Unlimited Love - Bab 131 Membalas Peach Dengan Plum (1)
Di mata Yesi Mo, seluruh dunia bergulung-gulung dan berputar-putar. Mobilnya tidak berhenti menabrak dan berguling, membuat Yesi Mo dapat dengan jelas merasakan darah segar yang tersembur dari pengawal yang duduk di kursi pengemudi.
Darah segar berwarna merah itu seakan tertumpah diatas wajah Yesi Mo dan memenuhi seluruh wajahnya. Cipratan itu masuk ke dalam matanya, mulutnya, hidungnya, dan telinganya. Ia sangat sulit menerima sensasi cipratan itu, terlebih lagi perasaan seperti ini membuatnya takut. Detik ini, jarak antara kematian dan dirinya begitu tipis.
Di tengah mobil yang sedang berguling, kaca-kaca yang pecah menjadi serpihan pun beterbangan. Yesi Mo bahkan sampai tidak dapat merasakan sakit, wajah dan lengannya sudah robek karena serpihan kaca yang tajam itu.
Mobil itu baru berhenti setelah berguling sangat jauh diatas jalanan.
Dalam waktu singkat, bahkan satu menit saja tidak sampai, mobil Yesi Mo seluruhnya sudah berubah menjadi tidak berbentuk. Mobilnya terbalik di tanah dan mengeluarkan asap hitam yang sangat pekat.
Semua hal ini terjadi dalam waktu yang sama sekali tidak lama, dan hal ini tidak mempengaruhi Yesi Mo untuk berpikir macam-macam.
Ketika semua pergerakan sudah berhenti, datanglah pengawal dengan tergopoh-gopoh sambil memanggil nama Yesi Mo dengan khawatir. Barulah saat itu Yesi Mo tersentak dan kesadarannya kembali.
“Nyonya muda, apa yang nyonya rasakan?”
Melihat kekhawatiran dalam mata pengawal, Yesi Mo memperhatikan sejenak kondisi tubuhnya dengan seksama. Ia mencoba menggerakkan sedikit kaki dan tangannya.
Selain rasa sakit yang menusuk dari beberapa bagian tubuhnya yang tersayat, tangan kanan Yesi Mo terasa sangat sakit dan sekujur tubuhnya sama sekali tidak dapat bangun.
Tapi secara garis besar, Yesi Mo dapat dikatakan beruntung. Ia masih hidup dan lukanya tidak terlalu parah.
“Seharusnya aku tidak apa-apa, tapi sepertinya tangan kananku patah.”
“Nyonya muda, tolong diam dan jangan bergerak. Sekarang aku akan mengeluarkanmu lebih dulu, bersabarlah dan tunggu sebentar.”
Untungnya walaupun mobil itu berguling sangat jauh, namun pintu mobilnya masih dalam kondisi baik sehingga tidak dibutuhkan banyak upaya untuk mengeluarkan Yesi Mo.
Setelah memeriksa secara sekilas, pengawal itu memberitahu Yesi Mo bahwa tangan kanannya tidak patah melainkan hanya bergeser saja. Tangannya hanya perlu digeser kembali dan tidak akan mempengaruhi apapun.
Pengawal itu menggeser tulang tangan kanan Yesi Mo yang terlepas dari sambungannya. Setelah itu, Yesi Mo dapat merasakan ia sudah bisa kembali bergerak seperti seharusnya. Sesudah itu, barulah ia menghembuskan napas dengan lega dan memalingkan kepalanya untuk melihat mobil yang berada tak jauh darinya. Ia dengan khawatir bertanya, “Bagaimana dengannya?”
Yang Yesi Mo maksud tentu saja pengawal yang menjadi supirnya. Pengawal yang ada di hadapannya terdiam sejenak, lalu dengan wajah pucat berkata, “Ia tidak dapat bertahan hidup. Sebuah pecahan kaca menembus kepalanya. Saat kami mengeluarkannya, ia sudah tidak bernapas.”
“Maaf, aku...”
Yesi Mo tidak tahu kenapa ia harus meminta maaf, tapi ia tetap mengatakannya. Tidak peduli bagaimanapun juga, pengawal itu telah meninggal namun ia masih hidup.
“Nyonya muda, jangan berkata seperti ini. Ini bukan salahmu. Ada banyak luka di tubuh nyonya muda, jadi aku akan mengantarkanmu ke rumah sakit terlebih dulu. Siapa tahu ada pecahan kaca yang masuk ke dalam tubuhmu.”
“Tidak perlu, kita pergi ke bandara saja. Nanti tolong carikan seseorang untuk menggantikanku saja.”
Yesi Mo tidak tahu kenapa bisa terjadi kecelakaan mobil, namun indera keenamnya dengan jelas memberitahunya bahwa ia harus secepatnya meninggalkan Amerika. Disini tidaklah aman baginya.
“Mana bisa begitu? Sebaiknya nyonya muda tetap pergi ke rumah sakit dulu.”
Tepat pada saat itu, sebuah mobil lain juga bergegas menghampiri. Melinda Yan yang ada di dalam mobil itu memegang lengan Yesi Mo dan berkata, “Jangan keras kepala, kita pergi ke rumah sakit.”
“Bibi, aku tidak apa-apa. Tidak perlu ke rumah sakit.”
Melinda Yan dan pengawal itu membujuk Yesi Mo untuk waktu yang cukup lama, namun tetap tidak bisa mengubah keputusannya. Akhirnya, mereka hanya bisa tetap mengantarkan Yesi Mo ke bandara dan meninggalkan seorang pengawal untuk tetap disini untuk mengurus hal-hal yang masih perlu dibereskan.
Selama perjalanan ke bandara, seorang pengawal wanita dengan hati-hati mengeluarkan potongan pecahan kaca dari dalam tubuh Yesi Mo. Ia lalu melihat tubuh Yesi Mo sekali lagi dengan cermat dan baru menghembuskan napas lega setelah ia yakin tidak ada pecahan yang terluput dari matanya.
“Nyonya muda, nyonya benar-benar beruntung. Semua luka ini hanya luka luar, luka yang paling dalam juga hanya dua sampai tiga milimeter saja.”
Yesi Mo tersenyum, “Mungkin raja neraka tidak ingin secepat itu mengundangku minum teh.”
“Nyonya muda, ternyata nyonya benar-benar bisa bercanda. Tolong tahan sebentar karena sekarang aku akan membersihkan lukanya sekaligus membalutnya.”
Gerakan tangan pengawal wanita itu sangat lembut, namun Yesi Mo beberapa kali masih saja merasa kesakitan sampai berkeringat dingin.
Tidak ada halangan lain selama perjalanan mereka ke bandara kali ini. Mereka serombongan dengan selamat sampai di bandara dan naik pesawat menuju kota R.
Bertepatan dengan pesawat yang lepas landas, Bella Lan dan Stanley Yan secara bersamaan menerima kabar kecelakaan mobil yang dialami Yesi Mo.
Ekspresi Bella Lan sangat datar terhadap hal ini. Dari awal sampai akhir ia hanya berujar “Ya, aku tahu” dan tidak mengucapkan apa-apa lagi.
Jico Li yang pandai menilai seseorang dari ekspresinya masih dapat samar-samar menangkap sinar simpati yang berkilat di sudut mata Bella Lan.
Awalnya Jico Li ingin menghibur Bella Lan dengan sepatah dua patah kata, namun akhirnya ia tidak mengatakan apapun.
Pelajaran terakhir yang diterimanya masih terpapar segar dalam benaknya. Ia takut kalau salah berucap, justru malah akan memberi dirinya sendiri kesulitan yang tidak seharusnya terjadi.
Dibandingkan dengan Bella Lan yang tenang, respon Stanley Yan justru sangat reaktif. Sekujur tubuhnya rasanya meledak karena amarah.
Raut wajahnya yang kelam pun membuat Marson Luo yang tenang menjadi ngeri, ia bahkan tidak berani terang-terangan bernapas.
“Bella, kamu pantas untuk mati.”
Stanley Yan mengepalkan tangannya dengan geram dan meninjukannya ke atas meja kerja. Getaran yang menyebar di permukaannya membuat gelas tehnya bergetar.
Air dari gelas teh yang tersembur keluar membuat sebuah berkas penting yang ada di hadapan Stanley Yan menjadi masih. Namun ia tidak peduli dan tidak berniat untuk mempedulikannya.
Setelah lama berselang, napas Stanley Yan yang menderu kasar perlahan menjadi lebih tenang. Ia bangkit berdiri dan berjalan keluar.
“Tuan muda, tuan mau kemana?” Marson Luo dengan khawatir bertanya dari belakang.
“Pergi ke teras atap untuk menghirup udara segar.” Marson Luo baru saja mau mengikutinya saat Stanley Yan dengan secepat kilat membalikkan tubuhnya dan dengan wajah tanpa ekspresi berujar, “Panggil seseorang untuk menyapu ruangan ini. Apapun yang terjadi, jangan datang menggangguku.”
Diatas teras atap, Stanley Yan menengadahkan kepala untuk melihat awan gelap yang memenuhi angkasa. Yang muncul di hadapannya adalah semua masa lalu yang berhubungan dengan Bella Lan. Semua hal yang terjadi diantara mereka berdua, dendam diantara mereka. Matanya berkilat saat ia mengingat kembali ke belakang dan akhirnya digantikan oleh sinar dingin.
Tanpa disadari, Stanley Yan mengepalkan erat tangannya. Ia memejamkan matanya dan menarik napas dalam-dalam. Saat ia membukanya kembali, ada tekad kuat yang memenuhi matanya.
Stanley Yan mengeluarkan ponselnya, mencari sebuah nomor yang sudah begitu lama tidak pernah ia hubungi lalu langsung meneleponnya.
“Apakah kamu ada waktu kosong? Aku ingin mengobrol sebentar. Satu jam lagi, aku menunggumu di kedai kopi di seberang kantor.”
Setelah menutup telepon, Stanley Yan kembali berdiri untuk waktu yang cukup lama di teras atap. Saat waktunya hampir tiba, barulah ia membalikkan tubuhnya dan turun dari situ.
Baru saja ia meninggalkan atap, Marson Luo sudah berlari menghampirinya dan dengan gelisah berkata, “Tuan muda, ada masalah, ada masalah besar. Beberapa hari ini, Perusahaan Mo mengutus orang untuk membuat janji dan bertemu dengan sebagian besar jajaran direksi perusahaan kita. Katanya mereka sedang berdiskusi untuk membeli saham. Kalau...”
“Aku tahu.” Stanley Yan mengiyakan singkat, lalu langsung turun ke bawah dan masuk ke dalam lift.
“Tuan muda, tuan muda...”
Marson Luo memanggil-manggil namanya beberapa kali dari luar lift, namun Stanley Yan tidak menghiraukannya.
Di dalam kedai kopi, Stanley Yan masuk ke dalam sebuah ruang privat. Punggungnya bersandar di sofa, matanya terpejam sambil dengan sabar menunggu.
Tapi setelah menunggu cukup lama, orang yang Stanley Yan tunggu tidak kunjung muncul. Ia membuka matanya perlahan kemudian melihat daun pintu ruang privat itu. Stanley Yan mengernyitkan alisnya sambil bergumam, “Ia tidak datang?”
Baru saja selesai bergumam, terdengar suara ketukan pintu. Disusul dengan wajah Andrew Ling yang muncul dengan senyum tipis dan datar.
“Maaf, ada hal yang menghalangi di jalan. Kamu tidak menunggu lama, bukan?” Sambil berujar, Andrew Ling sambil memberikan isyarat pada asisten yang ada di belakangnya untuk mengikutinya masuk.
Stanley Yan melihat Andrew Ling sekilas. Ia sedikit mengernyitkan dahi, wajahnya tidak terlihat begitu senang.
“Kamu keluar dulu.” Andrew Ling mengisyaratkan asistennya untuk pergi. Setelah mendengar suara pintu ditutup, barulah ia tersenyum, “Sepertinya suasana hatimu sedang tidak baik.”
“Sudah tahu masih bertanya.” Stanley Yan melirik Andrew Ling sekilas dengan sinis dan berujar dengan dingin.
“Apa ada masalah?” Alis Andrew Ling sedikit bertaut dan dengan tidak yakin bertanya, “Yesi?”
“Aku menyuruhmu datang bukan untuk membicarakan hal ini.”
“Kalau begitu apa? Apakah mungkin kamu mau berbaik hati memberikanku apa yang aku inginkan?”
“Aku belum pernah melihat kotak yang kamu inginkan itu dan aku juga berani menjamin tidak ada benda seperti itu di keluarga Yan, jadi aku sama sekali tidak bisa memberikannya padamu. Tapi...” Stanley Yan sengaja berhenti sejenak, sudut bibirnya dipenuhi senyum yang percaya diri. “Aku bisa memberikanmu hal lain.”
“Misalnya?” tanya Andrew Ling sambil tersenyum ringan.
“Perusahaan Mu.”
Novel Terkait
Mata Superman
BrickI'm Rich Man
HartantoMenaklukkan Suami CEO
Red MapleThe Revival of the King
ShintaHis Second Chance
Derick HoAku bukan menantu sampah
Stiw boyUnlimited Love×
- Bab 1 Pernikahan
- Bab 2 Dinikahi Orang Tolol Juga Bukan Hal yang Buruk
- Bab 3 Dia Telah Membohongi Semua Orang
- Bab 4 Merasakan Kelembutannya
- Bab 5 Teh Penghormatan Dari Menantu
- Bab 6 Tamu Tak Diundang
- Bab 7 Istri, Aku Datang Melindungimu!
- Bab 8 Dengan Kelembutanmu, Hangatkan Hatiku
- Bab 9 Apakah Karena Cinta?
- Bab 10 Pemilik Cheongsam Sesungguhnya
- Bab 11 Semua Penuh Jebakan
- Bab 12 Menjenguk Katty Yun
- Bab 13 Katty Yun Mengakui Kesalahan
- Bab 14 Aku Masih Belum Siap
- Bab 15 Karena Cinta
- Bab 16 Membawa Masalah Pada Diri Sendiri
- Bab 17 Sebenarnya Apa Itu Kebenaran?
- Bab 18 Kemarahan Stanley Yan
- Bab 19 Menghinanya Karena Dia Bodoh?
- Bab 20 Menerima Hukuman
- Bab 21 Apakah Aku Memaksamu?
- Bab 22 Gawat, Sungguh Memalukan
- Bab 23 Robin Xiao Datang Berkunjung
- Bab 24 Tidak Ada Rahasia Di Hadapannya
- Bab 25 Tidak Dapat Menghindarinya
- Bab 26 Dia Sudah Gila
- Bab 27 Siapapun Tidak Boleh Menyentuh Wanitaku!
- Bab 28 Supnya Bermasalah
- Bab 29 Untuk Apa Dia Datang?
- Bab 30 Stanley Yan, kamu itu koruptor!
- Bab 31 Temani Aku Semalam Maka Dianggap Selesai
- Bab 32 Permusuhan
- Bab 33 Aku Mencintainya Melebihi Segalanya
- Bab 34 Meninggalkan Rumah Keluarga Yan
- Bab 35 Tidak, Jangan Mendekat!
- Bab 36 Hati Yang Teramat Gelisah (1)
- Bab 36 Hati Yang Teramat Gelisah (2)
- Bab 37 Dia Pergi, Aku Juga Pergi! (1)
- Bab 37 Dia Pergi, Aku Juga Pergi! (2)
- Bab 38 Stanley Yang Cinta Mati Kepada Istrinya (1)
- Bab 38 Stanley Yang Cinta Mati Kepada Istrinya (2)
- Bab 39 Jangan Mencari Perhatian Istriku (1)
- Bab 39 Jangan Mencari Perhatian Istriku (2)
- Bab 40 Bertamu Ke Rumah Robin Xiao (1)
- Bab 40 Bertamu Ke Rumah Robin Xiao (2)
- Bab 41 Meraih Bintang Memberikannya Untukmu (1)
- Bab 41 Meraih Bintang Memberikannya Untukmu (2)
- Bab 42 Kamu Bisa-Bisanya Memperlakukanku Seperti Itu! (1)
- Bab 42 Kamu Bisa-Bisanya Memperlakukanku Seperti Itu! (2)
- Bab 43 Mereka Tinggal Bersama Sepanjang Malam (1)
- Bab 43 Mereka Tinggal Bersama Sepanjang Malam (2)
- Bab 44 Kecewa Pada Stanley Yan (1)
- Bab 44 Kecewa Pada Stanley Yan (2)
- Bab 45 Siapa Yang Istrimu? Lepaskan! (1)
- Bab 45 Siapa Yang Istrimu? Lepaskan! (2)
- Bab 46 Aku Tidak Punya Teman Seperti Kamu (1)
- Bab 46 Aku Tidak Punya Teman Seperti Kamu (2)
- Bab 47 Tidakkah Pria, Akan Tahu Jika Sudah Mencoba? (1)
- Bab 47 Tidakkah Pria, Akan Tahu Jika Sudah Mencoba? (2)
- Bab 48 Kemarahan (1)
- Bab 48 Kemarahan (2)
- Bab 49 Konflik Pecah (1)
- Bab 49 Konflik Pecah (2)
- Bab 49 Konflik Pecah (3)
- Bab 50 Suka? Ambil Saja Untukmu! (1)
- Bab 50 Suka? Ambil Saja Untukmu! (2)
- Bab 51 Buku Nikah (1)
- Bab 51 Buku Nikah (2)
- Bab 51 Buku Nikah (3)
- Bab 52 Menjadi seorang ayah! (1)
- Bab 52 Menjadi seorang ayah! (2)
- Bab 52 Menjadi seorang ayah! (3)
- Bab 53 Berada Dalam Berkah Tapi Tidak Merasa Berkah (1)
- Bab 53 Berada Dalam Berkah Tapi Tidak Merasa Berkah (2)
- Bab 53 Berada Dalam Berkah Tapi Tidak Merasa Berkah (3)
- Bab 54 Biarkan dia tidak pernah kembali (1)
- Bab 54 Biarkan dia tidak pernah kembali (2)
- Bab 55 Sakit Perut (1)
- Bab 55 Sakit Perut (2)
- Bab 55 Sakit Perut (3)
- Bab 56 Kepanikan Yang Berlebihan (1)
- Bab 56 Kepanikan Yang Berlebihan (2)
- Bab 57 Siapa Yang Melakukannya? (1)
- Bab 57 Siapa Yang Melakukannya? (2)
- Bab 57 Siapa Yang Melakukannya? (3)
- Bab 58 Rasa Yang Tidak Nyaman (1)
- Bab 58 Rasa Yang Tidak Nyaman (2)
- Bab 58 Rasa Yang Tidak Nyaman (3)
- Bab 59 Aku Tidak Ingin Melihatmu Lagi (1)
- Bab 59 Aku Tidak Ingin Melihatmu Lagi (2)
- Bab 59 Aku Tidak Ingin Melihatmu Lagi (3)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (1)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (2)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (3)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (4)
- Bab 61 Jangan Pernah Berpikir Untuk Meninggalkanku (1)
- Bab 61 Jangan Pernah Berpikir Untuk Meninggalkanku (2)
- Bab 62 Kesalahpahaman Harus Dikatakan Dengan Jelas (1)
- Bab 62 Kesalahpahaman Harus Dikatakan Dengan Jelas (2)
- Bab 63 Problema Diantara Suami Dan Istri (1)
- Bab 63 Problema Diantara Suami Dan Istri (2)
- Bab 64 Putriku? Lucu Sekali! (1)
- Bab 64 Putriku? Lucu Sekali! (2)
- Bab 65 Balasan Yang Pantas (1)
- Bab 65 Balasan Yang Pantas (2)
- Bab 66 Aku Akan Melahirkan (1)
- Bab 66 Aku Akan Melahirkan (2)
- Bab 67 Seorang Tuan Muda Kecil (1)
- Bab 67 Seorang Tuan Muda Kecil (2)
- Bab 68 Bibit Siapa Sebenarnya (1)
- Bab 68 Bibit Siapa Sebenarnya (2)
- Bab 69 Menjadi Abu (1)
- Bab 69 Menjadi Abu (2)
- Bab 70 Tinggalkan Dia (1)
- Bab 70 Tinggalkan Dia (2)
- Bab 71 Bisa Percaya pada Siapa lagi? (1)
- Bab 71 Bisa Percaya pada Siapa lagi? (2)
- Bab 71 Bisa Percaya pada Siapa lagi? (3)
- Bab 72 Kakak, Ibu (1)
- Bab 72 Kakak, Ibu (2)
- Bab 72 Kakak, Ibu (3)
- Bab 73 Ibu, Untukmu (1)
- Bab 73 Ibu, Untukmu (2)
- Bab 74 Menjadi Ibu Untuknya (1)
- Bab 74 Menjadi Ibu Untuknya (2)
- Bab 74 Menjadi Ibu Untuknya (3)
- Bab 75 Cappuccino? Apakah Ini Kebetulan? (1)
- Bab 75 Cappuccino? Apakah Ini Kebetulan? (2)
- Bab 76 Apa Ini Juga Sebuah Kebetulan? (1)
- Bab 76 Apa Ini Juga Sebuah Kebetulan? (2)
- Bab 77 Istriku Benarkah Ini Dirimu? (1)
- Bab 77 Istriku Benarkah Ini Dirimu? (2)
- Bab 78 Kamu Adalah Duniaku (1)
- Bab 78 Kamu Adalah Duniaku (2)
- Bab 79 Stanley Yan Datang Berkunjung (1)
- Bab 79 Stanley Yan Datang Berkunjung (2)
- Bab 80 Dia Seakan Telah Kembali! (1)
- Bab 80 Dia Seakan Telah Kembali! (2)
- Bab 81 Tanda Lahir (1)
- Bab 81 Tanda Lahir (2)
- Bab 82 Apa Yang Akan Kamu Lakukan Padanya? (1)
- Bab 82 Apa Yang Akan Kamu Lakukan Padanya? (2)
- Bab 83 Kebencian Tak Beralasan (1)
- Bab 83 Kebencian Tak Beralasan (2)
- Bab 84 Teman Lama Yang Saling Bertemu Namun Tidak Saling Mengenal (1)
- Bab 84 Teman Lama Yang Saling Bertemu Namun Tidak Saling Mengenal (2)
- Bab 85 Mengkhawatirkannya (1)
- Bab 85 Mengkhawatirkannya (2)
- Bab 86 Mengikuti Permainannya (1)
- Bab 86 Mengikuti Permainannya (2)
- Bab 87 Yesi Mo Adalah Angie Qin, Kalau Begitu Siapa Dia? (1)
- Bab 87 Yesi Mo Adalah Angie Qin, Kalau Begitu Siapa Dia? (2)
- Bab 88 Dia Tidak Memiliki Masa Lalu (1)
- Bab 88 Dia Tidak Memiliki Masa Lalu (2)
- Bab 89 Rahasia Mereka (1)
- Bab 89 Rahasia Mereka (2)
- Bab 90 Yesi Mo, Kamulah Angie Qin Yang Sebenarnya (1)
- Bab 90 Yesi Mo, Kamulah Angie Qin Yang Sebenarnya (2)
- Bab 91 Di Saat Terdesak, Ingatan Masa Lalu Hidup Kembali! (1)
- Bab 91 Di Saat Terdesak, Ingatan Masa Lalu Hidup Kembali! (1)
- Bab 92 Aku Tidak Setuju (1)
- Bab 92 Aku Tidak Setuju (2)
- Bab 93 Menikah Denganku, Dia akan Kulepaskan (1)
- Bab 93 Menikah Denganku, Dia akan Kulepaskan (2)
- Bab 94 Undangan Pernikahan (1)
- Bab 94 Undangan Pernikahan (2)
- Bab 95 Sudah Terlambat untuk Menyesalinya (1)
- Bab 95 Sudah Terlambat untuk Menyesalinya (2)
- Bab 96 Selalu Akan Ada Pertemuan Kembali Setelah Perpisahan (1)
- Bab 96 Selalu Akan Ada Pertemuan Kembali Setelah Perpisahan (2)
- Bab 97 Nenek Luar Kakek Luar Bukan Orang Lain (1)
- Bab 97 Nenek Luar Kakek Luar Bukan Orang Lain (2)
- Bab 98 Susah Dikatakan (1)
- Bab 98 Susah Dikatakan (2)
- Bab 99 Istri, Aku Yang Dibohongimu Sangat Menderita (1)
- Bab 99 Istri, Aku Yang Dibohongimu Sangat Menderita (2)
- Bab 100 Rico Mu, Kamu Pantas Mati (1)
- Bab 100 Rico Mu, Kamu Pantas Mati (2)
- Bab 101 Pertukaran Identitas, Mengorbankan Diri Untuk Orang Lain (1)
- Bab 101 Pertukaran Identitas, Mengorbankan Diri Untuk Orang Lain (2)
- Bab 102 Satu Keluarga Berkumpul (1)
- Bab 102 Satu Keluarga Berkumpul (2)
- Bab 103 Rico Mu Datang Mencari (1)
- Bab 103 Rico Mu Datang Mencari (2)
- Bab 104 Kesempatan Yang Diambil Sia-sia (1)
- Bab 104 Kesempatan Yang Diambil Sia-sia (2)
- Bab 105 Dijebak (1)
- Bab 105 Dijebak (2)
- Bab 106 Terbongkar (1)
- Bab 106 Terbongkar (2)
- Bab 107 Pertarungan Dua Wanita (1)
- Bab 107 Pertarungan Dua Wanita (2)
- Bab 108 Undangan Dengan Niat Buruk (1)
- Bab 108 Undangan Dengan Niat Buruk (2)
- Bab 109 Yang Lebih Peduli, Lebih Menderita (1)
- Bab 109 Yang Lebih Peduli, Lebih Menderita (2)
- Bab 110 Dia Bisa Menyerah? (1)
- Bab 110 Dia Bisa Menyerah? (2)
- Bab 111 Tidak Bisa Tersingkir (1)
- Bab 111 Tidak Bisa Tersingkir (2)
- Bab 112 Cengkeraman Dia (1)
- Bab 112 Cengkeraman Dia (2)
- Bab 113 Kamu Barang Palsu Ini (1)
- Bab 113 Kamu Barang Palsu Ini (2)
- Bab 114 Siapa yang Mengancam Siapa? (1)
- Bab 114 Siapa yang Mengancam Siapa? (2)
- Bab 115 Selesai Sudah (1)
- Bab 115 Selesai Sudah (2)
- Bab 116 Berita Kematian (1)
- Bab 116 Berita Kematian (2)
- Bab 117 Kebetulan? Siapa Percaya (1)
- Bab 117 Kebetulan? Siapa Percaya (2)
- Bab 118 Tunggu Sebentar (1)
- Bab 118 Tunggu Sebentar (2)
- Bab 119 Salah Sendiri (1)
- Bab 119 Salah Sendiri (2)
- Bab 120 Tidak Ada Hal Buruk yang Terjadi sejak Perpisahan (1)
- Bab 120 Tidak Ada Hal Buruk yang Terjadi sejak Perpisahan (2)
- Bab 121 Pendatang Yang Buruk (1)
- Bab 121 Pendatang Yang Buruk (2)
- Bab 122 Ini Hanya Permulaan (1)
- Bab 122 Ini Hanya Permulaan (2)
- Bab 122 Ini Hanya Permulaan (3)
- Bab 123 Memikat Musuh Keluar Dari Markas (1)
- Bab 123 Memikat Musuh Keluar Dari Markas (2)
- Bab 123 Memikat Musuh Keluar Dari Markas (3)
- Bab 124 Bencana Stanley Yan (1)
- Bab 124 Bencana Stanley Yan (2)
- Bab 124 Bencana Stanley Yan (3)
- Bab 125 Keputusan Yesi Mo (1)
- Bab 125 Keputusan Yesi Mo (2)
- Bab 125 Keputusan Yesi Mo (3)
- Bab 126 Tertangkap Basah (1)
- Bab 126 Tertangkap Basah (2)
- Bab 126 Tertangkap Basah (3)
- Bab 127 Kenyataan sangat Kejam (1)
- Bab 127 Kenyataan sangat Kejam (1)
- Bab 127 Kenyataan sangat Kejam (3)
- Bab 128 Kebaikan yang Tak Terlupakan (1)
- Bab 128 Kebaikan yang Tak Terlupakan (2)
- Bab 128 Kebaikan yang Tak Terlupakan (3)
- Bab 129 Roh Gentayangan di Kolam (1)
- Bab 129 Roh Gentayangan di Kolam (2)
- Bab 129 Roh Gentayangan di Kolam (3)
- Bab 130 Melewati Batas (1)
- Bab 130 Melewati Batas (2)
- Bab 130 Melewati Batas (3)
- Bab 131 Membalas Peach Dengan Plum (1)
- Bab 131 Membalas Peach Dengan Plum (2)
- Bab 131 Membalas Peach Dengan Plum (3)
- Bab 132 Orang Yang Terdesak Akan Melakukan Apapun (1)
- Bab 132 Orang Yang Terdesak Akan Melakukan Apapun (2)
- Bab 132 Orang Yang Terdesak Akan Melakukan Apapun (3)
- Bab 133 Setiap Rencana Jahat (1)
- Bab 133 Setiap Rencana Jahat (2)
- Bab 134 Menginginkan Uang Dan Lebih Menginginkan Nyawa (1)
- Bab 134 Menginginkan Uang Dan Lebih Menginginkan Nyawa (2)
- Bab 134 Menginginkan Uang Dan Lebih Menginginkan Nyawa (3)
- Bab 135 Harga Sebuah Keserakahan (1)
- Bab 135 Harga Sebuah Keserakahan (2)
- Bab 135 Harga Sebuah Keserakahan (3)
- Bab 136 Benar, Memang Sedang Mempermainkannya (1)
- Bab 136 Benar, Memang Sedang Mempermainkannya (2)
- Bab 136 Benar, Memang Sedang Mempermainkannya (3)
- Bab 137 Sebuah Tamparan Untuknya (1)
- Bab 137 Sebuah Tamparan Untuknya (2)
- Bab 137 Sebuah Tamparan Untuknya (3)
- Bab 138 Kabar dari Stanley Yan (1)
- Bab 138 Kabar dari Stanley Yan (2)
- Bab 138 Kabar dari Stanley Yan (3)
- Bab 139 Dia Ternyata sudah melamarnya (1)
- Bab 139 Dia Ternyata sudah melamarnya (2)
- Bab 139 Dia Ternyata sudah melamarnya (3)
- Bab 140 Berubah Pikiran (1)
- Bab 140 Berubah Pikiran (2)
- Bab 140 Berubah Pikiran (3)
- Bab 141 Itu Adalah Dia! (1)
- Bab 141 Itu Adalah Dia! (1)
- Bab 141 Itu Adalah Dia! (3)
- Bab 142 Tidak Peduli Akan Apapun Juga Untuk Melindunginya (1)
- Bab 142 Tidak Peduli Akan Apapun Juga Untuk Melindunginya (2)
- Bab 142 Tidak Peduli Akan Apapun Juga Untuk Melindunginya (3)
- Bab 143 Tidak Sabar (1)
- Bab 143 Tidak Sabar (2)
- Bab 143 Tidak Sabar (3)
- Bab 144 Tidak Bisa Menghindar dari Musuh (1)
- Bab 144 Tidak Bisa Menghindar dari Musuh (2)
- Bab 145 Di Bawah Atap yang Sama (1)
- Bab 145 Di Bawah Atap yang Sama (2)
- Bab 145 Di Bawah Atap yang Sama (3)
- Bab 146 Stanley Miliknya (1)
- Bab 146 Stanley Miliknya (2)
- Bab 146 Stanley Miliknya (3)
- Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (1)
- Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (2)
- Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (3)
- Bab 148 Retribusi (1)
- Bab 148 Retribusi (2)
- Bab 148 Retribusi (3)
- Bab 149 Kejam (1)
- Bab 149 Kejam (2)
- Bab 149 Kejam (3)
- Bab 150 Menikah! Mana Mungkin? (1)
- Bab 150 Menikah! Mana Mungkin? (2)
- Bab 150 Menikah! Mana Mungkin? (3)
- Bab 151 Bagaimana Mungkin Ia Tega Mengkhianati Keluarga Ini? (1)
- Bab 151 Bagaimana Mungkin Ia Tega Mengkhianati Keluarga Ini? (2)
- Bab 151 Bagaimana Mungkin Ia Tega Mengkhianati Keluarga Ini? (3)
- Bab 152 Siapa Yang Bisa Memahami Rasa Sakitnya? (1)
- Bab 152 Siapa Yang Bisa Memahami Rasa Sakitnya? (2)
- Bab 152 Siapa Yang Bisa Memahami Rasa Sakitnya? (3)
- Bab 153 Semua Lancar (1)
- Bab 153 Semua Lancar (2)
- Bab 153 Semua Lancar (3)
- Bab 154 Gali Lubang, Tutup Lubang (1)
- Bab 154 Gali Lubang, Tutup Lubang (2)
- Bab 154 Gali Lubang, Tutup Lubang (3)
- Bab 155 Jebakan Andrew Ling (1)
- Bab 155 Jebakan Andrew Ling (2)
- Bab 155 Jebakan Andrew Ling (3)
- Bab 156 Ia Pernah Menyelamatkanku (1)
- Bab 156 Ia Pernah Menyelamatkanku (2)
- Bab 157 Melindunginya (1)
- Bab 157 Melindunginya (2)
- Bab 158 Berkah Setelah Kemalangan Untuk Stanley Yan (1)
- Bab 158 Berkah Setelah Kemalangan Untuk Stanley Yan (2)
- Bab 159 Tunggu Aku Kembali (1)
- Bab 159 Tunggu Aku Kembali (2)
- Bab 160 Di Luar Kendali (1)
- Bab 160 Di Luar Kendali (2)
- Bab 161 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja
- Bab 162 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja (2)
- Bab 163 Ada Aku di Sini/ Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja (2)
- Bab 164 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja (3)
- Bab 165 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja
- Bab 166 Rencana yang Telah Gagal
- Bab 167 Jangan Tinggalkan Aku/ Ucapan Cinta Semalam Berubah Menjadi Akhir Dunia
- Bab 168 Pengurus Rumah
- Bab 169 Bebas
- Bab 170 Mengapa Mereka Juga Datang?
- Bab 171 Ia Selalu Disini
- Bab 172 Kamu Tidak Bisa Membohongiku
- Bab 173 Apa Aku Melakukan Kesalahan?
- Bab 174 Kesalahan Yang Jelas
- Bab 175 Tunggu Aku
- Bab 176 Akhir Yang Luar Biasa (Awal)
- Bab 177 Akhir Yang Luar Biasa (Tengah)
- Bab 178 Akhir Yang Luar Biasa (Akhir)