Unlimited Love - Bab 84 Teman Lama Yang Saling Bertemu Namun Tidak Saling Mengenal (1)

Yesi Mo terbangun dari mimpinya, bernafas dengan terengah-engah.

Sekujur tubuhnya basah oleh keringat, terasa lengket sangat tidak nyaman, namun dia tidak berniat untuk memperdulikan hal itu, mengerutkan alisnya memikirkan wanita yang ada di dalam mimpinya, namun bagaimanapun dia berpikir dia tidak bisa mengingat wajah wanita itu, satu-satunya yang dia ingat adalah sepasang mata wanita itu.

Siapa wanita itu? Kenapa tiba-tiba dia bisa bermimpi seaneh ini?

Yesi Mo melipat kakinya duduk di atas ranjang, berpikir sejenak, namun tidak menemukan titik cerah apapun.

Di malam yang tenang, samar-samar Yesi Mo mendengar suara batuk, yang berasal dari kamar Wirawan Mo, melalui jendela yang terbuka dia bisa melihat cahaya lampu. Yesi Mo merasa sangat khawatir.

Sepertinya penyakit Wirawan Mo semakin parah, beruntung suara batuknya tidak lama, cahaya lampu yang keluar telah meredup, Yesi Mo kembali berbaring di atas ranjangnya dan tertidur.

Malam ini, tidak hanya satu kali dia memimpikan hal yang sama, tidak hanya satu kali memimpikan dirinya didorong oleh seorang wanita dari atas kapal pesiar, tidak hanya satu kali melihat seringaian di wajah kejam wanita itu.

Namun setiap kali dia membuka matanya, wajah wanita yang ada di dalam mimpinya itu dengan cepat menjadi tidak jelas, dia tidak bisa mengingat semua kedetailannya.

Saat Levy Song melihat wajah lelah Yesi Mo yang sedang berjalan turun ke bawah, dia segera berjalan dengan khawatir menghampirinya menarik tangannya, “Yesi, wajahmu kenapa semurung ini? Apa kamu baik-baik saja?”

Yesi Mo memaksakan tersenyum padanya, bertanya dengan khawatir, “Ibu, aku tidak apa-apa! Ayah, apa ayah baik-baik saja? Kemarin malam aku mendengar ayah batuk lagi!”

“Penyakit lama ayahmu! Bukan masalah besar, cukup lebih diperhatikan maka akan membaik!” Levy Song tersenyum menenangkan, menyuruh Yesi Mo untuk segera sarapan.

Saat melihat Wirawan Mo, wajahnya terlihat sedikit pucat, tatapannya juga sangat redup, namun walaupun begitu di hadapan Yesi Mo, wajahnya tetap menampilkan sebuah senyuman.

“Yesi, cepat sarapan!”

“Hmm!” Yesi Mo mengerutkan alisnya melihatnya sekilas, duduk di samping Wirawan Mo, menolehkan kepalanya bertanya, “Ayah, kenapa wajahmu pucat sekali? Apa perlu nanti periksa ke rumah sakit?”

“Tidak perlu!” Wirawan Mo menggelengkan kepalanya, mengerutkan alisnya menatap Yesi Mo, “Bagaimana denganmu, kenapa matamu merah? Apa kemarin malam aku berisik hingga mengganggumu?”

“Tidak!” Yesi Mo menipiskan bibirnya. “Aku hanya bermimpi semalaman! Jadi tidur dengan tidak nyenyak!”

“Kalau begitu nanti selesai makan, kamu tidurlah lagi!”

Selesai berucap, Wirawan Mo menyuruh Yesi Mo dan Levy Song untuk sarapan, setengah jam kemudian, Wirawan Mo bangkit berdiri berjalan keluar, pengurus rumah berlari kecil mengenakan mantel ke tubuh Wirawan Mo.

Yesi Mo mengerutkan alisnya, “Ayah, kamu akan pergi keluar?”

“Hari ini perusahaan mengadakan rapat dewan direksi, aku harus pergi ke sana sebentar, aku akan segera pulang!”

Wirawan Mo menjelaskan, kemudian berjalan keluar pintu.

Levy Song mengantarkannya hingga naik ke mobil, melihat mobil yang sudah pergi membalikkan tubuhnya masuk ke dalam, melihat wajah Yesi Mo yang menatap pintu dengan khawatir dia tersenyum bertanya, “Yesi, apa yang kamu lihat?”

“Bukan apa-apa! Aku sedang berpikir kenapa ayah harus serajin itu! Urusan perusahaan apa tidak bisa ditunda dulu?” Yesi Mo mengerutkan alisnya mengingat wajah Wirawan Mo yang pucat tadi, “Bagaimanapun kondisi ayah”

“Perusahaan adalah hasil kerja keras ayahmu, tidak semudah itu dia membiarkannya!” Levy Song menghela nafas, “Jika kamu dan Rico”

Membicarakan ini Levy Song segera menghentikan ucapannya, merangkul bahu Yesi Mo berucap, “Sudahlah, tidurlah lagi! Aku akan pergi sebentar!”

Yesi Mo sangat mengerti ucapan apa yang belum diselesaikan Levy Song.

Jika dia dan Rico Mu menikah, Wirawan Mo pasti bisa dengan tenang menyerahkan perusahaan pada Rico Mu, sehingga tidak perlu sesulit ini.

Namun Levy Song juga mengetahui jika Yesi Mo belum siap menikah dengan Rico Mu, maka dari itu dia baru mengucapkannya setengah, dia langsung menarik kembali ucapannya.

Melihat punggung Levy Song. Yesi Mo menipiskan bibirnya, menghirup nafas dalam berucap pelan, “Ibu, maaf! Semua ini salahku!”

Levy Song membalikkan tubuhnya mengusap wajah Yesi Mo dengan lembut lalu menggeleng, “Anak bodoh, ini tidak ada hubungannya denganmu! Kamu tidak perlu merasa terbebani. Mengenai kesulitan ini, ayahmu dan aku lebih berharap kamu bisa bahagia! Bagi kami hal inilah yang terpenting!”

“Hmm!” Yesi Mo menatap Levy Song dengan terharu, tatapannya terlihat berkaca-kaca.

Levy Song sudah pergi karena ada urusan, Yesi Mo menguap lalu kembali ke kamarnya untuk melanjutkan tidurnya, saat terbangun hari sudah siang, lalu memakan sesuatu. Saat akan berjalan keluar, Rico Mu telah datang.

“Rico, kenapa tiba-tiba datang kesini?” tanya Yesi Mo menatap Rico Mu penasaran, “Apa kamu tidak bekerja?”

“Tadi pergi menemui client, jadi sekalian mampir kemari, aku tidak tenang jadi mengunjungimu sejenak!” Rico Mu tersenyum. “Bagaimana tidurmu tadi malam?”

“Lumayan! Hanya saja aku selalu bermimpi!”

“Mimpi? Mimpi apa? Coba ceritakan!” tanya Rico Mu menatap Yesi Mo penuh minat.

“Sebenarnya bukan apa-apa, hanya bermimpi aku berada di atas kapal pesiar, lalu di dorong oleh seorang wanita ke dalam laut! Wanita itu sepertinya sangat membenciku!” Yesi Mo mengerutkan alisnya, “Rico, menurutu apa ini ada hubungannya dengan masa laluku?”

“Masa lalumu aku sangat mengetahuinya, kamu tidak pernah tenggelam dari atas kapal pesiar, dan tidak ada yang akan berani mendorongmu ke dalam laut. Jika memang tenggelam, itu juga tiga tahun yang lalu demi menolongku, tapi saat itu kita berada di kapal feri, selain kita dan pengawal tidak ada wanita lain!”

“Benarkah?” Yesi Mo menatap ragu Rico Mu sekilas, “Mungkin aku yang berpikir terlalu jauh, ini pasti hanya mimpi biasa!”

“Iya!” Rico Mu tersneyum mengangguk. “Oh iya, nanti malam ada jamuan makan malam, bisakah kamu menemaniku?”

“Rico, kamu tahu aku. Aku”

“Lupakan, aku tidak akan memaksamu!” Rico Mu menggelengkan kepalanya tersenyum pahit, “Lagipula kamu juga tidak suka”

“Tidak, aku akan pergi bersamamu!”

Tiba-tiba Yesi Mo mengangkat kepalanya menatap Rico Mu, jawabannya membuat Rico Mu terkejut, namun yang lebih dominan adalah rasa senang.

“Benarkah? Baiklah kalau begitu, nanti aku akan datang menjemputmu!”

Sejak awal Yesi Mo sangat tidak menyukai perjamuan makan malam, acara lelang, pesta dansa, dia tidak suka lingkungan yang berisik, selama dua tahun lebih, Rico Mu bukannya tidak pernah mengajaknya untuk menjadi pendampingnya, setiap kali selalu ditolak oleh Yesi Mo.

Namun kali ini ternyata Yesi Mo menyetujuinya, walaupun Rico Mu melihat sedikit ketidak bersediaan Yesi Mo, namun ini baginya adalah sebuah kabar yang sangat baik.

Setidaknya ini membuktikan jika Yesi Mo sedang berusaha menerimanya. Berkompromi untuknya.

Melihat Rico Mu yang terlihat senang, Yesi Mo menggeleng pelan, dia tahu apa yang dipikirkan Rico Mu, namun dia tidak mengatakannya.

Memang dia melakukan ini karena sedang mencoba menerima Rico Mu, namun alasan utamanya bukan karena Rico Mu, tapi karena Wirawan Mo.

Hari itu Wirawan Mo kembali ke rumah setelah bekerja. Melihat Yesi Mo mengenakan gaun berwarna hitam, seketika mengerutkan alisnya, “Yesi, kamu ini”

“Nanti aku dan Rico akan pergi menghadiri sebuah perjamuan!”

“Benarkah? Bagus, baguslah! Kalian bersenang-senanglah!” Wirawan Mo tersenyum senang, raut wajahnya penuh dengan kelegaan.

“Hmm!” saat Yesi Mo mengangguk, Rico Mu telah berjalan masuk, menyapa Wirawan Mo dan Levy Song dengan sopan, “Paman Mo, Bibi Song!”

“Rico sudah datang! Apa menjemput Yesi?” tanya Wirawan Mo tersenyum.

“Hmm, nanti aku akan membawa Yesi menghadiri acara perjamuan! Mungkin akan pulang sedikit terlambat!”

“Tidak masalah, sebaiknya kalian segera pergi!” selesai berucap Wirawan Mo berhenti sejenak. Mengulurkan tangannya menepuk bahu Rico Mu, berucap dengan tulus, “Rico, malam ini aku menyerahkan Yesi padamu! Bantu aku menjaganya!”

“Paman Mo kamu tenang saja, aku akan menjaga Yesi!”

Wirawan Mo menepuknya dengan kuat, hingga Rico Mu merasa sedikit sakit pada bahunya. Namun dia tidak kesal sedikitpun, malah dia merasa sangat senang.

Tempat diadakannya perjamuan adalah sebuah aula hotel berbintang tujuh, dari jauh Yesi Mo sudah melihat banyak orang yang tidak dikenalinya.

Jika mengatakan kenal sebenarnya Yesi Mo tidak terlalu mengenal mereka, sedangkan orang-orang itu, bahkan kebanyakan orang mengenali wajah Yesi Mo.

“Rico, hari ini ada perjamuan apa? Kenapa banyak artis?” tanya Yesi Mo menolehkan kepalanya dengan penasaran.

“Acara ulang tahun anak gubernur Georgia!” Rico Mu tersenyum menjelaskan.

Yesi Mo mengangguk. Tidak bertanya kembali.

Seperti yang diketahui semua orang bahwa putri gubernur itu terjun dalam dunia perfilman, banyak artis yang hadir dalam acara ulang tahunnya bukanlah hal yang aneh.

“Ayo kita jalan!”

Novel Terkait

My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu