Unlimited Love - Bab 160 Di Luar Kendali (1)

Saat Yesi Mo menemui Stanley Yan, wajah Stanley Yan ditutupi oleh perban, ia terbaring di tempat tidur beroda, perawat mendorong tempat tidur iitu keluar dari ruang operasi.

Di perjalanan menuju ruang rawat, Yesi Mo menanyakan tentang kondisi Stanley Yan.

Operasinya berhasil dan berjalan lancar, itu membuat Yesi Mo merasa sedikit lega, namun ia harus menunggu sampai Stanley Yan sadar, barulah ia bisa merasa benar-benar lega.

Setelah beberapa jam terbaring di ruang rawat, Stanley Yan akhirnya sadar, ia melihat Yesi Mo yang setia menunggu di dekat tempat tidur, Stanley Yan seperti hendak berbicara sesuatu, namun baru saja ia mengatakan satu kata, ia langsung menutup mulutnya, lalu berusaha bernapas.

“Stanley, kamu tidak kenapa-kenapa kan?”

Stanley Yan menggeleng, memberitahu bahwa ia baik-baik saja, tangannya meraba-raba wajahnya yang tertutup oleh perban, kemudian ia menunjuk ke arah mulutnya.

Ia memberitahu Yesi Mo, ia menjadi kesakitan jika berbicara karena pasca operasi.

Yesi Mo sangat menyayanginya, menyuruhnya agar tidak perlu bicara dan merawatnya dengan baik.

Stanley Yan mengangguk, ia menaruh kedua tangannya di atas kasur, menyangga badannya hingga ia bisa bangkit, ia mengulurkan tangannya dan mengusap lembut wajah Yesi Mo, tatapan matanya sangat dalam menyiratkan perasaannya pada Yesi Mo.

Yesi Mo menutup matanya perlahan, ia menikmati kehangatan dan kasih sayang dari Stanley Yan, orang yang sangat ia cintai.

Hari sudah sore menjelang malam, Stanley Yan memeri isyarat pada Yesi Mo untuk pulang ke mansion, ia tidak harus menjaganya disini.

Yesi Mo menggeleng dan menolaknya, ia bersikeras untu tetap tinggal dan menemaninya.

Stanley Yan tidak ingin Yesi Mo terlalu letih, ia memberitahu Yesi Mo bahwa ia baik-baik saja, ia ingin keluar dan meninggalkan rumah sakit.

Yesi Mo berkata bahwa belum saatnya, ia harus dirawat beberapa hari di rumah sakit, dan di bawah pengawasan dokter. Luka bekas operasinya harus selalu diperhatikan agar tidak terjadi infeksi.

Stanley Yan berbicara menggunakan isyarat, namun pada akhirnya, ia tetap tidak bisa membujuk Yesi Mo untuk pulang, ia hanya bisa menurut dan membiarkannya tinggal di rumah sakit.

Langit di Washington sudah gelap, hanya sekejap saja, waktu sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam, Yesi Mo menunggu Stanley Yan tidur, ia membereskan ruangan itu kemudian ia menggelar kasur tidak jauh dari tempat tidur Stanley Yan.

Suasana kamar rawat sangat tenang, Stanley Yan yang baru saja menjalani operasi, dengan cepat bisa tertidur pulas, Yesi Mo bisa mendengar suara napas panjang Stanley Yan, ia membalikkan badannya kemudian menatap Stanley Yan yang berada di tempat tidur, muncul seulas senyum di wajahnya.

Ia terus menatapnya, sampai ia juga jatuh tertidur.

Di belahan bumi lain di Kota R, Marson Luo baru saja selesai menghadiri pertemuan, kemudian ia kembali ke ruang kerjanya dan duduk di kursinya, belum sampai dua menit, asistennya masuk ke ruangan dan mengatakan bahwa ada dua polisi yang ingin bertemu dengannya, bagaimanapun juga, ia tidak bisa menahannya.

“Polisi?” Marson Luo mengerutkan kening, baru saja ia hendak berdiri, pintu ruangan sudah dibuka, dua orang polisi berusia kira-kira tiga puluh tahun berjalan masuk ke dalam, wajah mereka kaku dan tanpa ekspresi. Mereka melihat sekeliling ruangan Marson Luo, kemudian tatapan mereka jatuh kepada Marson Luo.

“Apakah kamu Marson Luo? Direktur perusahaan ini?”

“Benar, aku orangnya.” Marson Luo bangkit dan mengangguk pada mereka, “Maaf, ada urusan apa mencariku?”

“Kamu kami tahan.” Sembari berbicara, seorang polisi mengeluarkan selembar kertas berstampel warna merah dan menaruhnya di depan Marson Luo, “Ini adalah surat penahanannya.”

Melihat surat itu, Marson Luo menyipitkan matanya, kemudian mengangguk dan berkata, “Baiklah.”

Marson Luo mengulurkan kedua tangannya. Kedua polisi itu juga tidak perlu memaksanya maka mereka tidak menunjukkan wajah yang seram, kemudian polisi mengeluarkan borgol dan memborgol tangan Marson Luo, mereka bersiap berjalan menuju keluar ruangan.

Asisten Marson Luo tidak bisa tenang seperti Marson Luo, dengan cepat ia melangkah dan menghalangi jalan mereka, bertanya pada mereka apakah mereka melakukan kesalahan, bagaimana mungkin bisa sembarangan menangkap orang.

“Nona, makanan bisa sembarang makan, namun ucapan tidak boleh sembarang terucap. Ini adalah tugas kami, kami harap kamu mengerti.”

“Aku tidak peduli ini tugasmu atau bukan, aku hanya tahu bahwa Direktur Luo adalah orang yang baik, kalian tidak bisa menangkap orang yang tidak bersalah. Atau jika hendak menangkap seseorang, kalian harus memberi penjelasan terlebih dahulu.”

Polisi tidak mengira asisten perempuan Marson Luo ini akan berkata demikian, begitu pula Marson Luo.

Asisten Marson Luo ini adalah orang yang penurut, ia adalah salah satu karyawan yang pandai bicara di perusahaan, tidak ada karyawan lain yang tidak suka padanya.

Bahkan jika ia memiliki konflik dengan orang lain, ia akan meminta maaf terlebih dulu.

Marson Luo pernah berkata padanya beberapa kali, menyuruhnya agar tidak menunjukkan sifatnya yang lemah, jangan selalu mengalah, ini bisa membuat orang berpikir bahwa ia mudah ditindas.

Jika dibutuhkan, ia harus menjadi kuat, bekerja sebagai asisten Marson Luo, selain tunduk pada beberapa orang, ia tidak takut oleh orang lain.

Marson Luo juga pernah beberapa kali mengatakan bahwa ia tidak berubah, Marson Luo tahu jika itu memang sifatnya, ia tidak bisa memaksakannya.

Lagi pula setiap orang memiliki cara dan gaya hidupnya masing-masing, apa yang harus ia katakan, telah ia katakan, perkara ia mau mendengarkan atau tidak, Marson Luo tidak bisa mengaturnya.

Namun ada apa dengannya hari ini? Ia bisa mengatakan hal seperti ini di hadapan polisi?

Marson Luo penasaran, ia tidak habis pikir oleh kejadian ini.

“Kami memiliki penjelasan, tapi kami tidak bisa mengatakannya padamu, minggir.”

Asisten itu sedikit tergetar, namun ia tetap tidak mau menyingkir, rahangnya mengeras, ia tidak berhenti menggelengkan kepala.

“Asisten Song, biarkan saja. ini tidak ada urusannya denganmu.”

Ia menatap asistennya, ia merasa asistennya sangat emosi hingga hampir meledak, maka Marson Luo berusaha menenangkannya.

“Tapi… Direktur Luo, aku…” asisten Song terlihat hendak menangis, wajahnya sangat gugup menatap Marson Luo, ia terisak-isak sampai satu kalimatpun tidak selesai ia ucapkan.

Marson Luo tertawa dan berkata, “Tenang saja, aku tidak kenapa-kenapa. Kita harus mempercayai hukum, hukum tidak akan menindas orang yang baik. Kamu harus menurut, minggir.”

“Tidak.” Asisten Song mengatupkan giginya kuat-kuat, ia sangat bersikeras sehingga membuat Marson Luo terkejut.

Namun dengan sekejap, Marson Luo dapat mengerti alasan asistennya berbuat demikian, ada yang berbeda dari tatapan asisten Song kepadanya.

Dibalik kekhawatiran yang besar, ada sedikit perasaan yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

Marson Luo benar-benar menyadari bahwa asistennya yang pendiam dan penurut, yang ia panggil dengan panggilan ‘Asisten Song’ benar-benar menyukainya.

“Dengarkan aku, aku akan baik-baik saja.”

Marson Luo menatap asisten Song dalam-dalam, muncul seulas senyum di ujung bibirnya.

Ini adalah pertama kalinya Marson Luo berbicara dengan suara selembut itu padanya. Ini membuat Asisten Song terkejut, ia terpaku.

Apakah ini adalah sosok seseorang yang selalu ada dalam pikirannya, orang yang tidak pernah bertindak egois, yang selalu tersenyum saat di kantor, seseorang yang tidak bisa ia benci?

Bagaimana mungkin ia bersikap selembut itu padanya?

Jangan-jangan…

Wajah Asisten Song menjadi merah, lehernya juga menjadi merah, tanpa ia sadari, ia menundukkan kepalanya.

Marson Luo yang melihat ini semua tersenyum tipis, ia mengangguk memberi isyarat pada polisi untuk pergi.

Ketiga orang itu berjalan melewati Asisten Song yang sedang melayang pikirannya, sampai pada saat mereka sampai di depan lift, Marson Luo menghentikan langkahnya, “Pak polisi, bisakah kalian tunggu sebentar?”

“Menunggu apa? Waktu kita tidak banyak.”

“Kalian tenang saja, aku hanya akan mengatakan dua atau tiga kalimat.” Saat ia mengatakan ini, Asisten Song sudah berlari mengejar mereka, ia terengah-engah, kemudian memanggil Direktur Luo, Marson Luo tersenyum dan berkata, “Asisten Song, setelah ini tolong kamu menelepon Presdir Mo, dan memintanya untuk mengutus orang lain untuk menggantikan posisiku sementara, jangan sampai urusan di kantor menjadi berantakan.”

“Bagaimana denganmu?” Tanya Asisten Song dengan gugup.

“Aku akan segera kembali, percayalah padaku.”

Mendengar Marson Luo yang sangat yakin, membuat Asisten Song menjadi semakin percaya, ia mengangguk dengan yakin, “Direktur Luo, aku akan menunggumu kembali.”

Pintu lift perlahan tertutup, wajah gugup Asisten Song selalu mengikuti arah kemana Marson Luo pergi, sampai pada saat senyuman di wajah Marson Luo tidak Nampak lagi.

Sebenarnya ini tidak bisa sesantai Marson Luo saat menyuruhnya, ketika ia kembali masuk, sangat sulit untuk berpikir jernih.

Paling tidak, dalam waktu yang singkat ini, Marson Luo mengetahui dari ucapan polisi, bahwa orang yang ia suruh untuk menipu Vivian Luo telah terkuak, saat melihat surat penangkapannya, Marson Luo langsung bisa memastikan bahwa orang yang ia temui di ruang investigasi telah mengambil selangkah lebih maju darinya.

Namun masih ada yang mengganjal, bukankah masalah ini sudah selesai? Namun orang itu berubah pikiran, apakah ada yang terjadi sehingga hal ini bisa terjadi?

Asisten Song berdiri di sebelah jendela dalam ruangan Marson Luo, ia melihat dengan mata kepalanya sendiri polisi membawa Marson Luo masuk ke dalam mobil, dan pergi.

Ia sangat mengkhawatirkan Marson Luo, namun ia juga tahu ia tidak bisa melakukan apa-apa, ia hanya bisa terdiam dan melihat orang yang ia cintai ditangkap polisi.

Yesi Mo terbangun karena suara dering telepon, ia membuka mata dan melihat Stanley Yan telah turun dari tempat tidur dan berjalan ke arahnya.

Yesi Mo menatap layar ponselnya, kemudian mematikan telepon, kemudian ia menatap Stanley Yan dan bertanya, “Stanley, mengapa kamu bangun? Cepat tidur dan beristirahat kembali.”

Stanley Yan menunjuk kea rah ponsel Yesi Mo di sebelahnya, tatapan matanya seperti penasaran.

“Oh, hanya telepon pengganggu.”

Yesi Mo asal menjawab, kemudian ia membantu Stanley Yan untuk kembali berbaring di tempat tidur, menunggunya sampai ia benar-benar tertidur, barulah Yesi Mo mengendap-endap keluar kamar rawat dan menelepon kembali orang yang meneleponnya tadi.

“Marson Luo, ada apa?”

“Presdir Mo, aku adalah Asisten Direktur Luo, Asisten Song.” Asisten Song sudah menunggu lebih dari setengah jam, saat ia menelepon Yesi Mo tadi, Yesi Mo tidak mengangkat teleponnya, ia mengerti dan tidak meneleponnya lagi.

Ia sangat mengerti jika Yesi Mo mengenali nomor telepon ini. Jika bukan karena hal penting, ia tidak mungkin sembarang menutup teleponnya.

Walaupun dalam hati ia sangat panik, namun ia masih punya kesabaran untuk menunggu.

Ia pikir bahkan sampai waktunya pulang kerja pun, Yesi Mo bisa jadi tidak meneleponnya kembali, ia tidak menyangka Yesi Mo secepat itu bisa meneleponnya kembali.

“Ada apa?”

“Presdir Mo, terjadi sesuatu pada Direktur Luo. Satu jam yang lalu, dua orang polisi membawa surat penangkapan dan menangkap Direktur Luo.”

“Apa?” Yesi Mo terkejut, namun ia segera menenangkan diri, kemudian bertanya dengan suara lirih, “Bagaimana dengan kondisi perusahaan?”

“Sedikit kacau…”

Setelah selesai menelepon, Yesi Mo menyimpan ponselnya, kemudian berjalan tanpa suara kembali ke kamar rawat, merapikan bajunya dan kembali berbaring, namun ia tidak bisa tidur dan terus mengganti posisi tidurnya.

Ia memikirkan hendak menggunakan alasan apa untuk bisa kembali ke Kota R.

Marson Luo telah ditangkap, Ia tidak bisa mengabaikan ini begitu saja, Marson Luo ditangkap karena menggantikan hukumannya.

Namun memikirkan tentang surat penangkapan oleh polisi, menandakan mereka telah memiliki bukti yang cukup kuat, memikirkan tentang membantu seseorang bebas dari penjara adalah hal yang tidak mudah, apakah ia bisa melakukannya?

Pagi hari, Yesi Mo mengatakan alasannya, ia berkata bahwa perusahaan akan melakukan kerja sama yang cukup besar dan membutuhkannya untuk kembali ke Kota R.

“Paling cepat tiga sampai lima hari, paling lambat bisa jadi setengah bulan, lalu aku akan kembali. Kamu pasti akan cepat pulih, jangan membuatku khawatir.”

Sebelum pergi, Yesi Mo terus menasehatinya, melihat Stanley Yan mengangguk menyetujui ia pergi, barulah Yesi Mo pergi dengan berat hati, kemudian ia langsung pergi ke bandara.

Stanley Yan berdiri di dekat jendela, ia menatap sekumpulan awan putih di langit yang biru, perlahan mengerutkan keningnya, ia termenung untuk waktu yang cukup lama, kemudian ia mengeluarkan ponselnya, mengetik sebuah pesan, kemudian mengirimkannya kepada seseorang.

Novel Terkait

Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu