Unlimited Love - Bab 159 Tunggu Aku Kembali (1)

Sekarang sudah lebih dari setengah tahun, kemampuan Stanley Yan juga tidak menurun, namun ia sudah lama tidak berhubungan dengan banyak orang, khawatir jika orang lain perlahan sudah mulai melupakannya.

Bukankah ada pepatah mengatakan.

Teh akan dingin jika pemiliknya pergi, Yan Business Group kini sudah tidak ada, perusahaan yang menjadi mata tombak di Kota R kini juga jatuh bersama Stanley Yan.

Seluruh pengusaha mengejar keuntungan, masih ada berapa orang yang mau berhubungan dengannya seperti saat ia masih bisa berbisnis seperti dulu?

Bisa dibilang, tidak ada, kecuali orang itu pernah berhutang budi pada Stanley Yan, selain itu, orang-orang yang pernah mendapatkan bantuan dan kebaikan dari Stanley Yan atau Keluarga Yan, tidak perlu dibicarakan lagi.

Moral manusia telah menurun, semua orang hanya memandang uang dan harta, melihat dari sisi ini, semua hal akan terlihat tidak menentu.

Namun dalam keadaan seperti ini, Yesi Mo sangat tersentuh, ia tidak peduli apakah pada akhirnya Stanley Yan bisa melakukannya atau tidak, yang ia pedulikan adalah keadaan Stanley Yan dan perasaan Stanley Yan padanya.

“Aku percaya padamu.”

Tiga kata sederhana ini, menunjukkan kepercayaan Yesi Mo pada Stanley Yan, menunjukkan bahwa Yesi Mo bergantung padanya.

Stanley Yan sangat senang, terlihat dari matanya yang berbinar-binar.

Wajah yang tertutup kain tipis itu tersenyum, setelah melewati banyak hal, Yesi Mo tidak berubah sedikitpun.

Dari kejauhan, mereka melihat Didi membawa boneka berbulu domba yang aneh, Stanley Yan dan Yesi Mo saling bertukar pandang, dan tidak membicarakan hal ini lagi.

Namun Stanley Yan merasa sangat kepanasan, mereka bertiga hanya satu jam lebih berada di arena bermain dan langsung kembali ke Mansion Keluarga Mo.

Lama sekali ia tidak bertemu dengan Stanley Yan, Yesi Mo selalu menempel dengannya, satu langkahpun tidak pernah lepas dengannya.

Yesi Mo membawa Stanley Yan pergi ke ruangan kosong di kamar mandi. Yesi Mo memberi tahu rencananya kepada Stanley Yan.

“Kamu sekarang ingin kembali ke Kota R?” Stanley Yan mengerutkan kening, tidak yakin dengan apa yang ia dengar.

“Iya, akan sangat merepotkan jika masalah di Kota R tidak diselesaikan secara baik-baik.” Saat ia mengatakan ini, Yesi Mo mengambil tangan Stanley Yan dan meletakkannya di pipinya, dengan tidak rela berkata: “Aku baru saja bertemu denganmu, aku tidak ingin secepat itu berpisah denganmu.”

“Aku akan menemanimu.”

Stanley Yan mengatakannya tanpa berpikir panjang, Yesi Mo sangat tersentuh karenanya, namun ia tidak menyetujuinya, ia menggelengkan kepalanya, “Tidak bisa, kamu tidak boleh pergi.”

“Kamu takut aku akan melakukan sesuatu yang buruk?”

Dalam kalimat Stanley Yan sebenarnya ada makna tersirat, “Apakah kamu tidak mempercayaiku?”

Dengan cepat Yesi Mo menggelengkan kepalanya. Ia tidak ingin ada salah paham, “Stanley, jangan berpikir yang tidak-tidak. Aku tidak mengizinkanmu pergi sebenarnya karena Didi… kamu dan dia baru saja bertemu, ia pasti tidak menginginkanmu pergi, apakah kamu tega meninggalkannya sendirian disini?”

“Ini…” Stanley Yan terlihat lesu.

Ia pernah memikirkan untuk membawa Didi ke Kota R, namun setelah dipikirkan kembali, ia mengurungkan niatnya.

Namun ia khawatir membiarkan Yesi Mo pergi untuk menghadapi semua ini sendirian, ingatannya masih tertinggal pada Yesi Mo setengah tahun yang lalu, ia sama sekali tidak memikirkan perubahan apa yang terjadi pada Yesi Mo setelah lebih dari setengah tahun berlalu.

“Sudahlah, kamu akan tetap berada disini menemani Didi. Aku bisa mengurus urusan di Kota R dengan baik. Tidak ada yang tidak bisa kulakukan, aku berjanji, jika aku menemukan masalah, aku akan segera menghubungimu.”

Stanley Yan tidak memaksakan kehendaknya, ia mengangguk, “Begini, aku akan menuliskan beberapa nomor telepon dan kontak beberapa orang, setelah kamu kembali kesana kamu bisa menghubungi mereka, mungkin kamu bisa mendapat bantuan dari mereka. Selain itu, jika kamu memiliki rencana apapun, serahkan saja pada Marson Luo, ia bisa dipercaya.”

Yesi Mo menatapnya dengan heran, “Maksudmu dengan mengorbankannya? Bukankah ini sangat tidak adil untuk Marson Luo?”

“Di dunia ini, tidak ada keadilan yang pasti. Hanya jika bisa melindungimu, jangankan mengorbankan Marson Luo, aku pun juga tidak akan ragu untuk mengorbankan diri untukmu.”

Tatapan Stanley Yan penuh dengan keyakinan, Yesi Mo tahu ia tidak mungkin sedang bercanda, namun ada satu masalah yang terlintas di pikirannya.

Mengorbankan Marson Luo? Jangan pikir pada akhirnya ini akan benar-benar terjadi, jika memang bisa, apakah Marson Luo akan melakukannya?

Ia bukanlah lagi karyawan di Keluarga Yan, bukan lagi pengawal Stanley Yan, ia sekarang adalah seorang pengusaha, seberapa banyak kesetiaan yang ia miliki untuk Stanley Yan dan keluarganya?

Setiap orang pasti memiliki sifat egois, tak terkecuali pikiran Yesi Mo terhadap Marson Luo.

Tatapan mata Stanley Yan sangat waspada, ia menerka-nerka kegundahan di hati Yesi Mo.

“Tenang saja, bahkan jika seluruh orang di dunia ini mengkhianatiku, mengkhianati Keluarga Yan, Marson Luo tidak akan melakukannya. Ia berbeda dari orang lain.”

Sebenarnya Yesi Mo ingin menanyakan perihal apa perbedaan Marson Luo dengan orang lain, namun sepertinya Stanley Yan tidak ingin membicarakannya lebih lanjut, ia juga tidak enak untuk terus menanyakannya.

Lagi pula Stanley Yan sudah mengatakan hal ini, Yesi Mo menjadi sedikit tenang.

Di bandara Kota R, Marson Luo pergi menjemput Yesi Mo, ia melambaikan tangan dari kejauhan.

Melihat Yesi Mo berjalan mendekat, ia tersenyum dan mengamati sekeliling Yesi Mo, lalu ia bertanya: “Nyonya, dimana Tuan dan tuan muda?” mengapa aku tidak melihat mereka?”

“Mereka ada di Negara M,” Yesi Mo menjelaskan dengan tersenyum.

“Saat-saat seperti ini, memang bagus jika tuan dan tuan muda tidak datang kemari.” Marson Luo mengangguk, ia mengambil koper yang dibawa Yesi Mo dan menyerahkan kepada asisten di belakangnya, dan membawa Yesi Mo keluar dari bandara.

Di perjalanan, Yesi Mo terus-menerus menatap keluar jendela, entah apa yang ada dalam pikirannya.

Marson Luo tidak bicara, bukannya ia tidak ingin bicara, hanya saja saat-saat seperti ini, bukanlah saat yang tepat untuk bicara.

Lagi pula di mobil masih ada asistennya, masalah yang ingin ia bahas dengan Yesi Mo, semakin sedikit orang yang tahu, akan semakin bagus.

Setelah kembali ke rumah Keluarga Yan, Yesi Mo mengajak Marson Luo pergi ke ruang baca, ia menutup pintu dengan rapat dan mulai menanyakan perihal masalah yang terjadi.

Mereka belum membahas lagi tentang penipu ulung yang ditunjuk oleh Marson Luo saat itu, Yesi Mo menghembuskan napas panjang dan mulai menanyakan perihal rencana Marson Luo.

“Sebenarnya masalah ini sangat sederhana, menjanjikan.”

Mendengar kata ‘menjanjikan’, Yesi Mo mengangguk, “Kamu yakin tidak ada masalah?”

“Seharusnya tidak ada masalah, aku telah menyuruh orang untuk menyelidikinya, ia sangat membutuhkan uang, jika tidak, ia tidak mungkin berani mengambil risiko sebesar ini untuk melakukannya. Setelah ditangkap dalam kurun waktu ini. Uang itu telah dikembalikan oleh polisi. Tidak mungkin masuk ke kantongnya, di saat-saat seperti ini, jika harganya seimbang, ia tidak mungkin punya alasan untuk menolak.”

“Kamu pernah berkata di telepon, jika ia termasuk dalam geng? Bagaimana dengan yang lain?”

“Orang lain tidak mengetahui kerja samaku dengannya, hanya dengan bekerja sama dengannya, kita bisa mengurus ini dengan tenang.”

“Baiklah, kita urus ini sesuai dengan rencanamu. Hanya saja, risiko dari masalah ini tidaklah kecil, sekarang ia pasti sedang diinvesigasi oleh polisi kan? Apakah ada cara untuk menghubunginya?”

“Ini sudah kuurus, sebelum aku pergi untuk menjemputmu, aku telah mengutus orang untuk menghubunginya.” Marson Luo menjawab sambil tersenyum. “Jika dilihat-lihat waktu sekarang, kurang lebih pasti sudah ada hasilnya.”

“Selalu waspada dan berhati-hati, jangan sampai hal ini diketahui oleh orang lain. Jika tidak, masalahnya akan sangat besar.”

Marson Luo telah pergi, Yesi Mo tetap merasa khawatir, ia tetap tidak bisa tenang begitu saja.

Walaupun Marson Luo mengatakannya dengan penuh keyakinan, namun Yesi Mo selalu menglhawatirkan hal-hal buruk yang mungkin saja terjadi.

Setelah makan malam, ia mengira-ngira waktu di Washington, sekarang kurang lebih sudah pagi, Stanley Yan dan Didi pasti sudah bangun, kemudian Yesi Mo menelepon Stanley Yan.

Setelah memastikan bahwa Didi tidak di dekat Stanley Yan, Yesi Mo memberitahukan kondisi saat ini kepada Stanley Yan, kemudian ia juga berbicara beberapa patah kata pada Didi, kemudian ia menutup teleponnya dengan berat.

Beberapa waktu ini, Yesi Mo telah terbiasa tidur di samping Stanley Yan, terbiasa berbaring di lengan Stanley Yan, dan tidur dalam pelukannya, setelah berpisah dengan Stanley Yan, ia tidur sendiri, ia tidak terbiasa akan hal itu.

Malam ini ia terjaga, sampai pada malam sudah sangat larut, ia baru tertidur, saat ia bangun, matahari sudah tinggi.

Setelah sarapan, ia mandi dan berganti pakaian, Yesi Mo pargi ke kantor.

Sebagai pemilik perusahaan, tidak ada orang yang berani untuk peduli apakah ia terlambat atau tidak, Ia mendorong pintu ruang kerja dan melihat Asisten Feby yang sedang membersihkan ruangan, melihat Yesi Mo datang, Feby terkejut dan bertanya, “Presdir Mo, kamu tidak sedang berada di Negara M?”

“Kemarin malam baru saja kembali.” Yesi Mo sembarang menjawab, lalu ia berjalan ke meja kerja dan duduk di kursinya, ia memberi isyarat pada Feby untuk berhenti bersih-bersih, mendekat dan mengobrol dengannya.

“Ia menanyakan dengan singkat, kondisi perusahaan ketika ia pergi ke Negara M, mendengar bahwa semuanya berjalan normal, Yesi Mo mengangguk dan tidak bertanya lagi.

Sebenarnya, dengan kondisi seperti ini, saat ia tidak ada dan pergi ke Negara M selama setengah tahun, tidak ada masalah yang muncul di perusahaan, bahkan di bawah komando Marson Luo, perusahaan memiliki kemajuan yang besar, dan memiliki banyak proyek.

Setelah ia kembali selama beberapa bulan, Marson Luo lah yang menggantikannya mengurus perusahaan.

Kebanyakan, Yesi Mo sebagai pemilik perusahaan hanya mengambil keputusan saja, perihal pekerjaan lain ia tidak menyentuhnya sama sekali.

Ia juga menanyakan tentang keadaan Feby selama bekerja, kemudian Yesi Mo menyuruh Feby untuk memanggil Marson Luo.

Saat itu juga, Yesi Mo baru menyadari bahwa hari ini adalah hari dimana rapat mingguan bersama petinggi perusahaan berlangsung, ada kemungkinan bahwa saat ini Marson Luo sedang rapat di ruang rapat.

Yesi Mo berpikir apakah ia harus muncul di depan mereka, lagi pula ia adalah pemilik perusahaan, jika ia tidak terlihat untuk mengurus perusahaan, ini juga bukanlah hal yang baik.

Namun baru saja ia berjalan beberapa langkah, Yesi Mo menghentikan langkahnya, ia berbalik dan berjalan ke tempatnya tadi.

“Presdir Mo, apakah kamu tidak pergi ke ruang rapat?” Feby menatapnya dengan heran.

“Tidak, kamu pergi saja dulu. Tunggu sampai Marson Luo selesai rapat, lalu panggil ia kemari.”

Yesi Mo tidak ingin muncul dan menganggu jalannya rapat, itu hanya akan membuat waktu rapat menjadi lebih lama.

Memang biasanya ia sangat jarang muncul dalam rapat petinggi perusahaan, ia membiarkannya, hanya Tuhan yang tahu petinggi perusahaan itu memikirkan apa tentangnya.

Menambah masalah tidak lebih baik dari mengurangi masalah, ia memberikan seluruh hak kepada Marson Luo.

Beberapa hari berlalu, di meja Yesi Mo hanya ada dua dokumen yang harus ia urus, kemudian ia hanya melihatnya sekilas dan langsung menandatangani dua dokumen itu.

Isi dari dua dokumen ini sebenarnya sudah tidak baru, mungkin saja Marson Luo sudah pernah membahas isi dokumen ini dengannya, alasan mengapa dokumen ini ada di atas mejanya hanya karena formalitas saja.

Saat Marson Luo membuka pintu dan masuk ke ruang kerja, Yesi Mo sedang bersandar di kursi kerjanya dan menikmati secangkir cappuccino yang telah dibuatkan Feby untuknya.

“Presdir Mo, kamu mencariku?”

“Kemari dan duduklah.” Yesi Mo tersenyum, ia menaruh cangkirnya dan berjalan menuju sofa di ujung ruangan, melambai ke arah Marson Luo.

Marson Luo mengangguk dan berjalan mendekat, ia duduk berseberangan dengan Yesi Mo, Yesi Mo menatap ke arah Feby sekilas dan menyuruhnya: “Pergi dan buatkan teh untuk direktur Luo.”

Feby menaruh teh ke dalam cangkir, lalu ia baru menyadari bahwa dalam dispenser sudah tidak ada air, ia menoleh dan tersenyum, “Presdir Mo, Direkur Luo, silakan mengobrol dulu. Aku akan pergi ke lantai bawah dan mengambil air. Aku akan segera kembali.”

Yesi Mo melirik ke arah Feby yang berjalan keluar, ia mendongak dan berkata, “Febi, tidak perlu tergesa-gesa, pelan-pelan saja.”

Feby terdiam menatap Presdir Mo dan Direktur Luo di hadapannya, kemudian ia mengangguk dan mengiyakan, kemudian ia menutup pintu ruangan dengan perlahan.

“Bagaimana tentang kondisi di ruang penyelidikan polisi?”

Melihat tidak ada orang lain selain mereka di ruangan itu, Yesi Mo berbicara dengan to the point.

“Apa yang aku katakan sebelumnya itu benar, ia tidak memilki uang, namun…” Marson Luo berhenti bicara, raut wajahnya terlihat ia sedang dalam kesusahan.

“Apakah ia meminta jumlah yang sangat banyak?” Yesi Mo mengerutkan keningnya.

Novel Terkait

Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu