Unlimited Love - Bab 150 Menikah! Mana Mungkin? (1)

Saat Stanley Yan membuka matanya, dia sedang melihat Vivian Luo berjalan masuk. dia kemudian menengok ke kanan dan ke kiri, terlihat bingung, lalu bertanya, "Apa yang terjadi padaku barusan? "

"Apa maksudmu? "Vivian Luo berjalan ke arahnya dengan cepat dan berjongkok di depannya sambil meletakan cangkir teh di tangannya, lalu bertanya dengan cemas pada Stanley Yan, "Felix, mana yang tidak nyaman? "

"Bukan, aku baru saja seperti.......tertidur. "

Ketika berkata demikian, Stanley Yan sendiri tidak berani mempercayainya, tapi sekarang masih pagi, dia baru terbangun belum sampai 2 jam yang lalu, bagaimana mungkin dia sudah tertidur lagi?

"Huh...Mengejutkanku saja. Aku kira ada apa denganmu. Kamu itu hanya tertidur, tidak apa-apa. "Vivian Luo menghela nafas, dia kemudian mengulurkan teh itu pada Stanley Yan lagi, "Apa kamu mau minum lagi? "

"Terima kasih. "

Stanley Yan menerima teh itu dan tidak lagi meminumnya, dia memandangi secangkir teh itu di tangannya.

Stanley Yan mengingat samar-samar, sepertinya setelah meminum teh barusan, dia tiba-tiba tertidur, apa itu efek dari tehnya?

"Kenapa tidak kamu minum lagi? "

"Aku mendadak tidak merasa haus lagi. "Stanley Yan menarik pandangannya dari teh itu, lalu tersenyum dan berkata pada Vivian Luo.

"Kalau begitu kita tidak minum dulu. "Vivian Luo tersenyum, lalu mengambil cangkir teh itu daripada Stanley Yan dan meletakannya di meja sebelah, setelah itu dia bercakap-cakap dengannya, benar-benar seperti orang yang tidak bermasalah sama sekali.

Stanley Yan linglung, apa bukan efek dari tehnya?

Sepanjang hari itu, Vivian Luo tidak meninggalkan Stanley Yan sama sekali, merawatnya dengan penuh perhatian, mereka terlihat sangat intim, sudah seperti sepasang suami-istri.

Selesai makan malam, Vivian Luo mengantar Stanley Yan pulang ke kamar, dan ingin tinggal di sana lagi, tapi Stanley Yan tiba-tiba tersenyum padanya dan berkata, "Vivian, kamu sudah mengurusku sepanjang hari, tentu lelah, segera istirahat. Aku sendirian di sini tidak apa-apa. "

"Tidak apa-apa, aku tidak lelah, aku akan menemanimu lagi.

Vivian Luo menggelengkan kepalanya, dan tetap ingin menemani Stanley Yan menonton televisi. Stanley Yan membujuknya cukup lama, tapi tidak berguna, akhirnya dia hanya bisa menggunakan alasan lelah, dan ingin segera tidur, baru berhasil mengusir Vivian Luo.

Setelah pintu di tutup, Vivian Luo mengawasi pintu itu, dia menggigit bibirnya dan bergumam, "Felix, aku tidak peduli kamu Stanley Yan atau bukan, di mataku kamu hanyalah Felix, Felix-ku, tidak ada orang lain yang bisa merebutmu dari sisiku, aku sudah pernah kehilangan kamu sekali, aku tidak ingin kehilangan kamu untuk kedua kalinya. "

Stanley Yan tidak tahu apa yang terjadi pagi tadi setelah dia dibius, dia tidak tahu, Vivian Luo sudah mengetahui semuanya.

Begitu Vivian Luo pergi, Stanley Yan segera merogoh ponselnya, dia mendapatkan banyak pesan, dan semuanya dari Marson Luo.

Ada video, foto, pesan suara, dan juga bukti-bukti, semuanya berkaitan dengan masa lalunya, semuanya punya hubungan erat dengannya.

Walaupin dia sekarang sudah percaya dirinya adalah suami Yesi mo yang menghilang setengah tahun yang lalu, tapi dia tidak bisa mengingat semua itu.

Dia tidak ingat apa yang terjadi padanya di masa lalu, dia bahkan tidak ingat orang seperti apa dia di masa lalu.

Semua yang Marson Luo kirimkan padanya, membuatnya bisa melihat dirinya sendiri dari sudut pandang yang berbeda.

Marson Luo ingin membantunya mendapatkan ingatan masa lalunya itu, dan Stanley Yan tidak merasa keberatan karenanya.

Terbalik dengan Marson Luo, hari itu, di kediaman keluarga Yan, Marson Luo menceritakan garis besar mengenai apa yang dia pernah alami, dan baginya ini menimbulkan kesenangan tersendiri.

Stanley Yan harus mengakui, masa lalunya yang hilang darinya itu, penuh warna, sampai-sampai dia sendiri tidak berani mempercayainya.

Yang Marson Luo kirimkan padanya sangatlah banyak, ketika sudah hampir tengah malam, Stanley Yan belum selesai melihat sepertiga dari seluruhnya.

Tapi melihat data sebanyak itu, Stanley Yan tidak merasakan perasaan akrab.

Dia merasa seperti sedang melihat hal-hal yang dia tidak pernah lakukan, hal-hal yang sama sekali tidak memberinya kesan apa pun.

Dia meletakan ponselnya, Stanley Yan merasa sedikit kecewa, tapi dia juga tahu masalah ini dia tidak bisa terburu-buru, dia perlu kesabaran. Bukankah ada perkataan: tidak akan dapat kalau terlalu cepat.

Dia masih butuh waktu, asalkan tidak terburu-buru, dia percaya, suatu hari nanti dia akan mengingat semuanya lagi.

Saat Stanley Yan sudah tidur, Yesi Mo masih terjaga, beberapa menit yang lalu, Sara Xue meneleponnya, dan memberitakan entah itu termasuk berita baik atau buruk.

Anak Andrew Ling dan Jennie Bai baru tersadar, dia sudah dipindahkan dari ICU ke ruang rawat yang biasa.

Hanya saja, Sonson seakan tidak menunjukan perubahan yang baik, emosinya masih meletup-letup.

Kabarnya, kemarin setelah menjalani operasi selama 5-6 jam, saat Sonson tersadar, dia ingin minum, ingin makan. Lalu ketika dokter tidak mengijinkannya, dia marah, dan tidak hanya mencabut semua peralatan medis di tubuhnya, dia bahkan melukai si dokter.

Dokter itu takut dia akan menyakiti dirinya sendiri, dia lantas mengikat lengannya pada tempat tidur. Awalnya dia mengira dengan demikian, dia akan tenang, tapi siapa sangka, itu malah membuat Sonson makin menggila.

Andrew Ling dan Jennie Bai yang setelah operasi sudah beristirahat di rumah juga dibuatnya terkejut, dokternya memanggil mereka ke rumah sakit untuk menenangkan Sonson.

Sayangnya, semua itu tidak berguna, Andrew Ling terluka wajahnya, dia tidak sanggup memenuhi permintaan dokter itu. Akhirnya mereka memutuskan agar dokter memberinya suntikan penenang.

Tak disangka, begitu efek obatnya habis dan tersadar, Sonson mulai menggila lagi.

Itu terus berlangsung sampai Sara Xue menelepon Yesi Mo, Sonson baru tertidur karena terlalu lelah.

Yesi Mo bertanya pada Sara Xue mengapa Sonson bisa menjadi seperti itu, Sara Xue berkata semuanya masih belum jelas, dia hanya berkata, itu semua adalah efek paska operasi, dan mungkin perlu waktu yang cukup lama untuk pulih darinya.

Karena untuk sementara ini dia tidak ada urusan di kota R, dan Stanley Yan juga tidak mungkin keluar dari rumah keluarga Luo, Yesi Mo memutuskan dia ingin pergi ke Amerika lagi. Dia ingin melihat keadaan Sonson yang kasihan itu, sambil melihat apakah ada yang dia bisa lakukan untuk membantu Jennie Bai.

Mendengar kabar Yesi Mo ingin pergi ke Amerika untuk menjenguk Sonson, anak Andrew Ling dan Jennie Bai, Marson Luo melarangnya, dia takut Andrew Ling akan merasa tersinggung dan akan menimbulkan masalah yang tidak-tidak.

Yesi Mo tidak mengindahkan perkataannya, dia bersikeras untuk pergi. Marson Luo merasa sangat khawatir, dia sengaja menelepon Robin Xiao.

Ketika pesawat mendarat di Washington International Airport dan Yesi Mo sudah keluar dari imigrasi, dia melihat bukan hanya Sara Xue yang menjemputnya. Ada Robin Xiao, Katty Yun, dan bahkan Tony, anaknya, tentu juga seorang yang sangat penting bagi Yesi Mo, anaknya, Didi.

Begitu melihat Didi, Yesi Mo langsung merasa pusing, dia takut Didi akan menanyakan ayahnya, dan dia tidak tahu lagi harus berkata apa.

"Ibu. "Didi berlari dan langsung masuk ke pelukan Yesi Mo, dia kemudian mengangkat kepalanya dan berkata, "Ibu, Didi merindukan ibu. Apa ibu datang untuk bertemu dengan Didi? "

Yesi Mo secara tidak sadar menggelengkan kepalanya, tapi akhirnya dia memaksakan senyum dan berkata, "Iya, ibu sengaja datang ke Amerika untuk bertemu dengan Didi. Bagaimana, selama ini apa kamu menurut pada om dan tante? Kamu tidak nakal bukan? "

"Ibu, apa yang ibu maksudkan? Kenapa ibu menuduh Didi. "Didi memonyongkan bibirnya sambil menatap Yesi Mo dengan tidak puas hati, "Didi tidak nakal, kalau ibu tidak percaya, boleh bertanya pada om dan tante. "

"Didi, ibu yang salah. "Yesi Mo meminta maaf, menurunkannya, lalu menepuk kepalanya dengan lembut, "Pergilah bermain dengan Tony dulu. Ibu ingin berbincang dengan om dan tante. "

"Ibu, ibu ini tidak akan diam-diam pergi bukan? "Didi menatapnya dengan tidak tenang, dan tetap diam tak bergeming.

"Bagaimana mungkin? Begitu banyak orang di sini, ibu bisa kabur ke mana? "Yesi Mo menjawabnya, dalam hati dia merasa sedih, mengingat beberapa waktu ini sudah meniggalkannya di Amerika, menitipkannya pada Robin XIao dan Katty Yun. Didi tentu tidak senang.

Didi berjalan ke arah Tony sambil sesekali mencuri pandang ke arahnya. Melihatnya sudah mulai bercanda, Yesi Mo baru menyapa Robin Xiao dan Katty Yun.

"Kak, berbincanglah, aku akan mengawasi dua anak itu. "Katty Yun tersenyum sambil mengangguk, lalu berjalan menjauh.

"Robin, bagaimana kalian bisa berada di sini? Bagaimana kalian bisa tahu aku akan naik pesawat ini? "

Novel Terkait

Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu