Unlimited Love - Bab 115 Selesai Sudah (2)

"Rumah sakit? Apa nenek masih belum sembuh? "

"Nenek tampaknya sudah tidak bisa sembuh. "Setelah berkata demikian, Yesi Mo menghela nafas, raut wajah Stanley Yan seketika berubah murung, "Sebenarnya apa yang terjadi? "

Kabarnya Nenek Yan sudah tidak punya banyak waktu lagi, Stanley Yan seketika merasa sedih. Setelah berpamitan dengan pasangan suami-istri Wirawan Mo, Stanley Yan bergegas pergi ke rumah sakit.

Yesi Mo ingin menyambut kedatangan Wirawan Mo dan Levy Song, sehingga dia tidak ikut pergi.

Ketika melihat keadaan Nenek Yan, setegar apa pun Stanley Yan, dia juga tidak mampu menahan perasaannya, air matanya pun mulai membanjir.

Nenek Yan melihatnya seperti itu, seketika menjadi panik. Dia dengan segera menarik tangan Stanley Yan dan bertanya dengan gugup, "Stanley, apa ada masalah? "

"Nenek, aku tidak apa-apa. "Stanley Yan buru-buru menenangkan diri, dan memaksakan sebuah senyum untuknya.

"Jangan bohong pada nenek. Nenek tidak buta, cepat katakan apa yang terjadi. Apa gadis itu ada masalah? "

Stanley Yan menggeleng, Nenek Yan bertanya lagi, "Didi? "

Stanley Yan juga menggeleng, Nenek Yan memperhatikan Stanley Yan dengan seksama cukup lama, dia kemudian berkata, "Jadi semua orang sudah mengetahui kondisiku? "

Stanley Yan baru mengangguk, matanya mulai memerah menatap Nenek Yan.

"Anak bodoh, apa yang perlu disedihkan? Orang, cepat atau lambat juga akan meninggal. "

"Tapi aku tidak rela nenek pergi, aku ingin nenek panjang umur, melihat Didi bertumbuh, melihatnya menikah dan memiliki anak, melihat... "

Nenek Yan menutupi mulut Stanley Yan dengan tangannya, dia kemudian tersenyum dan menggeleng, "Nenek tahu kamu tidak rela melepas nenek, tapi kita tidak bisa merubah keputusan Yang Maha Kuasa. Toh nenek juga sudah hidup cukup lama, kamu juga sudah hidup berumah tangga, nenek tidak punya penyesalan lagi, sudah waktunya nenek menemani kakek dan ayah ibumu. Mereka juga pasti sudah rindu dengan nenek. "

"Nenek jangan berkata yang tidak-tidak. "

Stanley Yan semakin merasa sedih, tapi Nenek Yan tidak berhenti berbicara, dia terus memberi wejangan dan nasehat pada Stanley Yan, serta berpesan agar Stanley Yan dan Yesi Mo dapat hidup rukun dan bahagia, dan untuk terakhir kalinya dia tersenyum. Stanley Yan baru perlahan merasa tenang.

Stanley Yan awalnya ingin menemani Nenek Yan di rumah sakit, tidak ingin neneknya menderngar kabar kedatangan Wirawan Mo dan Levy Song, maka dia menyuruh mereka untuk segera pulang, dan berkata padanya nenek masih akan dirawat di rumah sakit semalam lagi.

Tapi Stanley Yan tidak kuasa menahannya, maka dia hanya bisa mengangguk menyanggypi.

Dengan kedatangan Wirawan Mo dan Levy Song, suasana rumah kediaman keluarga Yan yang tadinya dingin, berubah menjadi ramai dan hangat.

Mungkin juga karena ada orang yang menemaninya berbincang, kondisi Nenek Yan hari semakin hari membaik, sinar matanya terlihat bagus.

Stanley Yan bahkan mengira dokter di rumah sakit sudah salah mendiagnosa.

Hari yang pernuh warna itu berlangsung dengan sangat cepat, dalam sekejap mata, satu bulan berlalu. Pagi ini setelah sarapan, Nenek Yan tiba-tiba memanggil semua orang untuk datang padanya. Dia kemudian berpesan pada mereka apa yang harus mereka lakukan padanya setelah dia meninggal.

Mendengarnya hati Stanley Yan dan Yesi Mo terasa berat, mereka langsung berkata Nenek Yan tidak usah berpikir yang tidak-tidak.

Nenek Yan tidak memperdulikannya, dia terus mengatakan apa yang ingin dia katakan, dan tidak membiarkan mereka meninggalkannya.

Siang itu, Stanley Yan tidak melihat Nenek Yan turun untuk makan siang. Dia segera naik ke atas dan masuk ke dalam kamar Nenek Yan. Didapatinya Nenek Yan sedang terbaring di atas tempat tidurnya dengan selimutnya. Dia kemudian berlari mendekatinya, dan dia mendapati Nenek Yan sudah tidak bernafas lagi. Seketika air matanya turun seperti hujan deras, dia menangis sejadi-jadinya, dia meneriakan lolongan kecewa.

Yesi Mo dan yang lain mendengar teriakan itu langsung berbondong-bondong datang, mengetahui Nenek Yan sudah tiada, satu per satu dari mereka merasa sedih.

Terutama melihat Stanley Yan yang seperti itu, dalam hati muncul perasaan tidak enak.

"Stanley, jangan menangis, kalau nenek sampai tahu kamu seperti ini dia tidak akan bisa tenang. "Levy Song berjalan mendekat lalu menepuk bahunya sambil menenangkannya, tapi Stanley Yan tidak bereaksi sama sekali.

Levy Song masih tidak mau menyerah, tapi tangan Wirawan Mo menariknya, dia menggeleng, "Biarkan dia menangis, dengan menangis, rasa sakit di hatinya akan berkurang. Kita lebih baik keluar terlebih dahulu. Sisi, kamu di sini menemani Stanley. "

Yesi Mo mengangguk, dia berjalan ke samping Stanley Yan dan menyelinap masuk ke dalam pelukannya. Air mata Stanley Yan membasahi baju Yesi Mo.

Kematian Nenek Yan merupakan sebuah pukulan yang keras bagi Stanley Yan, sampai proses kremasi Nenek yan, Stanley Yan tidak sanggup menguatkan diri.

Di perjalanan pulang dari krematorium, Yesi Mo menemani Stanley Yan selalu, dia terus menggenggam erat tangan Stanley Yan.

Beberapa hari ini semua yang perlu dikatakan sudah Yesi Mo katakan, yang harus dia lakukan juga sudah dia lakukan, dia sekarang hanya bisa menemaninya. Menemaninya melewati hari-hari yang sangat menyedihkan baginya ini.

Sepulangnya ke rumah kediaman keluarga Yan, Yesi Mo lama sekali tidak melihat Wirawan Mo dan Levy Song pulang. Setelah menyuruh orang mencari tahu, Wirawan Mo dan LEvy Song ternyata secara tiba-tiba mendapat telepon yang mengabarkan kawan lama Wirawan mo meninggal, dan mereka sedang bergegas ke bandara, ingin pergi ke Amerika untuk mengantar kepergian kawannya itu.

Yesi Mo merasa tidak tenang, ingin mengantar mereka pergi, tapi melihat keadaan Stanley Yan yang seperti sekarang, dia akhirnya mengurungkan niatnya.

Dalam waktu yang hampir bersmaan dengan pasangan suami-istri Wirawan Mo pergi ke Amerika itu, Rico Mu yang berada di sebuah villa mewah di pinggir kota Washington mendengar kabar Wirawan Mo dan istrinya sedang naik pesawat. Rico Mu menatap sekilas Bella Lan yang sudah dia jinakan bak seekor anjing yang terbaring di atas lantai di depannya, dari matanya seketika muncul sebuah cahaya harapan.

Novel Terkait

You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu