Unlimited Love - Bab 158 Berkah Setelah Kemalangan Untuk Stanley Yan (2)
“Ceritanya terlalu panjang. Kamu lihat dulu wajahmu.” Yesi Mo lalu mengeluarkan cermin rias dari dalam tasnya dan memberikannya pada Stanley Yan.
Melihat pantulan wajah yang tampak asing di cermin rias itu membuat mata Stanley Yan membelalak lebar, “Kenapa wajahku menjadi seperti ini? Sebenarnya, apa yang terjadi selama setengah tahun ini?”
“Kamu benar-benar tidak ingat?” Yesi Mo bertanya dengan ragu. Melihat Stanley Yan yang menggeleng, Yesi Mo pun bertanya lagi, “Apa kamu masih ingat Vivian Luo?”
“Siapa itu Vivian Luo? Apa aku seharusnya mengenal orang itu?” Melihat Yesi Mo yang menggangguk, Stanley Yan pun mengernyit dan menempelkan jarinya di sisi kepalanya, “Tapi... Kenapa aku benar-benar tidak memiliki ingatan apapun akan nama itu?”
Setelah tinggal sekian lama dengan Stanley Yan, Yesi Mo pun dapat dengan mudah mengetahui apakah pria itu sedang berbohong atau tidak.
Ia yakin Stanley Yan tidak sedang berpura-pura bodoh. Yesi Mo dapat mengira-kira sepertinya perkelahian di jalan kemarin malam itu disaat yang bersamaan membuat Stanley Yan mengingat kejadian di masa lalu, namun juga membuatnya kehilangan ingatan atas apa yang terjadi selama setengah tahun belakangan. Membuatnya hilang ingatan saat ia dan Vivian Luo berjalan memasuki aula pernikahan.
Menghadapi pertanyaan Stanley Yan, Yesi Mo pun menjadi ragu. Ia tidak tahu apakah sebaiknya ia memberitahu apa yang terjadi selama setengah tahun belakangan ini, tentang seberapa besar usahanya mendapatkan pria itu kembali ke sisinya.
Melihat keraguan Yesi Mo, Stanley Yan pun tidak mendesaknya. Ia malah dengan tenang menunggu Yesi Mo, sedikitpun tidak mendesaknya.
Yesi Mo akhirnya memutuskan untuk memberitahu segalanya pada Stanley Yan. Apapun yang terjadi selama setengah tahun belakangan ini, itu tetaplah ingatan Stanley Yan. Yesi Mo tidak bisa dan tidak memiliki hak untuk merenggut ingatannya dan membuang segala tindakannya di masa lalu.
Selagi mendengarkan cerita Yesi Mo, Stanley Yan tiba-tiba kembali teringat akan bagaimana ia kehilangan ingatannya karena apa yang terjadi. Bagaimana ia secara tidak sengaja melukai Yesi Mo dan Didi karena kehilangan ingatannya, bagaimana ia hampir saja merusak kesempatan untuk mereka bertiga berkumpul lagi menjadi satu keluarga.
“Sisi, maaf.” Stanley Yan menarik Yesi Mo masuk ke dalam dekapannya dan memeluknya erat. Ia lalu berujar dengan nada bersalah, “Aku sudah begitu melukaimu selama kurun waktu ini.”
Yesi Mo bergelung nyaman dalam dekapan Stanley Yan, lalu mengangkat kepalanya untuk menatap Stanley Yan dan berujar manis, “Aku sama sekali tidak terluka. Selama bisa bersama denganmu, selama kita bertiga bisa berkumpul menjadi satu keluarga, aku tidak keberatan akan apapun.”
Stanley Yan yang semula sudah merasa bersalah pun menjadi semakin merasa bersalah mendengarkan pengertian Yesi Mo.
“Tapi bagaimanapun juga, semua ini karena aku...”
Yesi Mo sontak menggeleng, “Ini bukan salahmu. Ingatanmu hilang, kamu tidak tahu siapa dirimu, tidak tahu bahwa kamu memiliki istri dan anak. Ini sama sekali bukan salahmu.”
“Sisi, terima kasih.”
Kedua orang itu berpelukan erat, membuat suasana dalam kamar rawat mendadak menjadi tenang namun tentram dan hangat.
Berita mengenai sadarnya Stanley Yan dengan cepat menyebar, bahkan sampai di telinga orang-orang terdekat mereka dengan kilat.
Robin Xiao datang, begitu pula Katty Yun. Andrew Ling dan Jennie Bai juga datang. Bahkan Marson Luo yang masih berada di kota R pun datang dengan secepat mungkin.
Setelah dirawat selama beberapa hari di rumah sakit, Yesi Mo pun membawa Stanley Yan kembali ke kediaman keluarga Mo yang ada di Washington.
Segala sesuatunya seolah kembali menjadi damai. Stanley Yan dan Yesi Mo seharian berduaan, namun tetap rasanya belum cukup.
Malam ketiga setelah keluar dari rumah sakit, Yesi Mo naik ke atas untuk memanggil Stanley Yan turun makan malam. Melihat rautnya yang tidak senang, Yesi Mo pun bertanya ada apa. Stanley Yan lalu menjawab bahwa ia merindukan Didi.
Yesi Mo mengusulkan untuk membawa Didi datang, namun Stanley Yan dengan cepat menggeleng, “Jangan lakukan itu untuk sementara waktu. Sepertinya Didi tidak bisa menerima wajahku.”
“Jadi, kamu berencana untuk tidak bertemu dengan Didi seumur hidupmu? Stanley, percayalah padaku bahwa bagaimanapun rupamu, Didi akan selalu menerimamu. Ia adalah putramu, darah dagingmu.” Yesi Mo menghibur Stanley Yan.
“Aku tahu ucapanmu itu tidak salah, tapi aku juga tidak bisa menemui Didi dengan tampilan yang seperti ini.”
Kekerasan kepala Stanley Yan ternyata melebihi perkiraan Yesi Mo. Setelah membujuknya untuk waktu yang lama, ia tetap gagal, akhirnya Yesi Mo bertanya apa yang pria itu ingin lakukan.
“Operasi plastik.”
Mendengar dua kata ini terlontar dari mulut Stanley Yan, Yesi Mo pun membeku sesaat.
Terpikirkan akan kemungkinan-kemungkinan bahaya yang bisa saja terjadi, Yesi Mo pun sontak berusaha membujuk Stanley Yan. Tapi apapun bujuk rayu yang ia lontarkan, Stanley Yan sama sekali tidak ingin mengubah keputusannya. Ia malah bilang bahwa ia sudah menghubungi rumah sakit terbaik di Amerika dan meminta Robin Xiao memanggil dokter operasi plastik terbaik dari Korea. Hasilnya dijamin akan sempurna.
Kalau ia tidak bisa kembali ke wajahnya yang sebenarnya, Stanley Yan sama sekali tidak akan pergi menemui Didi. Yesi Mo pun menemui jalan buntu. Ia lalu terpikirkan akan industri operasi plastik yang sudah berkembang pesat di Korea. Selama bisa menemukan dokter terbaik dari institusi legal, maka risiko operasi itu nyaris tidak ada. Ini terserah pada Stanley Yan.
“Stanley, apa kamu benar-benar tidak mau bertemu dengan Didi?” tanya Yesi Mo ragu. Menurut pengamatannya, Stanley Yan sangat merindukan Didi.
“Tentu saja mau. Tapi tidak sekarang, tidak dengan penampilan yang seperti ini. Aku harus sedikit bersiap-siap.”
Stanley Yan memberikan seulas senyum misterius pada Yesi Mo.
Keesokan paginya, ketika Stanley Yan dengan seluruh wajahnya yang tertutup perban tebal dan hanya menyisakan mata dan mulutnya saja muncul di hadapan Yesi Mo, wanita itu sontak merasa terkejut sampai tidak bisa berkata-kata.
“Kalau seperti ini, Didi tidak mungkin tahu bahwa wajahku berubah, bukan?”
Stanley Yan menghampiri Yesi Mo dan tersenyum.
“Ya.” Yesi Mo tertawa tak berdaya melihatnya. Ia tahu Stanley Yan ingin bertemu dengan Didi, namun tidak ingin Didi tahu bahwa wajahnya telah berubah,
Sekarang adalah musim panas terpanas sepanjang empat musim di tahun ini. Dengan perban setebal itu membalut wajahnya, siapapun juga tidak akan tahan melihatnya.
Jangankan kepanasan, keringat yang mengalir itu akan cukup membuat kain perban itu basah kuyup.
Kecuali ia terus berada di dalam ruang tertutup yang menggunakan pendingin ruangan dan tidak pergi keluar sama sekali. Apa ini mungkin?
Dengan besarnya rasa cinta Stanley Yan pada Didi dan setelah sekian lama tidak bertemu, ia pasti ingin membawa Didi pergi keluar. Stanley Yan ini benar-benar mencari masalah.
Selain merasa lucu, Yesi Mo juga merasa sangat terharu. Ia terharu akan cinta ayah yang Stanley Yan berikan pada Didi, juga terharu akan niat baik pria itu.
Ketika Didi bertemu dengan Stanley Yan, awalnya ia tidak mengenali pria itu. Ia bahkan mengamati Stanley Yan dengan penasaran dan bertanya pada Yesi Mo siapa pria aneh yang mengenakan perban tebal di seluruh wajahnya itu.
Tapi ketika ia mendengar Stanley Yan memanggilnya ‘Didi’ dengan suaranya yang tidak asing, ketika ia merasakan pelukan Stanley Yan yang hangat dan nyaman, ketika ia mencium bau cologne yang menempel di tubuh Stanley Yan, air mata Didi pun tidak terbendung. Ia berulang kali memanggil ‘Ayah, Ayah’ dengan butiran air mata yang terus bergulir turun. Ia tidak ingin turun dari pelukan Stanley Yan, tidak ingin melepaskan Stanley Yan dan terus bergelayut pada lehernya.
Didi sangat merindukan Stanley Yan. Walaupun Yesi Mo menemukan seseorang yang memiliki suara sangat mirip dengan Stanley Yan untuk menelepon Didi dari waktu ke waktu, namun tetap tidak dapat mengenyahkan rasa rindu pada sosok ayahnya. Apalagi, mereka sudah tidak bertemu selama lebih dari setengah tahun.
Sebagai seorang anak yang baru berusia lima tahun lebih, mustahil tidak memiliki sosok ayah disampingnya untuk waktu yang lama.
Ayah dan anak itu tetap saling berpelukan untuk waktu yang lama sebelum akhirnya Didi turun dengan tidak rela karena bujukan Yesi Mo. Tapi ia tetap tidak melepaskan genggam tangan Stanley Yan, takut ayahnya akan menghilang lagi kalau ia melepaskannya.
Dibalik perban, kepala Stanley Yan sudah dibanjiri keringat dan perban itu langsung menyerapnya. Walaupun pendingin ruangan di ruangan itu dinyalakan, namun Stanley Yan masih merasa kepalanya seperti dihujani. Kesadarannya sedikit kabur.
Walaupun begitu, Stanley Yan tetap tidak memiliki niat untuk membuka perbannya agar lebih lega. Ia takut penampilannya yang sekarang akan menakuti Didi, membuat anak itu tidak mengenalinya ketika melihat wajahnya.
Didi masih kecil, baru sesaat ia merasakan kehangatan dengan Stanley Yan, ia sudah ribut meminta Stanley Yan untuk menemaninya pergi ke taman bermain. Dengan suhu di luar yang hampir menyentuh 40 derajat, Stanley Yan tidak mungkin bisa menahan hawa panasnya. Tidak dengan perban yang membebat seluruh wajahnya.
“Didi, jangan begitu. Cuaca di luar begitu panas, bagaimana kalau terserang hawa panas? Kalau cuaca sudah lebih sejuk, baru minta ayah untuk membawamu pergi.”
“Tidak mau. Aku ingin ayah membawaku pergi sekarang.” Didi menatap Stanley Yan sambil mencondongkan bibirnya dengan cemberut, “Ayah sudah lama sekali tidak membawa Didi pergi bermain.”
Stanley Yan benar-benar tidak bisa menahannya. Tapi saat melihat wajah Yesi Mo yang mendingin dan hendak menegur Didi, ia pun membuka mulutnya mendahului wanita itu dan menyanggupi ucapan Didi.
Demi menyenangkan Didi, ia juga rela melakukannya.
Yesi Mo melirik Stanley Yan dengan putus asa, tidak tahu harus berkata apa untuk sejenak.
Sebelum keluar, pandangan Yesi Mo menangkap perban yang membalut wajah Stanley Yan sudah benar-benar basah. Ia lalu meminta Didi untuk menunggu sebentar dan menarik Stanley Yan naik ke atas untuk mengganti perbannya.
Setelah menutup pintu, Yesi Mo lalu mengutarakan keberatannya pada Stanley Yan. “Kamu gila, ya? Di luar begitu panas, tapi kamu masih mau berkeliaran diluar? Bagaimana kalau terserang hawa panas?”
“Jangan khawatir, aku akan lebih berhati-hati.” Stanley Yan menarik tangan Yesi Mo dengan pelan, “Jarang-jarang Didi bisa meminta sesuatu. Jika aku sebagai ayahnya tidak dapat memuaskan hatinya sepertinya agak tidak baik. Barusan kamu juga melihat rupa Didi yang barusan bukan, apa kamu tidak merasa pedih?”
Baiklah, Yesi Mo memang tidak bisa menahan rasa pedih saat melihat wajah kecewa Didi. Tapi bisa menahannya atau tidak, ia lebih tidak bisa menahan rasa pedih apabila Stanley Yan tetap keluar dengan risiko terserang hawa panas.
Tapi ia juga tahu bahwa karena Stanley Yan sudah menyanggupi permintaan Didi, maka tidak mungkin menarik ucapannya kembali.
Ia hanya bisa memenuhi permintaan Stanley Yan untuk mengganti perban yang membebat wajahnya, namun tidak perlu melilitkannya terlalu banyak. Stanley Yan lalu menangkup wajah Yesi Mo dan menciumnya, “Memang hanya istriku yang mencintaiku demikian besarnya.”
Wajah Yesi Mo sontak memerah. Sudah berapa lama Stanley Yan tidak menciumnya seperti ini? Sudah berapa lama Stanley Yan tidak berujar manis padanya seperti ini?
Yesi Mo sudah tidak ingat. Sudah lama sekali sejak terakhir kali pria itu melakukannya, setidaknya sudah setengah tahun lebih.
Pandangan Yesi Mo menyertai Stanley Yan yang melepaskan perbannya dan mencuci wajahnya. Ia lalu mengambil perban baru dan melilitkannya pada wajah Stanley Yan.
Yesi Mo melilitkan perban itu selonggar mungkin dan sesedikit mungkin. Ketika perban itu dirasa sudah cukup untuk menutupi wajah Stanley Yan, tangannya pun berhenti dan tidak ingin melanjutkan.
Ketika ketiga orang itu berjalan keluar, ponsel Yesi Mo pun berdering. Ia mengisyaratkan agar Stanley Yan dan Didi masuk ke dalam mobil terlebih dahulu dan menunggunya sebentar.
Yesi Mo berdiri di depan pintu utama vila, lalu menatap Stanley Yan dan Didi yang naik ke mobil sambil tersenyum. Ia pun mengangkat teleponnya.
Sepuluh detik kemudian, Yesi Mo menutup teleponnya dan naik ke mobil.
Melihat sepertinya ada sesuatu yang mengganggu pikiran Yesi Mo, Stanley Yan pun ingin bertanya namun merasa tidak enak bertanya di hadapan Didi. Ia baru bertanya pelan pada Yesi Mo atas apa yang terjadi ketika mereka sudah sampai di taman bermain dan Didi sedang memilih-milih mainan di toko mainan.
Yesi Mo mengatupkan bibirnya dan berkata, “Vivian melapor pada polisi. Marson memberitahuku bahwa orang-orang yang ia cari benar-benar tidak beruntung. Mereka mengalami kecelakaan mobil saat melaju keluar dari kota R dan polisi sudah menangkap mereka. Dalam situasi terburuk, kalau mereka membocorkan mengenai aku dan Marson, kami berdua kemungkinan...”
“Jangan khawatir. Aku tidak akan membiarkan kamu tertimpa masalah. Aku berjanji dengan segenap diriku.” Stanley Yan menatap Yesi Mo dengan yakin, suaranya rendah namun lantang.
Novel Terkait
Sederhana Cinta
Arshinta Kirania PratistaAnak Sultan Super
Tristan XuSiswi Yang Lembut
Purn. Kenzi KusyadiCinta Tapi Diam-Diam
Rossie1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaDewa Perang Greget
Budi MaUnlimited Love×
- Bab 1 Pernikahan
- Bab 2 Dinikahi Orang Tolol Juga Bukan Hal yang Buruk
- Bab 3 Dia Telah Membohongi Semua Orang
- Bab 4 Merasakan Kelembutannya
- Bab 5 Teh Penghormatan Dari Menantu
- Bab 6 Tamu Tak Diundang
- Bab 7 Istri, Aku Datang Melindungimu!
- Bab 8 Dengan Kelembutanmu, Hangatkan Hatiku
- Bab 9 Apakah Karena Cinta?
- Bab 10 Pemilik Cheongsam Sesungguhnya
- Bab 11 Semua Penuh Jebakan
- Bab 12 Menjenguk Katty Yun
- Bab 13 Katty Yun Mengakui Kesalahan
- Bab 14 Aku Masih Belum Siap
- Bab 15 Karena Cinta
- Bab 16 Membawa Masalah Pada Diri Sendiri
- Bab 17 Sebenarnya Apa Itu Kebenaran?
- Bab 18 Kemarahan Stanley Yan
- Bab 19 Menghinanya Karena Dia Bodoh?
- Bab 20 Menerima Hukuman
- Bab 21 Apakah Aku Memaksamu?
- Bab 22 Gawat, Sungguh Memalukan
- Bab 23 Robin Xiao Datang Berkunjung
- Bab 24 Tidak Ada Rahasia Di Hadapannya
- Bab 25 Tidak Dapat Menghindarinya
- Bab 26 Dia Sudah Gila
- Bab 27 Siapapun Tidak Boleh Menyentuh Wanitaku!
- Bab 28 Supnya Bermasalah
- Bab 29 Untuk Apa Dia Datang?
- Bab 30 Stanley Yan, kamu itu koruptor!
- Bab 31 Temani Aku Semalam Maka Dianggap Selesai
- Bab 32 Permusuhan
- Bab 33 Aku Mencintainya Melebihi Segalanya
- Bab 34 Meninggalkan Rumah Keluarga Yan
- Bab 35 Tidak, Jangan Mendekat!
- Bab 36 Hati Yang Teramat Gelisah (1)
- Bab 36 Hati Yang Teramat Gelisah (2)
- Bab 37 Dia Pergi, Aku Juga Pergi! (1)
- Bab 37 Dia Pergi, Aku Juga Pergi! (2)
- Bab 38 Stanley Yang Cinta Mati Kepada Istrinya (1)
- Bab 38 Stanley Yang Cinta Mati Kepada Istrinya (2)
- Bab 39 Jangan Mencari Perhatian Istriku (1)
- Bab 39 Jangan Mencari Perhatian Istriku (2)
- Bab 40 Bertamu Ke Rumah Robin Xiao (1)
- Bab 40 Bertamu Ke Rumah Robin Xiao (2)
- Bab 41 Meraih Bintang Memberikannya Untukmu (1)
- Bab 41 Meraih Bintang Memberikannya Untukmu (2)
- Bab 42 Kamu Bisa-Bisanya Memperlakukanku Seperti Itu! (1)
- Bab 42 Kamu Bisa-Bisanya Memperlakukanku Seperti Itu! (2)
- Bab 43 Mereka Tinggal Bersama Sepanjang Malam (1)
- Bab 43 Mereka Tinggal Bersama Sepanjang Malam (2)
- Bab 44 Kecewa Pada Stanley Yan (1)
- Bab 44 Kecewa Pada Stanley Yan (2)
- Bab 45 Siapa Yang Istrimu? Lepaskan! (1)
- Bab 45 Siapa Yang Istrimu? Lepaskan! (2)
- Bab 46 Aku Tidak Punya Teman Seperti Kamu (1)
- Bab 46 Aku Tidak Punya Teman Seperti Kamu (2)
- Bab 47 Tidakkah Pria, Akan Tahu Jika Sudah Mencoba? (1)
- Bab 47 Tidakkah Pria, Akan Tahu Jika Sudah Mencoba? (2)
- Bab 48 Kemarahan (1)
- Bab 48 Kemarahan (2)
- Bab 49 Konflik Pecah (1)
- Bab 49 Konflik Pecah (2)
- Bab 49 Konflik Pecah (3)
- Bab 50 Suka? Ambil Saja Untukmu! (1)
- Bab 50 Suka? Ambil Saja Untukmu! (2)
- Bab 51 Buku Nikah (1)
- Bab 51 Buku Nikah (2)
- Bab 51 Buku Nikah (3)
- Bab 52 Menjadi seorang ayah! (1)
- Bab 52 Menjadi seorang ayah! (2)
- Bab 52 Menjadi seorang ayah! (3)
- Bab 53 Berada Dalam Berkah Tapi Tidak Merasa Berkah (1)
- Bab 53 Berada Dalam Berkah Tapi Tidak Merasa Berkah (2)
- Bab 53 Berada Dalam Berkah Tapi Tidak Merasa Berkah (3)
- Bab 54 Biarkan dia tidak pernah kembali (1)
- Bab 54 Biarkan dia tidak pernah kembali (2)
- Bab 55 Sakit Perut (1)
- Bab 55 Sakit Perut (2)
- Bab 55 Sakit Perut (3)
- Bab 56 Kepanikan Yang Berlebihan (1)
- Bab 56 Kepanikan Yang Berlebihan (2)
- Bab 57 Siapa Yang Melakukannya? (1)
- Bab 57 Siapa Yang Melakukannya? (2)
- Bab 57 Siapa Yang Melakukannya? (3)
- Bab 58 Rasa Yang Tidak Nyaman (1)
- Bab 58 Rasa Yang Tidak Nyaman (2)
- Bab 58 Rasa Yang Tidak Nyaman (3)
- Bab 59 Aku Tidak Ingin Melihatmu Lagi (1)
- Bab 59 Aku Tidak Ingin Melihatmu Lagi (2)
- Bab 59 Aku Tidak Ingin Melihatmu Lagi (3)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (1)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (2)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (3)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (4)
- Bab 61 Jangan Pernah Berpikir Untuk Meninggalkanku (1)
- Bab 61 Jangan Pernah Berpikir Untuk Meninggalkanku (2)
- Bab 62 Kesalahpahaman Harus Dikatakan Dengan Jelas (1)
- Bab 62 Kesalahpahaman Harus Dikatakan Dengan Jelas (2)
- Bab 63 Problema Diantara Suami Dan Istri (1)
- Bab 63 Problema Diantara Suami Dan Istri (2)
- Bab 64 Putriku? Lucu Sekali! (1)
- Bab 64 Putriku? Lucu Sekali! (2)
- Bab 65 Balasan Yang Pantas (1)
- Bab 65 Balasan Yang Pantas (2)
- Bab 66 Aku Akan Melahirkan (1)
- Bab 66 Aku Akan Melahirkan (2)
- Bab 67 Seorang Tuan Muda Kecil (1)
- Bab 67 Seorang Tuan Muda Kecil (2)
- Bab 68 Bibit Siapa Sebenarnya (1)
- Bab 68 Bibit Siapa Sebenarnya (2)
- Bab 69 Menjadi Abu (1)
- Bab 69 Menjadi Abu (2)
- Bab 70 Tinggalkan Dia (1)
- Bab 70 Tinggalkan Dia (2)
- Bab 71 Bisa Percaya pada Siapa lagi? (1)
- Bab 71 Bisa Percaya pada Siapa lagi? (2)
- Bab 71 Bisa Percaya pada Siapa lagi? (3)
- Bab 72 Kakak, Ibu (1)
- Bab 72 Kakak, Ibu (2)
- Bab 72 Kakak, Ibu (3)
- Bab 73 Ibu, Untukmu (1)
- Bab 73 Ibu, Untukmu (2)
- Bab 74 Menjadi Ibu Untuknya (1)
- Bab 74 Menjadi Ibu Untuknya (2)
- Bab 74 Menjadi Ibu Untuknya (3)
- Bab 75 Cappuccino? Apakah Ini Kebetulan? (1)
- Bab 75 Cappuccino? Apakah Ini Kebetulan? (2)
- Bab 76 Apa Ini Juga Sebuah Kebetulan? (1)
- Bab 76 Apa Ini Juga Sebuah Kebetulan? (2)
- Bab 77 Istriku Benarkah Ini Dirimu? (1)
- Bab 77 Istriku Benarkah Ini Dirimu? (2)
- Bab 78 Kamu Adalah Duniaku (1)
- Bab 78 Kamu Adalah Duniaku (2)
- Bab 79 Stanley Yan Datang Berkunjung (1)
- Bab 79 Stanley Yan Datang Berkunjung (2)
- Bab 80 Dia Seakan Telah Kembali! (1)
- Bab 80 Dia Seakan Telah Kembali! (2)
- Bab 81 Tanda Lahir (1)
- Bab 81 Tanda Lahir (2)
- Bab 82 Apa Yang Akan Kamu Lakukan Padanya? (1)
- Bab 82 Apa Yang Akan Kamu Lakukan Padanya? (2)
- Bab 83 Kebencian Tak Beralasan (1)
- Bab 83 Kebencian Tak Beralasan (2)
- Bab 84 Teman Lama Yang Saling Bertemu Namun Tidak Saling Mengenal (1)
- Bab 84 Teman Lama Yang Saling Bertemu Namun Tidak Saling Mengenal (2)
- Bab 85 Mengkhawatirkannya (1)
- Bab 85 Mengkhawatirkannya (2)
- Bab 86 Mengikuti Permainannya (1)
- Bab 86 Mengikuti Permainannya (2)
- Bab 87 Yesi Mo Adalah Angie Qin, Kalau Begitu Siapa Dia? (1)
- Bab 87 Yesi Mo Adalah Angie Qin, Kalau Begitu Siapa Dia? (2)
- Bab 88 Dia Tidak Memiliki Masa Lalu (1)
- Bab 88 Dia Tidak Memiliki Masa Lalu (2)
- Bab 89 Rahasia Mereka (1)
- Bab 89 Rahasia Mereka (2)
- Bab 90 Yesi Mo, Kamulah Angie Qin Yang Sebenarnya (1)
- Bab 90 Yesi Mo, Kamulah Angie Qin Yang Sebenarnya (2)
- Bab 91 Di Saat Terdesak, Ingatan Masa Lalu Hidup Kembali! (1)
- Bab 91 Di Saat Terdesak, Ingatan Masa Lalu Hidup Kembali! (1)
- Bab 92 Aku Tidak Setuju (1)
- Bab 92 Aku Tidak Setuju (2)
- Bab 93 Menikah Denganku, Dia akan Kulepaskan (1)
- Bab 93 Menikah Denganku, Dia akan Kulepaskan (2)
- Bab 94 Undangan Pernikahan (1)
- Bab 94 Undangan Pernikahan (2)
- Bab 95 Sudah Terlambat untuk Menyesalinya (1)
- Bab 95 Sudah Terlambat untuk Menyesalinya (2)
- Bab 96 Selalu Akan Ada Pertemuan Kembali Setelah Perpisahan (1)
- Bab 96 Selalu Akan Ada Pertemuan Kembali Setelah Perpisahan (2)
- Bab 97 Nenek Luar Kakek Luar Bukan Orang Lain (1)
- Bab 97 Nenek Luar Kakek Luar Bukan Orang Lain (2)
- Bab 98 Susah Dikatakan (1)
- Bab 98 Susah Dikatakan (2)
- Bab 99 Istri, Aku Yang Dibohongimu Sangat Menderita (1)
- Bab 99 Istri, Aku Yang Dibohongimu Sangat Menderita (2)
- Bab 100 Rico Mu, Kamu Pantas Mati (1)
- Bab 100 Rico Mu, Kamu Pantas Mati (2)
- Bab 101 Pertukaran Identitas, Mengorbankan Diri Untuk Orang Lain (1)
- Bab 101 Pertukaran Identitas, Mengorbankan Diri Untuk Orang Lain (2)
- Bab 102 Satu Keluarga Berkumpul (1)
- Bab 102 Satu Keluarga Berkumpul (2)
- Bab 103 Rico Mu Datang Mencari (1)
- Bab 103 Rico Mu Datang Mencari (2)
- Bab 104 Kesempatan Yang Diambil Sia-sia (1)
- Bab 104 Kesempatan Yang Diambil Sia-sia (2)
- Bab 105 Dijebak (1)
- Bab 105 Dijebak (2)
- Bab 106 Terbongkar (1)
- Bab 106 Terbongkar (2)
- Bab 107 Pertarungan Dua Wanita (1)
- Bab 107 Pertarungan Dua Wanita (2)
- Bab 108 Undangan Dengan Niat Buruk (1)
- Bab 108 Undangan Dengan Niat Buruk (2)
- Bab 109 Yang Lebih Peduli, Lebih Menderita (1)
- Bab 109 Yang Lebih Peduli, Lebih Menderita (2)
- Bab 110 Dia Bisa Menyerah? (1)
- Bab 110 Dia Bisa Menyerah? (2)
- Bab 111 Tidak Bisa Tersingkir (1)
- Bab 111 Tidak Bisa Tersingkir (2)
- Bab 112 Cengkeraman Dia (1)
- Bab 112 Cengkeraman Dia (2)
- Bab 113 Kamu Barang Palsu Ini (1)
- Bab 113 Kamu Barang Palsu Ini (2)
- Bab 114 Siapa yang Mengancam Siapa? (1)
- Bab 114 Siapa yang Mengancam Siapa? (2)
- Bab 115 Selesai Sudah (1)
- Bab 115 Selesai Sudah (2)
- Bab 116 Berita Kematian (1)
- Bab 116 Berita Kematian (2)
- Bab 117 Kebetulan? Siapa Percaya (1)
- Bab 117 Kebetulan? Siapa Percaya (2)
- Bab 118 Tunggu Sebentar (1)
- Bab 118 Tunggu Sebentar (2)
- Bab 119 Salah Sendiri (1)
- Bab 119 Salah Sendiri (2)
- Bab 120 Tidak Ada Hal Buruk yang Terjadi sejak Perpisahan (1)
- Bab 120 Tidak Ada Hal Buruk yang Terjadi sejak Perpisahan (2)
- Bab 121 Pendatang Yang Buruk (1)
- Bab 121 Pendatang Yang Buruk (2)
- Bab 122 Ini Hanya Permulaan (1)
- Bab 122 Ini Hanya Permulaan (2)
- Bab 122 Ini Hanya Permulaan (3)
- Bab 123 Memikat Musuh Keluar Dari Markas (1)
- Bab 123 Memikat Musuh Keluar Dari Markas (2)
- Bab 123 Memikat Musuh Keluar Dari Markas (3)
- Bab 124 Bencana Stanley Yan (1)
- Bab 124 Bencana Stanley Yan (2)
- Bab 124 Bencana Stanley Yan (3)
- Bab 125 Keputusan Yesi Mo (1)
- Bab 125 Keputusan Yesi Mo (2)
- Bab 125 Keputusan Yesi Mo (3)
- Bab 126 Tertangkap Basah (1)
- Bab 126 Tertangkap Basah (2)
- Bab 126 Tertangkap Basah (3)
- Bab 127 Kenyataan sangat Kejam (1)
- Bab 127 Kenyataan sangat Kejam (1)
- Bab 127 Kenyataan sangat Kejam (3)
- Bab 128 Kebaikan yang Tak Terlupakan (1)
- Bab 128 Kebaikan yang Tak Terlupakan (2)
- Bab 128 Kebaikan yang Tak Terlupakan (3)
- Bab 129 Roh Gentayangan di Kolam (1)
- Bab 129 Roh Gentayangan di Kolam (2)
- Bab 129 Roh Gentayangan di Kolam (3)
- Bab 130 Melewati Batas (1)
- Bab 130 Melewati Batas (2)
- Bab 130 Melewati Batas (3)
- Bab 131 Membalas Peach Dengan Plum (1)
- Bab 131 Membalas Peach Dengan Plum (2)
- Bab 131 Membalas Peach Dengan Plum (3)
- Bab 132 Orang Yang Terdesak Akan Melakukan Apapun (1)
- Bab 132 Orang Yang Terdesak Akan Melakukan Apapun (2)
- Bab 132 Orang Yang Terdesak Akan Melakukan Apapun (3)
- Bab 133 Setiap Rencana Jahat (1)
- Bab 133 Setiap Rencana Jahat (2)
- Bab 134 Menginginkan Uang Dan Lebih Menginginkan Nyawa (1)
- Bab 134 Menginginkan Uang Dan Lebih Menginginkan Nyawa (2)
- Bab 134 Menginginkan Uang Dan Lebih Menginginkan Nyawa (3)
- Bab 135 Harga Sebuah Keserakahan (1)
- Bab 135 Harga Sebuah Keserakahan (2)
- Bab 135 Harga Sebuah Keserakahan (3)
- Bab 136 Benar, Memang Sedang Mempermainkannya (1)
- Bab 136 Benar, Memang Sedang Mempermainkannya (2)
- Bab 136 Benar, Memang Sedang Mempermainkannya (3)
- Bab 137 Sebuah Tamparan Untuknya (1)
- Bab 137 Sebuah Tamparan Untuknya (2)
- Bab 137 Sebuah Tamparan Untuknya (3)
- Bab 138 Kabar dari Stanley Yan (1)
- Bab 138 Kabar dari Stanley Yan (2)
- Bab 138 Kabar dari Stanley Yan (3)
- Bab 139 Dia Ternyata sudah melamarnya (1)
- Bab 139 Dia Ternyata sudah melamarnya (2)
- Bab 139 Dia Ternyata sudah melamarnya (3)
- Bab 140 Berubah Pikiran (1)
- Bab 140 Berubah Pikiran (2)
- Bab 140 Berubah Pikiran (3)
- Bab 141 Itu Adalah Dia! (1)
- Bab 141 Itu Adalah Dia! (1)
- Bab 141 Itu Adalah Dia! (3)
- Bab 142 Tidak Peduli Akan Apapun Juga Untuk Melindunginya (1)
- Bab 142 Tidak Peduli Akan Apapun Juga Untuk Melindunginya (2)
- Bab 142 Tidak Peduli Akan Apapun Juga Untuk Melindunginya (3)
- Bab 143 Tidak Sabar (1)
- Bab 143 Tidak Sabar (2)
- Bab 143 Tidak Sabar (3)
- Bab 144 Tidak Bisa Menghindar dari Musuh (1)
- Bab 144 Tidak Bisa Menghindar dari Musuh (2)
- Bab 145 Di Bawah Atap yang Sama (1)
- Bab 145 Di Bawah Atap yang Sama (2)
- Bab 145 Di Bawah Atap yang Sama (3)
- Bab 146 Stanley Miliknya (1)
- Bab 146 Stanley Miliknya (2)
- Bab 146 Stanley Miliknya (3)
- Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (1)
- Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (2)
- Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (3)
- Bab 148 Retribusi (1)
- Bab 148 Retribusi (2)
- Bab 148 Retribusi (3)
- Bab 149 Kejam (1)
- Bab 149 Kejam (2)
- Bab 149 Kejam (3)
- Bab 150 Menikah! Mana Mungkin? (1)
- Bab 150 Menikah! Mana Mungkin? (2)
- Bab 150 Menikah! Mana Mungkin? (3)
- Bab 151 Bagaimana Mungkin Ia Tega Mengkhianati Keluarga Ini? (1)
- Bab 151 Bagaimana Mungkin Ia Tega Mengkhianati Keluarga Ini? (2)
- Bab 151 Bagaimana Mungkin Ia Tega Mengkhianati Keluarga Ini? (3)
- Bab 152 Siapa Yang Bisa Memahami Rasa Sakitnya? (1)
- Bab 152 Siapa Yang Bisa Memahami Rasa Sakitnya? (2)
- Bab 152 Siapa Yang Bisa Memahami Rasa Sakitnya? (3)
- Bab 153 Semua Lancar (1)
- Bab 153 Semua Lancar (2)
- Bab 153 Semua Lancar (3)
- Bab 154 Gali Lubang, Tutup Lubang (1)
- Bab 154 Gali Lubang, Tutup Lubang (2)
- Bab 154 Gali Lubang, Tutup Lubang (3)
- Bab 155 Jebakan Andrew Ling (1)
- Bab 155 Jebakan Andrew Ling (2)
- Bab 155 Jebakan Andrew Ling (3)
- Bab 156 Ia Pernah Menyelamatkanku (1)
- Bab 156 Ia Pernah Menyelamatkanku (2)
- Bab 157 Melindunginya (1)
- Bab 157 Melindunginya (2)
- Bab 158 Berkah Setelah Kemalangan Untuk Stanley Yan (1)
- Bab 158 Berkah Setelah Kemalangan Untuk Stanley Yan (2)
- Bab 159 Tunggu Aku Kembali (1)
- Bab 159 Tunggu Aku Kembali (2)
- Bab 160 Di Luar Kendali (1)
- Bab 160 Di Luar Kendali (2)
- Bab 161 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja
- Bab 162 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja (2)
- Bab 163 Ada Aku di Sini/ Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja (2)
- Bab 164 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja (3)
- Bab 165 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja
- Bab 166 Rencana yang Telah Gagal
- Bab 167 Jangan Tinggalkan Aku/ Ucapan Cinta Semalam Berubah Menjadi Akhir Dunia
- Bab 168 Pengurus Rumah
- Bab 169 Bebas
- Bab 170 Mengapa Mereka Juga Datang?
- Bab 171 Ia Selalu Disini
- Bab 172 Kamu Tidak Bisa Membohongiku
- Bab 173 Apa Aku Melakukan Kesalahan?
- Bab 174 Kesalahan Yang Jelas
- Bab 175 Tunggu Aku
- Bab 176 Akhir Yang Luar Biasa (Awal)
- Bab 177 Akhir Yang Luar Biasa (Tengah)
- Bab 178 Akhir Yang Luar Biasa (Akhir)