain itu, kamu sama sekali tidak boleh memberitahu polisi. Kalau tidak, kami tidak bisa menjamin kamu dapat melihat mereka secara utuh.”

“20 milyar adalah jumlah yang terlalu banyak. Sekarang sudah malam, waktu satu jam yang kalian berikan sama sekali tidak cukup.”

Stanley Yan ingin mengulur waktu untuk memberikan Andrew Ling sedikit waktu agar bisa menemukan keberadaan Yesi Mo dan Didi.

“Itu urusanmu.”

Lawan bicaranya lalu menutup telepon. Stanley Yan menarik napas dalam, lalu berdiri dan berjalan keluar.

“Kak, kamu mau kemana?”

“Mengumpulkan uang.” Saat Stanley Yan sudah berjalan sampai di depan pintu, ia kembali menoleh dan berkata pada Jennie Bai. Ia lalu menatap asisten Andrew Ling, “Sudah dengar semuanya, bukan? Beritahu Andrew untuk mempercepat gerakannya, atau ia tidak akan mendapatkan apapun.”

Waktu satu jam dengan begitu cepat tiba. Stanley Yan sudah mengumpulkan uang 20 milyar yang diinginkan penculik. Ia duduk diam di sofa ruang tamu kediaman Yan untuk menunggu kabar.

Telepon dari penculik itu datang dengan sangat tepat waktu, ia menyuruh Stanley Yan untuk datang ke sebuah jalan umum seorang diri sambil membawa uangnya.

Saat Stanley Yan hampir sampai di tempat perjanjian, kabar dari Andrew Ling belum juga datang. Hati Stanley Yan seolah tenggelam sampai ke dasar saat itu juga, ia sangat amat tidak menyangka ternyata Andrew Ling sebegitu tidak dapat diandalkan.

Saat Stanley Yan sedang mencari-cari ke sekeliling, ponselnya kembali berdering.

“Tuan Yan, kamu sangat tidak jujur, ya. Apa kamu benar-benar berpikir bahwa kami tidak memiliki nyali untuk mencelakai istri dan anakmu? Tidak disangka kamu masih membawa orang lain datang?”

“Aku tidak mengerti apa yang kalian katakan, aku sama sekali tidak membawa orang.” tanya Stanley Yan sambil mengerutkan dahi.

“Tidak membawa orang? Kalau begitu beritahu aku siapa pasangan yang ada di sebelah kirimu, lalu siapa tukang bersih-bersih yang ada di samping tong sampah di sebelah kananmu?”

“Mereka?” Stanley Yan memutar kepalanya untuk melihat sekilas. Benar saja, ia menyadari ketiga orang yang disebutkan oleh lawan bicaranya itu memang sedikit mencurigakan. Sepertinya mereka semua mengenakan earphone.

Stanley Yan terkejut dalam hati: apakah mungkin para polisi?

“Jangan khawatir, sekarang juga aku akan mengusir mereka.”

Setelah Stanley Yan menutup telepon, ia langsung menelepon kepala polisi. Setelah Stanley Yan bersikeras, akhirnya polisi membubarkan personel-personel mereka.

“Boleh juga. Sekarang, kamu naik taksi dan pergi ke Jiangpu. Sesampainya disana, aku akan memberimu instruksi lebih lanjut.”

Penculik itu kembali menelepon Stanley Yan beberapa menit setelah polisi itu pergi.

Stanley Yan mengiyakan singkat. Ia mencegat sebuah taksi untuk segera melaju ke Jiangpu sesuai instruksi penculik itu.

Saat ia melewati jembatan utama Jiangpu, penculik itu kembali menelepon Stanley Yan dan menyuruhnya turun di tengah jembatan.

Stanley Yan berdiri diatas jembatan, melihat air sungai yang bergulung-gulung membuat kegelisahannya semakin membara.

Sudah lima jam berlalu semenjak Yesi Mo dan Didi diculik. Sampai sekarang, ia tidak tahu sama sekali bagaimana keadaan mereka.

Setelah menunggu selama sepuluh menit, penculik itu kembali menelepon dan menyuruh Stanley Yan untuk melemparkan koper berisi uang itu ke bawah jembatan.

“Setelah kami menerima uangnya, kami baru akan melepaskan istri dan anakmu.”

“Bagaimana aku bisa tahu kalian tidak akan membohongiku?” tanya Stanley Yan dengan dingin.

“Sekarang kamu tidak memiliki pilihan lain. Kalau kamu tidak bertindak sesuai perkataanku, sekarang juga aku akan membunuh putramu. Kamu percaya, tidak?”

Selesai bicara, terdengar jeritan tangis Didi dari ujung telepon. Ia memanggil-manggil ayahnya, dan jeritan ini membuat hati Stanley Yan sangat gelisah.

Stanley Yan menggertakkan gigi, lalu tangannya melemparkan koper itu ke bawah.

“Sangat bagus. Sekarang pulang dan tunggulah. Kami akan mengantarkan mereka kembali padamu dalam dua jam.”

Setelah telepon itu diputus, Stanley Yan menemukan sebuah nomor. Baru saja ia mau menelepon, telepon dari asisten Andrew Ling pun datang. Ia melaporkan sebuah alamat yang sama sekali tidak terpikirkan oleh Stanley Yan, yaitu alamat sekolah taman kanak-kanak tempat Didi belajar.

Setelah telepon terputus, seketika itu juga Marson Luo meneleponnya.

“Tuan, posisi mereka sudah ditemukan. Mereka ada di taman kanak-kanak tempat tuan muda kecil sekolah. Aku sudah menyuruh orang kesana. Mereka pasti bisa sampai dalam waktu 15 menit.”

“Suruh mereka berhati-hati agar jangan sampai ketahuan oleh pihak penculik. Selain itu, beritahu polisi dan suruh mereka untuk mengutus tim SWAT. Tidak peduli berapapun harga yang harus dibayar, mereka harus bisa menjamin keselamatan istri dan anakku. Sekarang juga aku pergi kesana.”

Setelah menutup telepon, Stanley Yan mencegat sebuah mobil dan langsung melesat pergi menuju sekolah taman kanak-kanak tempat Didi belajar.

Sekolah taman kanak-kanak tempat Didi belajar terletak di lantai atas sebuah bangunan tinggi di samping sungai. Kaki dan tangan Yesi Mo dan Didi diikat, mulut mereka disumpal dengan kain, dan mereka digeletakkan begitu saja diatas lantai sebuah ruangan.

Beberapa laki-laki di samping mereka sedang bermain kartu. Seorang pria duduk di kursi yang ada di belakang ruangan dan mengasah kukunya dengan sebuah pisau belati, di belakangnya berdiri seorang pria yang bertubuh kurus nan tinggi dengan bekas luka di wajahnya.

“Tetua, ada kabar dari pengecut itu. Uangnya sudah kita dapatkan. Bukankah sekarang kita bisa bertindak pada mereka lalu segera kabur?”

“Tidak perlu terburu-buru.” Tetua yang sedang mengasah kukunya itu tersenyum sambil menggeleng, “Hal yang diperintahkan majikan bahkan belum kita lakukan. Tunggu sampai pria itu datang, lalu kita membunuh anak dan istrinya di hadapannya, baru kabur juga masih keburu.”

“Tapi, apakah cara ini tidak terlalu berbahaya?”

“Bahaya? Selama bertahun-tahun ini kita memang membunuh orang, kapan salah satu dari aksi kita tidak berbahaya? Jangan lupa, bayaran kali ini sampai 600 milyar. Andai kata ada salah satu dari kita yang tidak beruntung dan harus tertahan disini, uang ini juga cukup bagi keluarga kita untuk hidup makmur dan bahagia selama beberapa generasi. Tidak ada kerugian dalam transaksi ini. Lagipula, bukankah kita sudah mempersiapkan jalan kaburnya dengan baik?”

“Maksud tetua adalah asuransi orang kaya. Demi uang sebanyak itu, kita pantas bertaruh dalam bahaya.”

Tepat pada saat itu, orang berkepala botak dari salah satu yang sedang bermain kartu tertawa terkekeh.

Mendengar mereka yang bukan hanya ingin membunuh dirinya dan Didi namun juga ingin menghabisi Stanley Yan, Yesi Mo pun memejamkan matanya dengan putus asa.

Dari percakapan mereka, Yesi Mo sudah tahu bahwa mereka adalah orang yang tidak mempedulikan nyawanya sendiri dalam melakukan kejahatan. Mereka akan melakukan apapun juga demi uang.

Jangankan 600 milyar, walaupun hanya 60 milyar atau 6 milyar saja, mereka pasti tidak akan ragu sedikitpun untuk bertindak.

Yesi Mo sekarang sangat berharap Stanley Yan tidak akan menemukan tempat ini, jangan sampai ia mati sia-sia. Tapi semua ini sama sekali tidak bisa Yesi Mo tentukan sendiri, semua hanya dapat melihat takdir langit.

Novel Terkait

My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu