Unlimited Love - Bab 142 Tidak Peduli Akan Apapun Juga Untuk Melindunginya (1)
“Kakak ipar.”
Saat Jennie Bai masuk, Yesi Mo sedang membaca sebuah berkas penting yang sedang dipegangnya.
Mendengar Jennie Bai memanggilnya ‘kakak ipar’, Yesi Mo pun tahu kedatangannya pasti bukanlah untuk urusan pekerjaan. Ia langsung mengangkat kepalanya seketika itu juga dan tersenyum menatapnya, “Apapun masalahnya, tunggu sampai aku selesai membaca berkas ini baru kita bicara.”
“Kakak ipar, bacalah pelan-pelan. Tidak usah terburu-buru.” Jennie Bai berlari ke arah sofa yang ada di samping. Ia lalu duduk disana dan mengeluarkan ponselnya, terlihat sangat santai dan bibirnya masih mendengus kecil.
Selesai membaca dokumen itu, Yesi Mo pun berjalan menghampiri lalu berujar dengan nada setengah bercanda, “Jennie, apa kamu tidak takut aku hukum karena main ponsel sesantai ini di hadapanku saat jam kerja?”
“Kakak ipar tidak mungkin seperti itu.” Jennie Bai tersenyum sambil memasukkan kembali ponselnya, lalu menatap Yesi Mo dengan penuh percaya diri.
“Siapa yang bilang aku tidak bisa berbuat seperti itu? Jangan lupa peraturan di perusahaan kita bahwa kalau bermain ponsel di jam kerja, akan didenda sebesar 100 ribu. Tidak perlu kuberitahu apa yang seharusnya kamu lakukan sekarang, bukan?”
“Cuma 100 ribu saja, ini...” Jennie Bai mengeluarkan dompetnya lalu menarik secarik kertas bergambarkan Kakek Mao dan menyerahkannya ke hadapan Yesi Mo, “Tidak perlu kembalian.”
“Kudengar dari Marson, kamu ini orangnya sangat pelit. Kenapa tiba-tiba hari ini berubah menjadi begitu berbesar hati?”
Yesi Mo meraih secarik kertas yang disodorkan Jennie Bai dan bertanya dengan penasaran.
“Suasana hati si nona satu ini sedang bagus hari ini.” Jennie Bai mengerjapkan matanya pada Yesi Mo dengan senyum yang memenuhi wajahnya, “Kakak ipar, seharusnya hari ini suasana hatimu juga sangat bagus, bukan?”
“Kamu juga bisa menebaknya?” Yesi Mo setengah berbaring diatas sofa, tidak bisa menahan tawanya yang lepas.
“Aku bisa membaca masa depan. Aku bukan hanya tahu kalau suasana hati kakak ipar hari ini sedang bagus, aku juga tahu kenapa suasana hati kakak ipar bisa sebaik ini hari ini.” Jennie Bai mengerjapkan mata dan menggodanya, “Kakak ipar, mau tidak aku bantu hitungkan?”
“Begitu? Bagaimana aku bisa tidak tahu?” Yesi Mo tersenyum sambil menggeleng, “Baiklah, aku akan memberimu satu kesempatan. Kalau kamu bisa menghitungnya dengan tepat, malam ini aku akan mentraktirmu makan mewah.”
“Janji, ya.” Melihat Yesi Mo mengangguk, Jennie Bai kemudian memejamkan matanya dan berpura-pura seperti sedang meramal. Ia menggerakkan jemari tangannya dan mulutnya menggumamkan entah mantra apa yang tidak jelas. Dari awal sampai akhir, ia tidak membuka matanya.
Yesi Mo menunggu cukup lama dan akhirnya tidak sabar lagi. Ia bertanya pada Jennie Bai apakah ia sudah selesai meramal atau belum, dan barulah kali ini Jennie Bai menurunkan jemari tangannya yang sedari tadi bergerak tidak jelas. Ia membuka matanya perlahan dan mengulaskan senyum tipis pada Yesi Mo, “Aku sudah menghitungnya. Tapi aku mau katakan sesuatu dulu padamu, aku tidak mau makan makanan yang ada di pinggir jalan. Aku mau makanan mewah ala Perancis.”
“Boleh, asalkan kamu bisa menebaknya dengan tepat. Bahkan kalau kamu ingin kita pergi ke Peranics, aku akan langsung membawamu naik pesawat kesana.”
Yesi Mo tentu saja tidak mempercayai bualan Jennie Bai, memannya ia masih belum cukup mengerti wanita itu? Gadis ini sama sekali tidak perlu diragukan dalam berpura-pura bodoh dan berpura-pura imut, namun menghitung nasib? Haha. Ia tidak mungkin memiliki kemampuan seperti ini sepanjang hidupnya.
“Tidak perlu sampai naik pesawat ke Perancis, buang waktu dan tenaga. Itu terlalu melelahkan, aku tidak sanggup tersiksa seperti itu.”
“Baiklah, baiklah. Jangan basa-basi lagi, ayo cepat katakan. Kalau sampai kamu salah, aku akan menghukummu.” ucap Yesi Mo dengan nada setengah bercanda.
“Baiklah, aku akan mengatakannya. Hari ini, suasana hati kakak ipar baik karena seseorang. Seorang pria.” Jennie Bai menatap Yesi Mo dengan penuh percaya diri, lalu bertanya, “Bagaimana, kakak ipar? Apakah perhitunganku betul?”
” “Lumayan juga, coba jelaskan dengan lebih detail.”
Yesi Mo tersenyum dengan senang, membuat Jennie Bai merasa seperti mendapatkan dukungan. Senyum di wajahnya semakin merekah lebar.
“Pria ini sangat hebat dan juga berhubungan sangat erat dengan kakakku. Yang lebih penting, pria ini akan sangat sering muncul di samping kakak ipar untuk ke depannya. Aku sudah mengatakannya dengan sangat jelas, bukan? Kakak ipar, tentu aku tidak perlu melanjutkannya lagi?”
“Maksudmu Felix? Bagaimana kamu tahu kalau ia sudah menjadi asistenku? Kamu barusan mencuri dengar dari luar pintu?” Yesi Mo mengernyitkan alisnya. Seperti ada sesuatu yang terlintas, ia tiba-tiba menggelengkan kepalanya, “Seharusnya tidak. Kamu datang setelah berselang cukup lama dari kepergian mereka.”
“Curi dengar apanya. Aku akan mengatakan yang sesungguhnya. Felix tidak lolos tahap wawancara, akulah yang bersikeras untuk menyelipkan CV-nya kepada divisi personalia dan Manajer Cao. Kalau tidak, kakak ipar pasti akan melewatkannya.”
Jennie Bai merekahkan senyum dengan bangga, sedangkan kekelaman malah memenuhi benak Yesi Mo.
Seharusnya untuk urusan semacam mencari asisten bagi Yesi Mo, Marson Luo selaku kepala manajer pasti akan mencarikannya sendiri. Sehebat apapun, Felix Lu bisa saja disingkirkan. Ia sama sekali tidak mungkin bisa melewati tahap wawancara itu.
Sebelumnya saat ia bertemu dengan Felix Lu, Yesi Mo merasa aneh dalam hati. Ia mengira kemampuan Felix Lu telah menggerakkan hati Marson Luo. Sekarang ia baru menyadari kalau perkaranya sama sekali bukan seperti itu. Semua ini adalah ulah Jennie Bai yang ada di hadapannya.
“Boleh juga, ternyata kamu dapat memperhitungkanku dengan baik.”
Yesi Mo tidak tahu apa yang sebaiknya ia katakan tentang Jennie Bai. Sebenarnya, ia juga tidak ingin memakai Felix Lu. Tapi diantara beberapa kandidat yang dicari oleh Manajer Cao dan divisi personalia kali ini, Felix Lu yang dinilai paling cocok dari berbagai aspek. Ditambah dengan suara dan postur punggung pria itu yang terlihat saat ia beranjak pergi. Saat itu, kepala Yesi Mo terasa panas dan tanpa sadar ia pun langsung memilihnya.
Setelah semua ini berlalu, ia sebenarnya sedikit menyesal. Tapi kata-katanya sudah terucap, menyesal juga tidak ada gunanya.
Ia sebagai direktur tidak bisa menarik kembali keputusannya, bukan? Bagaimana Manajer Cao dan divisi personalia melihatnya karena masalah ini? Bagaimana seluruh pegawai kantor melihatnya?
Yang lebih penting adalah Yesi Mo tidak ingin membuat orang lain merasa ia mencampur-adukkan perasaan pribadinya terhadap pekerjaan. Ia sama sekali tidak ingin meninggalkan kesan buruk pada satu orang pun di luar sana bahwa penanggung jawab keluarga Yan sementara ini tidak adil.
Setelah berpikir matang-matang, Yesi Mo akhirnya memutuskan untuk tetap tidak menarik kembali keputusannya.
Jennie Bai menatap Yesi Mo dengan wajah bersalah, “Kakak ipar, bagaimana mungkin aku berani membuat perhitungan denganmu! Aku ini sedang membantumu. Bukankah hari itu kamu berkata bahwa ada kemungkinan Felix adalah kakak? Yang kulakukan sekarang ini adalah merebut kesempatan dan memberikannya kepadamu. Aku membuatnya tinggal di sisimu supaya kamu bisa memperhatikannya dengan seksama. Mungkin saja secepatnya kamu dapat menentukan apakah ia adalah kakakku atau bukan.”
“Bukan ia.” Yesi Mo menggeleng sambil tersenyum getir.
“Bagaimana mungkin bukan ia? Kakak ipar, apakah mungkin kamu salah? Apakah waktu itu aku salah mendengar?” Jennie Bai menatap Yesi Mo dengan tatapan tidak mengerti.
“Aku tidak salah, kamu juga tidak salah mendengar. Ia bukan Stanley, ia hanya seorang Felix Lu. Hanya saja, suara dan postur punggungnya sangat menyerupai Stanley.”
Yesi Mo menghela napas, tersirat kekecewaan pada wajahnya. Tapi dengan segera rautnya kembali seperti biasa.
Sebenarnya saat ia melihat berkas Felix Lu, Yesi Mo merasa sangat sedih.
Langit memberikannya harapan, namun juga kembali membuatnya terjerumus dalam kekecewaan yang sama seperti sedang mempermainkannya.
Kontradiksi yang sangat kuat semacam itu membuat benak Yesi Mo sama sekali tidak dapat menerimanya untuk sesaat.
Kalau bukan karena begitu banyaknya badai permasalahan yang ia alami selama setengah tahun ini di Amerika, belum tentu sampai sekarang Yesi Mo bisa menyesuaikan kondisinya untuk menjadi wajar.
Jennie Bai dapat menyadari dengan jelas bahwa Yesi Mo tidak sedang bercanda. Ia pun segera bangkit berdiri dan dengan wajah penuh bersalah menundukkan kepala kepada Yesi Mo, “Kakak ipar, maaf. Aku salah, hukumlah aku.”
“Perkara ini memang sebenarnya kamu yang kebetulan membuat hasilnya seperti ini, ternyata malah membuat kesalahan yang tak termaafkan seperti ini. Memang kamu harus dihukum. Biar kupikirkan bagaimana sebaiknya aku menghukummu.”
Yesi Mo mengernyitkan alisnya dengan ketat, raut wajahnya terlihat sedang berpikir keras. Melihat itu, Jennie Bai pun terkejut ketakutan dan langsung berujar, “Direktur, asalkan kamu tidak mengusirku dari kantor, apapun hukumannya akan kuterima.”
“Kamu yang bilang begitu, ya.” Yesi Mo mengangkat kepalanya untuk menatap wajah Jennie Bai, lalu mengangguk. “Begini saja, kalau begitu kamu akan kuhukum...”
Hati Jennie Bai seolah langsung melompat dari kerongkongannya. Ia menatap wajah Yesi Mo yang serius dengan sangat hati-hati, seperti sedang berada di ujung tanduk.
“Malam nanti temani aku makan malam ala Perancis.”
Selesai berujar, Yesi Mo pun melepas tawa. Barulah saat itu Jennie Bai dapat menghela napas dengan lega. Dengan raut seperti tidak berani mempercayainya, ia pun bertanya, “Direktur, aku tidak salah dengar, bukan? Aku telah melakukan kesalahan tapi kamu tidak menghukumku dan malah mentraktirku makan mewah ala Perancis?”
“Siapa bilang aku tidak menghukummu? Apa kamu tidak mendengarnya dengan jelas? Aku sudah menghukummu untuk menemaniku makan. Kenapa? Kamu masih tidak menerimanya? Kalau begitu begini saja, aku menghukummu untuk makan dua porsi setiap kali kamu makan siang selama satu bulan ini. Kamu juga harus makan dua buah buah-buahan. Selama jam kerja, selain ke toilet, kamu hanya boleh berada di kursi kantormu saja.”
Mendengar hal ini, Jennie Bai pun ketakutan hingga wajahnya memutih. Ia langsung mengakui kesalahannya, “Kakak ipar, aku bersalah. Jangan begitu, ampunilah aku. Kalau selama satu bulan aku seperti itu, setidaknya berat badanku akan bertambah 15 kilo. Kalau begitu, pria mana yang masih mau melihatku?”
“Seperti itu juga tidak mau? Kalau begitu, sebenarnya maumu seperti apa?”
Yesi Mo tersenyum manis dan kembali menggulirkan bola matanya pada Jennie Bai. Jennie Bai pun menekuk wajahnya dan berkata, “Seperti yang kakak ipar katakan sebelumnya saja. Malam ini, aku menemani kakak ipar makan mewah ala Perancis.”
“Barusan siapa yang tidak senang hati, ya? Apakah aku berhalusinasi?” goda Yesi Mo sambil menatap Jennie Bai.
“Pasti kakak ipar yang berhalusinasi. Masalah ini kita putuskan seperti ini saja, aku akan kembali bekerja.”
Selesai berujar, Jennie Bai langsung berlari kabut. Pandangan Yesi Mo mengiringi punggungnya yang menjauh dengan tawa. Kesadarannya baru kembali perlahan setelah cukup lama. Jennie Bai ini terlalu menggemaskan.
Sesaat sebelum waktu pulang kerja, Jennie Bai pun menghampiri Yesi Mo. Mereka berdua membereskan barang-barang mereka lalu meninggalkan kantor, mencari sebuah restoran menengah ala Perancis dan duduk di dalam.
“Pesan saja apa yang ingin kamu makan, tidak perlu sungkan.”
Novel Terkait
My Tough Bodyguard
Crystal SongMy Only One
Alice SongMy Secret Love
Fang FangAdieu
Shi QiSi Menantu Buta
DeddyYou're My Savior
Shella NaviUnlimited Love×
- Bab 1 Pernikahan
- Bab 2 Dinikahi Orang Tolol Juga Bukan Hal yang Buruk
- Bab 3 Dia Telah Membohongi Semua Orang
- Bab 4 Merasakan Kelembutannya
- Bab 5 Teh Penghormatan Dari Menantu
- Bab 6 Tamu Tak Diundang
- Bab 7 Istri, Aku Datang Melindungimu!
- Bab 8 Dengan Kelembutanmu, Hangatkan Hatiku
- Bab 9 Apakah Karena Cinta?
- Bab 10 Pemilik Cheongsam Sesungguhnya
- Bab 11 Semua Penuh Jebakan
- Bab 12 Menjenguk Katty Yun
- Bab 13 Katty Yun Mengakui Kesalahan
- Bab 14 Aku Masih Belum Siap
- Bab 15 Karena Cinta
- Bab 16 Membawa Masalah Pada Diri Sendiri
- Bab 17 Sebenarnya Apa Itu Kebenaran?
- Bab 18 Kemarahan Stanley Yan
- Bab 19 Menghinanya Karena Dia Bodoh?
- Bab 20 Menerima Hukuman
- Bab 21 Apakah Aku Memaksamu?
- Bab 22 Gawat, Sungguh Memalukan
- Bab 23 Robin Xiao Datang Berkunjung
- Bab 24 Tidak Ada Rahasia Di Hadapannya
- Bab 25 Tidak Dapat Menghindarinya
- Bab 26 Dia Sudah Gila
- Bab 27 Siapapun Tidak Boleh Menyentuh Wanitaku!
- Bab 28 Supnya Bermasalah
- Bab 29 Untuk Apa Dia Datang?
- Bab 30 Stanley Yan, kamu itu koruptor!
- Bab 31 Temani Aku Semalam Maka Dianggap Selesai
- Bab 32 Permusuhan
- Bab 33 Aku Mencintainya Melebihi Segalanya
- Bab 34 Meninggalkan Rumah Keluarga Yan
- Bab 35 Tidak, Jangan Mendekat!
- Bab 36 Hati Yang Teramat Gelisah (1)
- Bab 36 Hati Yang Teramat Gelisah (2)
- Bab 37 Dia Pergi, Aku Juga Pergi! (1)
- Bab 37 Dia Pergi, Aku Juga Pergi! (2)
- Bab 38 Stanley Yang Cinta Mati Kepada Istrinya (1)
- Bab 38 Stanley Yang Cinta Mati Kepada Istrinya (2)
- Bab 39 Jangan Mencari Perhatian Istriku (1)
- Bab 39 Jangan Mencari Perhatian Istriku (2)
- Bab 40 Bertamu Ke Rumah Robin Xiao (1)
- Bab 40 Bertamu Ke Rumah Robin Xiao (2)
- Bab 41 Meraih Bintang Memberikannya Untukmu (1)
- Bab 41 Meraih Bintang Memberikannya Untukmu (2)
- Bab 42 Kamu Bisa-Bisanya Memperlakukanku Seperti Itu! (1)
- Bab 42 Kamu Bisa-Bisanya Memperlakukanku Seperti Itu! (2)
- Bab 43 Mereka Tinggal Bersama Sepanjang Malam (1)
- Bab 43 Mereka Tinggal Bersama Sepanjang Malam (2)
- Bab 44 Kecewa Pada Stanley Yan (1)
- Bab 44 Kecewa Pada Stanley Yan (2)
- Bab 45 Siapa Yang Istrimu? Lepaskan! (1)
- Bab 45 Siapa Yang Istrimu? Lepaskan! (2)
- Bab 46 Aku Tidak Punya Teman Seperti Kamu (1)
- Bab 46 Aku Tidak Punya Teman Seperti Kamu (2)
- Bab 47 Tidakkah Pria, Akan Tahu Jika Sudah Mencoba? (1)
- Bab 47 Tidakkah Pria, Akan Tahu Jika Sudah Mencoba? (2)
- Bab 48 Kemarahan (1)
- Bab 48 Kemarahan (2)
- Bab 49 Konflik Pecah (1)
- Bab 49 Konflik Pecah (2)
- Bab 49 Konflik Pecah (3)
- Bab 50 Suka? Ambil Saja Untukmu! (1)
- Bab 50 Suka? Ambil Saja Untukmu! (2)
- Bab 51 Buku Nikah (1)
- Bab 51 Buku Nikah (2)
- Bab 51 Buku Nikah (3)
- Bab 52 Menjadi seorang ayah! (1)
- Bab 52 Menjadi seorang ayah! (2)
- Bab 52 Menjadi seorang ayah! (3)
- Bab 53 Berada Dalam Berkah Tapi Tidak Merasa Berkah (1)
- Bab 53 Berada Dalam Berkah Tapi Tidak Merasa Berkah (2)
- Bab 53 Berada Dalam Berkah Tapi Tidak Merasa Berkah (3)
- Bab 54 Biarkan dia tidak pernah kembali (1)
- Bab 54 Biarkan dia tidak pernah kembali (2)
- Bab 55 Sakit Perut (1)
- Bab 55 Sakit Perut (2)
- Bab 55 Sakit Perut (3)
- Bab 56 Kepanikan Yang Berlebihan (1)
- Bab 56 Kepanikan Yang Berlebihan (2)
- Bab 57 Siapa Yang Melakukannya? (1)
- Bab 57 Siapa Yang Melakukannya? (2)
- Bab 57 Siapa Yang Melakukannya? (3)
- Bab 58 Rasa Yang Tidak Nyaman (1)
- Bab 58 Rasa Yang Tidak Nyaman (2)
- Bab 58 Rasa Yang Tidak Nyaman (3)
- Bab 59 Aku Tidak Ingin Melihatmu Lagi (1)
- Bab 59 Aku Tidak Ingin Melihatmu Lagi (2)
- Bab 59 Aku Tidak Ingin Melihatmu Lagi (3)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (1)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (2)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (3)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (4)
- Bab 61 Jangan Pernah Berpikir Untuk Meninggalkanku (1)
- Bab 61 Jangan Pernah Berpikir Untuk Meninggalkanku (2)
- Bab 62 Kesalahpahaman Harus Dikatakan Dengan Jelas (1)
- Bab 62 Kesalahpahaman Harus Dikatakan Dengan Jelas (2)
- Bab 63 Problema Diantara Suami Dan Istri (1)
- Bab 63 Problema Diantara Suami Dan Istri (2)
- Bab 64 Putriku? Lucu Sekali! (1)
- Bab 64 Putriku? Lucu Sekali! (2)
- Bab 65 Balasan Yang Pantas (1)
- Bab 65 Balasan Yang Pantas (2)
- Bab 66 Aku Akan Melahirkan (1)
- Bab 66 Aku Akan Melahirkan (2)
- Bab 67 Seorang Tuan Muda Kecil (1)
- Bab 67 Seorang Tuan Muda Kecil (2)
- Bab 68 Bibit Siapa Sebenarnya (1)
- Bab 68 Bibit Siapa Sebenarnya (2)
- Bab 69 Menjadi Abu (1)
- Bab 69 Menjadi Abu (2)
- Bab 70 Tinggalkan Dia (1)
- Bab 70 Tinggalkan Dia (2)
- Bab 71 Bisa Percaya pada Siapa lagi? (1)
- Bab 71 Bisa Percaya pada Siapa lagi? (2)
- Bab 71 Bisa Percaya pada Siapa lagi? (3)
- Bab 72 Kakak, Ibu (1)
- Bab 72 Kakak, Ibu (2)
- Bab 72 Kakak, Ibu (3)
- Bab 73 Ibu, Untukmu (1)
- Bab 73 Ibu, Untukmu (2)
- Bab 74 Menjadi Ibu Untuknya (1)
- Bab 74 Menjadi Ibu Untuknya (2)
- Bab 74 Menjadi Ibu Untuknya (3)
- Bab 75 Cappuccino? Apakah Ini Kebetulan? (1)
- Bab 75 Cappuccino? Apakah Ini Kebetulan? (2)
- Bab 76 Apa Ini Juga Sebuah Kebetulan? (1)
- Bab 76 Apa Ini Juga Sebuah Kebetulan? (2)
- Bab 77 Istriku Benarkah Ini Dirimu? (1)
- Bab 77 Istriku Benarkah Ini Dirimu? (2)
- Bab 78 Kamu Adalah Duniaku (1)
- Bab 78 Kamu Adalah Duniaku (2)
- Bab 79 Stanley Yan Datang Berkunjung (1)
- Bab 79 Stanley Yan Datang Berkunjung (2)
- Bab 80 Dia Seakan Telah Kembali! (1)
- Bab 80 Dia Seakan Telah Kembali! (2)
- Bab 81 Tanda Lahir (1)
- Bab 81 Tanda Lahir (2)
- Bab 82 Apa Yang Akan Kamu Lakukan Padanya? (1)
- Bab 82 Apa Yang Akan Kamu Lakukan Padanya? (2)
- Bab 83 Kebencian Tak Beralasan (1)
- Bab 83 Kebencian Tak Beralasan (2)
- Bab 84 Teman Lama Yang Saling Bertemu Namun Tidak Saling Mengenal (1)
- Bab 84 Teman Lama Yang Saling Bertemu Namun Tidak Saling Mengenal (2)
- Bab 85 Mengkhawatirkannya (1)
- Bab 85 Mengkhawatirkannya (2)
- Bab 86 Mengikuti Permainannya (1)
- Bab 86 Mengikuti Permainannya (2)
- Bab 87 Yesi Mo Adalah Angie Qin, Kalau Begitu Siapa Dia? (1)
- Bab 87 Yesi Mo Adalah Angie Qin, Kalau Begitu Siapa Dia? (2)
- Bab 88 Dia Tidak Memiliki Masa Lalu (1)
- Bab 88 Dia Tidak Memiliki Masa Lalu (2)
- Bab 89 Rahasia Mereka (1)
- Bab 89 Rahasia Mereka (2)
- Bab 90 Yesi Mo, Kamulah Angie Qin Yang Sebenarnya (1)
- Bab 90 Yesi Mo, Kamulah Angie Qin Yang Sebenarnya (2)
- Bab 91 Di Saat Terdesak, Ingatan Masa Lalu Hidup Kembali! (1)
- Bab 91 Di Saat Terdesak, Ingatan Masa Lalu Hidup Kembali! (1)
- Bab 92 Aku Tidak Setuju (1)
- Bab 92 Aku Tidak Setuju (2)
- Bab 93 Menikah Denganku, Dia akan Kulepaskan (1)
- Bab 93 Menikah Denganku, Dia akan Kulepaskan (2)
- Bab 94 Undangan Pernikahan (1)
- Bab 94 Undangan Pernikahan (2)
- Bab 95 Sudah Terlambat untuk Menyesalinya (1)
- Bab 95 Sudah Terlambat untuk Menyesalinya (2)
- Bab 96 Selalu Akan Ada Pertemuan Kembali Setelah Perpisahan (1)
- Bab 96 Selalu Akan Ada Pertemuan Kembali Setelah Perpisahan (2)
- Bab 97 Nenek Luar Kakek Luar Bukan Orang Lain (1)
- Bab 97 Nenek Luar Kakek Luar Bukan Orang Lain (2)
- Bab 98 Susah Dikatakan (1)
- Bab 98 Susah Dikatakan (2)
- Bab 99 Istri, Aku Yang Dibohongimu Sangat Menderita (1)
- Bab 99 Istri, Aku Yang Dibohongimu Sangat Menderita (2)
- Bab 100 Rico Mu, Kamu Pantas Mati (1)
- Bab 100 Rico Mu, Kamu Pantas Mati (2)
- Bab 101 Pertukaran Identitas, Mengorbankan Diri Untuk Orang Lain (1)
- Bab 101 Pertukaran Identitas, Mengorbankan Diri Untuk Orang Lain (2)
- Bab 102 Satu Keluarga Berkumpul (1)
- Bab 102 Satu Keluarga Berkumpul (2)
- Bab 103 Rico Mu Datang Mencari (1)
- Bab 103 Rico Mu Datang Mencari (2)
- Bab 104 Kesempatan Yang Diambil Sia-sia (1)
- Bab 104 Kesempatan Yang Diambil Sia-sia (2)
- Bab 105 Dijebak (1)
- Bab 105 Dijebak (2)
- Bab 106 Terbongkar (1)
- Bab 106 Terbongkar (2)
- Bab 107 Pertarungan Dua Wanita (1)
- Bab 107 Pertarungan Dua Wanita (2)
- Bab 108 Undangan Dengan Niat Buruk (1)
- Bab 108 Undangan Dengan Niat Buruk (2)
- Bab 109 Yang Lebih Peduli, Lebih Menderita (1)
- Bab 109 Yang Lebih Peduli, Lebih Menderita (2)
- Bab 110 Dia Bisa Menyerah? (1)
- Bab 110 Dia Bisa Menyerah? (2)
- Bab 111 Tidak Bisa Tersingkir (1)
- Bab 111 Tidak Bisa Tersingkir (2)
- Bab 112 Cengkeraman Dia (1)
- Bab 112 Cengkeraman Dia (2)
- Bab 113 Kamu Barang Palsu Ini (1)
- Bab 113 Kamu Barang Palsu Ini (2)
- Bab 114 Siapa yang Mengancam Siapa? (1)
- Bab 114 Siapa yang Mengancam Siapa? (2)
- Bab 115 Selesai Sudah (1)
- Bab 115 Selesai Sudah (2)
- Bab 116 Berita Kematian (1)
- Bab 116 Berita Kematian (2)
- Bab 117 Kebetulan? Siapa Percaya (1)
- Bab 117 Kebetulan? Siapa Percaya (2)
- Bab 118 Tunggu Sebentar (1)
- Bab 118 Tunggu Sebentar (2)
- Bab 119 Salah Sendiri (1)
- Bab 119 Salah Sendiri (2)
- Bab 120 Tidak Ada Hal Buruk yang Terjadi sejak Perpisahan (1)
- Bab 120 Tidak Ada Hal Buruk yang Terjadi sejak Perpisahan (2)
- Bab 121 Pendatang Yang Buruk (1)
- Bab 121 Pendatang Yang Buruk (2)
- Bab 122 Ini Hanya Permulaan (1)
- Bab 122 Ini Hanya Permulaan (2)
- Bab 122 Ini Hanya Permulaan (3)
- Bab 123 Memikat Musuh Keluar Dari Markas (1)
- Bab 123 Memikat Musuh Keluar Dari Markas (2)
- Bab 123 Memikat Musuh Keluar Dari Markas (3)
- Bab 124 Bencana Stanley Yan (1)
- Bab 124 Bencana Stanley Yan (2)
- Bab 124 Bencana Stanley Yan (3)
- Bab 125 Keputusan Yesi Mo (1)
- Bab 125 Keputusan Yesi Mo (2)
- Bab 125 Keputusan Yesi Mo (3)
- Bab 126 Tertangkap Basah (1)
- Bab 126 Tertangkap Basah (2)
- Bab 126 Tertangkap Basah (3)
- Bab 127 Kenyataan sangat Kejam (1)
- Bab 127 Kenyataan sangat Kejam (1)
- Bab 127 Kenyataan sangat Kejam (3)
- Bab 128 Kebaikan yang Tak Terlupakan (1)
- Bab 128 Kebaikan yang Tak Terlupakan (2)
- Bab 128 Kebaikan yang Tak Terlupakan (3)
- Bab 129 Roh Gentayangan di Kolam (1)
- Bab 129 Roh Gentayangan di Kolam (2)
- Bab 129 Roh Gentayangan di Kolam (3)
- Bab 130 Melewati Batas (1)
- Bab 130 Melewati Batas (2)
- Bab 130 Melewati Batas (3)
- Bab 131 Membalas Peach Dengan Plum (1)
- Bab 131 Membalas Peach Dengan Plum (2)
- Bab 131 Membalas Peach Dengan Plum (3)
- Bab 132 Orang Yang Terdesak Akan Melakukan Apapun (1)
- Bab 132 Orang Yang Terdesak Akan Melakukan Apapun (2)
- Bab 132 Orang Yang Terdesak Akan Melakukan Apapun (3)
- Bab 133 Setiap Rencana Jahat (1)
- Bab 133 Setiap Rencana Jahat (2)
- Bab 134 Menginginkan Uang Dan Lebih Menginginkan Nyawa (1)
- Bab 134 Menginginkan Uang Dan Lebih Menginginkan Nyawa (2)
- Bab 134 Menginginkan Uang Dan Lebih Menginginkan Nyawa (3)
- Bab 135 Harga Sebuah Keserakahan (1)
- Bab 135 Harga Sebuah Keserakahan (2)
- Bab 135 Harga Sebuah Keserakahan (3)
- Bab 136 Benar, Memang Sedang Mempermainkannya (1)
- Bab 136 Benar, Memang Sedang Mempermainkannya (2)
- Bab 136 Benar, Memang Sedang Mempermainkannya (3)
- Bab 137 Sebuah Tamparan Untuknya (1)
- Bab 137 Sebuah Tamparan Untuknya (2)
- Bab 137 Sebuah Tamparan Untuknya (3)
- Bab 138 Kabar dari Stanley Yan (1)
- Bab 138 Kabar dari Stanley Yan (2)
- Bab 138 Kabar dari Stanley Yan (3)
- Bab 139 Dia Ternyata sudah melamarnya (1)
- Bab 139 Dia Ternyata sudah melamarnya (2)
- Bab 139 Dia Ternyata sudah melamarnya (3)
- Bab 140 Berubah Pikiran (1)
- Bab 140 Berubah Pikiran (2)
- Bab 140 Berubah Pikiran (3)
- Bab 141 Itu Adalah Dia! (1)
- Bab 141 Itu Adalah Dia! (1)
- Bab 141 Itu Adalah Dia! (3)
- Bab 142 Tidak Peduli Akan Apapun Juga Untuk Melindunginya (1)
- Bab 142 Tidak Peduli Akan Apapun Juga Untuk Melindunginya (2)
- Bab 142 Tidak Peduli Akan Apapun Juga Untuk Melindunginya (3)
- Bab 143 Tidak Sabar (1)
- Bab 143 Tidak Sabar (2)
- Bab 143 Tidak Sabar (3)
- Bab 144 Tidak Bisa Menghindar dari Musuh (1)
- Bab 144 Tidak Bisa Menghindar dari Musuh (2)
- Bab 145 Di Bawah Atap yang Sama (1)
- Bab 145 Di Bawah Atap yang Sama (2)
- Bab 145 Di Bawah Atap yang Sama (3)
- Bab 146 Stanley Miliknya (1)
- Bab 146 Stanley Miliknya (2)
- Bab 146 Stanley Miliknya (3)
- Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (1)
- Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (2)
- Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (3)
- Bab 148 Retribusi (1)
- Bab 148 Retribusi (2)
- Bab 148 Retribusi (3)
- Bab 149 Kejam (1)
- Bab 149 Kejam (2)
- Bab 149 Kejam (3)
- Bab 150 Menikah! Mana Mungkin? (1)
- Bab 150 Menikah! Mana Mungkin? (2)
- Bab 150 Menikah! Mana Mungkin? (3)
- Bab 151 Bagaimana Mungkin Ia Tega Mengkhianati Keluarga Ini? (1)
- Bab 151 Bagaimana Mungkin Ia Tega Mengkhianati Keluarga Ini? (2)
- Bab 151 Bagaimana Mungkin Ia Tega Mengkhianati Keluarga Ini? (3)
- Bab 152 Siapa Yang Bisa Memahami Rasa Sakitnya? (1)
- Bab 152 Siapa Yang Bisa Memahami Rasa Sakitnya? (2)
- Bab 152 Siapa Yang Bisa Memahami Rasa Sakitnya? (3)
- Bab 153 Semua Lancar (1)
- Bab 153 Semua Lancar (2)
- Bab 153 Semua Lancar (3)
- Bab 154 Gali Lubang, Tutup Lubang (1)
- Bab 154 Gali Lubang, Tutup Lubang (2)
- Bab 154 Gali Lubang, Tutup Lubang (3)
- Bab 155 Jebakan Andrew Ling (1)
- Bab 155 Jebakan Andrew Ling (2)
- Bab 155 Jebakan Andrew Ling (3)
- Bab 156 Ia Pernah Menyelamatkanku (1)
- Bab 156 Ia Pernah Menyelamatkanku (2)
- Bab 157 Melindunginya (1)
- Bab 157 Melindunginya (2)
- Bab 158 Berkah Setelah Kemalangan Untuk Stanley Yan (1)
- Bab 158 Berkah Setelah Kemalangan Untuk Stanley Yan (2)
- Bab 159 Tunggu Aku Kembali (1)
- Bab 159 Tunggu Aku Kembali (2)
- Bab 160 Di Luar Kendali (1)
- Bab 160 Di Luar Kendali (2)
- Bab 161 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja
- Bab 162 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja (2)
- Bab 163 Ada Aku di Sini/ Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja (2)
- Bab 164 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja (3)
- Bab 165 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja
- Bab 166 Rencana yang Telah Gagal
- Bab 167 Jangan Tinggalkan Aku/ Ucapan Cinta Semalam Berubah Menjadi Akhir Dunia
- Bab 168 Pengurus Rumah
- Bab 169 Bebas
- Bab 170 Mengapa Mereka Juga Datang?
- Bab 171 Ia Selalu Disini
- Bab 172 Kamu Tidak Bisa Membohongiku
- Bab 173 Apa Aku Melakukan Kesalahan?
- Bab 174 Kesalahan Yang Jelas
- Bab 175 Tunggu Aku
- Bab 176 Akhir Yang Luar Biasa (Awal)
- Bab 177 Akhir Yang Luar Biasa (Tengah)
- Bab 178 Akhir Yang Luar Biasa (Akhir)