Unlimited Love - Bab 134 Menginginkan Uang Dan Lebih Menginginkan Nyawa (1)

Walaupun Stanley Yan tahu Marson Luo tidak mungkin bicara sembarangan, namun ia tetap tidak bersedia mempercayai bahwa Yesi Mo dan Didi tertimpa masalah.

Tapi, kenyataan adalah kenyataan. Tidak ada gunanya ia bersedia atau tidak untuk mempercayainya.

Yesi Mo dan Didi adalah nyawanya Stanley Yan sekarang, ia tidak akan membiarkan mereka tertimpa masalah apapun.

Perkara apapun lainnya menjadi tidak penting dan tidak ada artinya di mata Stanley Yan jika dibandingkan dengan urusan Yesi Mo dan Didi.

Bahkan Stanley Yan langsung pergi melesat keluar, sampai-sampai tidak menyapa Andrew Ling.

Andrew Ling mendorong kursi rodanya ke jendela untuk melihat Stanley Yan yang masuk ke dalam mobil dan langsung melaju pergi. Sudut bibir Andrew Ling terlihat kaku dan samar-samar ia menggelengkan kepalanya.

Ia sangat meremehkan Stanley Yan, meremehkan sikap pria itu yang meninggalkan pekerjaan demi cintanya.

“Benar-benar tidak tahu bagaimana si tengil itu bisa hidup sampai sekarang. Sungguh ajaib.”

“Direktur Ling, apakah ada yang perlu kami lakukan?” Asistennya bertanya dengan hati-hati.

“Untuk sementara, kita tunggu dan amati perubahannya.” Selesai bicara, Andrew Ling memicingkan matanya, “Kalau memang sangat diperlukan, kalian boleh membantu mereka.”

“Membantu siapa?” tanya asisten itu pada Andrew Ling dengan penasaran.

“Kamu benar-benar tidak paham maksudku?” Andrew Ling mengangkat kepalanya dan menatap asistennya, raut wajahnya terlihat sedikit tidak senang.

“Mohon maaf, Direktur Ling. Aku mengerti, sekarang juga aku akan mengaturnya.”

Setelah asisten itu berjalan pergi, Andrew Ling tersenyum senang. Walaupun semua hal yang terjadi mengalami sedikit perbedaan dengan apa yang ia rencanakan, namun alur ceritanya secara keseluruhan masih berjalan sesuai dengan jalur yang ia rancang.

Bella Lan membenci Stanley Yan sehingga turun tangan mengatasi Yesi Mo dan Didi. Di saat seperti ini, Andrew Ling tidak berharap perkaranya akan begitu mudah untuk diselesaikan.

Sepengelihatan Andrew Ling, paling baik jika salah satu dari Yesi Mo atau Didi tertimpa masalah. Dengan begitu, barulah situasinya akan benar-benar membakar amarah Stanley Yan, membuat pria itu menjadi kalap untuk membalaskan dendamnya pada Bella Lan. Kedua orang itu akan bertarung seperti ini tanpa henti dan tanpa lelah, sangat-sangat menguntungkan bagi Andrew Ling.

Sepanjang perjalanan, Stanley Yan dengan hati yang gelisah dan khawatir menanyakan detail perkaranya pada Marson Luo. Karena ia sendiri tidak terlalu paham akan kronologisnya, Marson Luo menyuruh pengawal untuk menjelaskannya sendiri pada Stanley Yan di telepon.

Setelah mendengarkan apa yang terjadi, raut wajah Stanley Yan benar-benar menjadi tidak enak dilihat.

Yesi Mo dan Didi diculik dan yang membuatnya semakin tidak tenang adalah pengawal yang mengejar mereka ternyata berhasil dikelabui oleh pihak penculik.

Sekarang, ia sama sekali tidak mengetahui keberadaan mereka berdua. Semua orang bisa membayangkan betapa besar kekhawatiran dalam hati Stanley Yan.

“Marson, segera kerahkan segala upaya dan tenaga yang kamu bisa. Kita harus menemukan mereka secepatnya.”

“Baik, tuan muda. Kalau begitu, apakah sekarang kita tetap pergi ke sekolah taman kanak-kanak?” Marson Luo bertanya dengan ragu. Dalam pemikirannya sekarang, pergi ke sekolah atau tidak sama sekali tidak ada gunanya.

“Pergi ke kantor polisi.”

Terjadi masalah yang besar seperti ini, polisi tidak mungkin tidak peduli. Sebenarnya saat Stanley Yan baru menerima kabar penculikan Yesi Mo dan Didi, pengawal yang bertanggung jawab atas mereka berdua sudah melapor ke polisi.

Polisi pun menanggapi laporan itu dengan serius. Saat Stanley Yan muncul di kantor polisi, saat itu juga perkara penculikan Yesi Mo dan Didi sudah dilaporkan sebagai agenda penting para polisi.

Hampir seluruh sistem keamanan dan kepolisian di seluruh pelosok kota bergerak gila-gilaan.

Walaupun Stanley Yan hanyalah seorang pebisnis, namun kemampuannya sangat hebat. Ia memainkan peranan penting dalam perkembangan bisnis kota R.

Setiap orang di dalam kota tidak ada yang berani tidak mempedulikannya. Seakan pengaruh dari polisi mempengaruhi mereka, seluruh pelosok kota R seperti dirasuki sebuah aura kegelisahan. Polisi yang terbagi menjadi beberapa kelompok muncul di jalanan kota untuk mencari jejak keberadaan Yesi Mo dan Didi.

Seluruh kota pun secara tidak sadar bergerak, seperti ada ritme yang menjungkir-balikkan keseluruhan kota R.

Di dalam ruang tamu vila keluarga Yan, Stanley Yan sedang meremas ponsel Yesi Mo. Wajahnya terlihat sangat kelam dan menakutkan.

Ia pernah menyuruh orang untuk memasang alat pelacak pada ponsel Yesi Mo, awalnya ia mengira bisa mengandalkan hal ini untuk mencari jejak Yesi Mo dan Didi. Tapi siapa yang menyangka ternyata orang-orang yang ia suruh mencari berdasarkan posisi yang ditunjukkan alat pelacak ini tetap tidak dapat menemukan mereka. Jangankan sosok Yesi Mo dan Didi, bayangan mereka berdua saja tidak ditemukan.

Sampai akhirnya ponsel Yesi Mo ditemukan di tempat pembuangan sampah yang kotor di sebuah jalan buntu.

Lebih dari dua jam sudah berlalu, dari awal sampai sekarang pun sama sekali tidak ada informasi mengenai keberadaan kedua orang itu. Dahi Stanley Yan sudah dipenuhi butiran keringat dan tangan kanannya menggenggam ponsel Yesi Mo erat-erat, ia benar-benar terlihat tidak berdaya dan lesu.

“Kak, kamu jangan terlalu khawatir. Kakak ipar dan Didi tidak mungkin tertimpa masalah. Sebaiknya sekarang kamu tetap makan dulu, ya?”

Jennie Bai berjalan menghampiri untuk menarik tangan Stanley Yan dan menghiburnya.

“Aku tidak lapar, kamu makan saja.” Stanley Yan mengangkat kepalanya dan menggeleng tanpa ekspresi pada Jennie Bai.

“Kak, aku juga khawatir terhadap kakak ipar dan Didi. Tapi, seberapa pun khawatirnya aku juga tidak ada gunanya, bukan? Kalau memang pihak lawan hanya membawa kabur kakak ipar dan Didi, mereka tidak akan mungkin begitu mudahnya melukai mereka. Kalau tidak, tidak mungkin sama sekali tidak ada kabar tentang mereka sampai selama ini.”

Stanley Yan mengerti semua perkataan Jennie Bai ini, pasti memang ada suatu maksud tertentu bagi orang-orang yang menculik Yesi Mo dan Didi itu.

Kalau memang hanya sesederhana menculik demi uang, hal ini mudah dibereskan. Demi keselamatan Yesi Mo dan Didi, walaupun mungkin akan mengorbankan seluruh Yan Business Group, Stanley Yan tidak akan ragu sedikit pun.

Tapi kalau ternyata bukan seperti itu? Kalau ternyata lawannya adalah Bella Lan?

Stanley Yan bahkan tidak berani berpikir ke arah sana. Ada kalanya semakin seseorang mengetahui banyak hal, maka akan semakin tidak dapat menenangkan diri.

Beginilah kondisi Stanley Yan saat ini. Semenjak media masa yang Sara Xue beli membeberkan kabar tentang Bella Lan yang keguguran di seluruh pelosok kota R, tidak peduli apakah hal ini direncanakan oleh Stanley Yan atau tidak, tidak peduli apakah Bella Lan benar-benar keguguran atau tidak, Bella Lan akan tetap melimpahkan perhitungan perkara ini pada Stanley Yan.

Stanley Yan sangat menyesal, menyesal ia tidak mempertimbangkan lebih dalam saat Bella Lan pergi ke Amerika dan membawa semua orang terdekatnya.

Akibat dari dirinya yang lengah ini membuat Stanley Yan sangat kesal dan tidak bisa menerima keadaan.

Jennie Bai membujuk Stanley Yan untuk waktu yang cukup lama, namun pada akhirnya ia tetap tidak dapat membuat Stanley Yan makan sesuatu. Terjadi masalah sebesar ini, Jennie Bai yang awalnya juga tidak memiliki napsu makan sama sekali pun semakin tidak bisa menelan apapun dengan Stanley Yan yang juga tidak ingin makan apapun.

“Kak, kalau kamu memang tidak mau makan, setidaknya minumlah teh untuk membangkitkan semangat sedikit. Mungkin sebentar lagi akan ada kabar tentang kakak ipar dan Didi, aku ke atas dulu untuk mengambil sesuatu.”

Stanley Yan tidak memberikan respon apapun. Jennie Bai yang tidak berdaya pun menghela napas, lalu bangkit berdiri dan naik ke lantai atas.

Saat pintu kamar baru saja ditutup, Jennie Bai langsung mengeluarkan ponselnya dan menelepon Andrew Ling.

“Apakah barangnya sudah ditemukan?”

“Tidak ada barang yang kamu mau di keluarga Yan.”

“Kalau begitu, untuk apa kamu menghubungiku? Aku tidak ada waktu untuk berbasa-basi denganmu.” Nada suara Andrew Ling yang ada di ujung sana terdengar sangat dingin dan sangat kesal.

“Aku ingin memohon bantuanmu untuk suatu hal.”

“Masalah Yesi dan Didi? Aku tidak dapat berbuat apapun.”

“Bukan, kamu pasti bisa melakukannya. Kamu harus membantu kakakku, aku mohon.” ucap Jennie Bai dengan sangat memelas.

“Jangan katakan bahwa aku tidak memiliki kemampuan untuk membantunya. Walaupun aku benar-benar mampu, atas dasar apa aku harus membantunya? Aku bahkan tidak berhutang apapun padanya. Sebaliknya, kalau bukan si Stanley yang membantu Sara melawanku, aku juga tidak mungkin menjadi seperti ini. Bergantung hidup pada Bella seperti anjing di sampingnya, sudah bagus aku tidak semakin menindasnya saat ia terpuruk.”

“Aku tahu kejadian yang terjadi dulu, memang kakakku yang mengecewakanmu. Aku juga tahu kamu sudah sangat berbesar hati tidak memperhitungkan perkara ini pada kakakku. Tapi, aku benar-benar berharap kamu bisa membantu kakakku, membantu kakak iparku dan Didi. Aku pernah mendengar kamu bilang bahwa kamu dan kakak iparku adalah teman? Kamu bahkan pernah menyukainya. Apakah kamu benar-benar tega melihat kakak ipar tertimpa masalah?”

Jennie Bai tidak berpikir panjang, ia sudah siap mempertaruhkan segalanya. Ia tidak peduli bagaimanapun juga, ia harus bisa mendapatkan pertolongan Andrew Ling.

“Ini bukan alasan bagiku untuk membantu Stanley. Aku bisa membantunya, tapi serahkan dulu barang yang aku mau. Kalau tidak, tidak akan ada perbincangan lagi. Ini adalah kata-kataku, kamu boleh langsung memberitahu Stanley. Kalau ia setuju, suruh ia sendiri meneleponku.”

Selesai bicara, Andrew Ling langsung memutus teleponnya. Jennie Bai menatap ponsel yang ada dalam genggamannya dengan sorot mata yang campur aduk. Ia tidak tahu apakah sebaiknya ia harus memberitahu kata-kata Andrew Ling pada Stanley Yan atau tidak.

Kalau ia katakan, tujuannya datang ke keluarga Yan akan terbongkar. Kalau tidak ia katakan, mungkin ia akan melewatkan sebuah kesempatan baik untuk menolong nyawa seseorang.

Jennie Bai ragu untuk waktu yang cukup lama, kemudian akhirnya ia menggertakkan gigi dan membuat sebuah keputusan.

“Kak, aku mau mengaku sesuatu padamu.” Jennie Bai menatap Stanley Yan yang terlihat tidak bersemangat sambil menggigit kecil bibir bawahnya dengan gelisah.

Stanley Yan sama sekali tidak bereaksi, tidak tahu apakah ia mendengarkan tapi tidak peduli atau sama sekali tidak mendengarnya.

Melihat responnya yang seperti ini, Jennie Bai ragu sejenak namun tetap mengatakannya, “Sebenarnya putra Andrew, Sonson, adalah anak kandung yang aku lahirkan. Alasan kenapa aku bisa tiba-tiba datang kesini sebenarnya demi membantu Andrew mencari sebuah kotak. Jika aku tidak bisa menemukan kotak itu, Andrew tidak mengijinkanku bertemu Sonson. Ia tidak mengijinkanku bersama dengan putraku. Awalnya aku tidak ingin membohongimu, namun aku benar-benar tidak bisa berpisah dengan Sonson. Aku...”

Jennie Bai berbicara begitu banyak, namun Stanley Yan hanya menengadah dan menatapnya sekilas tanpa ekspresi. Ia lalu dengan sangat acuh tak acuh hanya berujar ‘Oh’ dengan singkat. Jennie Bai juga tidak mengerti sebenarnya respon apa yang pria itu berikan.

“Kak, apa kamu mendengarkanku?” desak Jennie Bai.

“Masalah ini kita bicarakan lagi nanti.” Stanley Yan dengan tidak sabar mengibaskan tangannya, tatapannya jatuh pada dua buah ponsel di meja kecil di hadapannya. Salah satu ponsel adalah miliknya, sedangkan sebuah yang lain adalah milik Yesi Mo.

Kalau memang pihak lawan benar-benar memiliki suatu tujuan tertentu, Stanley Yan yakin mereka pasti akan meneleponnya untuk mengutarakan permintaan mereka.

“Kak, sebenarnya aku mengatakan semua ini untuk memberitahumu kalau sebenarnya mungkin aku memiliki cara untuk menemukan kakak ipar dan Didi.”

“Apa kamu bilang?” Stanley Yan tiba-tiba menoleh dan menatap Jennie Bai lurus-lurus. Ia menarik tangan wanita itu dengan semangat dan berujar, “Ulangi sekali lagi.”

“Kak, lepaskan aku dulu. Kamu menyakitiku.”

Novel Terkait

Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu