Unlimited Love - Bab 156 Ia Pernah Menyelamatkanku (1)
Saat mereka selesai makan malam, waktu baru menunjukkan pukul delapan lebih sedikit. Andrew Ling mengusulkan agar mereka berdua pergi ke bar dan minum-minum barang segelas. Yesi Mo mengatakan bahwa ia masih harus kembali untuk memikirkan bagaimana caranya agar Vivian Luo dapat kehilangan segalanya namun tidak membuat kecurigaan jatuh pada dirinya, sehingga ia tidak menyetujui ajakan Andrew Ling itu.
Andrew Ling juga tidak mempermasalahkannya, ia tersenyum dan mengangguk pada Yesi Mo, “Boleh juga, masalah ini memang sebenarnya harus direncanakan sebaik mungkin. Tapi kamu juga jangan terlalu gegabah, waktunya masih sangat banyak. Ayo, kuantar kamu ke mobil.”
Awalnya Yesi Mo tidak ingin diantarkan Andrew Ling. Alasan pertamanya adalah karena kondisi kaki Andrew Ling yang tidak leluasa, sedangkan alasan kedunya adalah karena ia khawatir terjadi sesuatu di luar perkiraan di sepanjang jalan menuju parkiran mobil. Tapi dalam sekejap Yesi Mo mengubah pikirannya.
Dengan perlakuan Andrew Ling yang begitu baik terhadapnya, tidak mungkin juga kalau Yesi Mo tidak memberikan respon apapun. Setidaknya, ia juga harus memberikan sinyal yang baik pada pria itu.
Di perjalanan, Yesi Mo berpura-pura tidak sengaja bertanya tentang kedatangan Andrew Ling mencari Stanley Yan di pagi hari. Andrew Ling langsung mengaku tanpa malu, menatap Yesi Mo dengan setengah bercanda dan berujar, “Kenapa? Khawatir aku berniat jahat pada Stanley?”
“Dulu memang aku ada kekhawatiran tentang ini, tapi sekarang... Tidak lagi.” Langkah kaki Yesi Mo berhenti di samping posisi tempat duduk mobil. Ia menoleh dan menatap Andrew Ling, lalu mengangguk padanya, “Terima kasih sudah mengantarku, aku pergi dulu. Kamu juga cepatlah pulang dan istirahat.”
Pandangan Andrew Ling mengantar kepergian mobil yang ditumpangi Yesi Mo yang perlahan-lahan keluar dari area parkir. Suatu cahaya senang yang samar berkilat di matanya.
Dalam perjalanan kembali ke kediaman keluarga Yan, Yesi Mo menelepon Marson Luo untuk memberitahukan kira-kira isi dari pembicarannya berdua dengan Andrew Ling selama makan malam tadi. Setelah itu, ia menutup teleponnya.
Masalah semacam ini sebenarnya tidak perlu ia sendiri yang turun tangan, Yesi Mo sangat percaya bahwa Marson Luo dapat membereskannya dengan sangat baik.
Andrew Ling pun berhasil mendapatkan stok saham dari perusahaan Maxim Luo dengan sangat mulus dan lancar. Harga yang harus ia bayar sangat kecil sampai-sampai bisa dihiraukan dan tidak diperhitungkan.
Setelah selesai tanda tangan dan dinotariskan, Andrew Ling baru saja akan berpisah dari Vivian Luo ketika wanita itu tiba-tiba menghadang di depannya dan bertanya padanya kapan ia bisa menyelamatkan Maxim Luo.
Andrew Ling tertawa, “Jangan gegabah, masalah ini tidak bisa diburu-buru.”
“Tidak bisa diburu-buru? Apa maksud perkataanmu ini? Habis manis sepah dibuang?” Raut wajah Vivian Luo langsung berubah, tanpa disadari nada suaranya pun meninggi beberapa oktaf.
“Masalah ini lebih rumit sehingga butuh meluangkan waktu dan pikiran. Sulit ada hasil kalau hanya dalam jangka waktu pendek. Untung saja masih ada waktu, sepertinya waktu yang ada juga cukup.”
Nada ketidakpedulian dalam perkataan Andrew Ling terdengar sangat berat, namun Vivian Luo tidak berani mengatakan apapun lagi.
Saat ini, Andrew Ling adalah gantungan hidup satu-satunya baginya. Kalau di dunia ini masih ada orang lain yang mampu mengeluarkan ayahnya, Maxim Luo, maka Andrew Ling adalah satu-satunya orang yang paling mudah ia dekati.
Sedangkan Vivian Luo tidak memiliki akses untuk menghubungi orang lain yang sebenarnya mampu membantunya, karena mereka tidak ingin masuk ke dalam lumpur masalah ini dan menjaga keamanan dirinya sendiri. Walaupun ia dapat menghubungi mereka, belum tentu ia bisa memberikan imbalan yang diinginkan pihak lawannya.
“Kalau begitu, aku mengandalkan bantuanmu dalam masalah ayahku.”
“Sama-sama, jangan sungkan.” Andrew Ling sedikit tersenyum dan membalas perkataannya, “Aku masih ada urusan lain setelah ini, aku pamit dulu.”
“Biar aku antar.”
Vivian Luo mengantarkan Andrew Ling ke tempat parkir, dengan mata kepalanya sendiri melihat pengawal menaikkan pria itu ke atas mobil. Tepat pada saat pintu mobil ditutup, tiba-tiba dalam sekali gerak Vivian Luo menarik gagang pintu mobil dan membukanya. Ia merapatkan bibirnya dan menatap Andrew Ling lekat-lekat.
“Ada apa, Nona Luo?” tanya Andrew Ling penasaran.
“Direktur Ling, aku sungguh mohon padamu terkait ayahku.”
Setelah ragu beberapa saat, Vivian Luo hanya melontarkan satu kalimat singkat itu.
Andrew Ling mengangguk, “Nona Luo tunggu saja kabar baik dariku.”
Andrew Ling pun pergi meninggalkan Vivian Luo seorang diri. Wanita itu menatap pintu keluar area parkir dengan tatapan koosng, entah apa yang sedang dipikirkannya dalam hati.
Melihat wajah Vivian Luo yang tidak berekspresi dari kaca spion, ujung bibir Andrew Ling pun menyunggingkan seulas senyum dan berujar dengan suara rendah, “Benar-benar wanita yang naif.”
Yesi Mo sengaja tidak memperhatikan gerak-gerik Andrew Ling, ia terlebih tidak berinisiatif untuk menanyakan perkembangan masalah ini. Walaupun demikian, Yesi Mo tetap menjadi orang pertama yang mengetahui bahwa Andrew Ling berhasil mendapatkan saham perusahaan Maxim Luo dengan bayaran yang rendah.
Ia sudah mengetahuinya dengan jelas, bahwa sudah seharusnya melakukan beberapa persiapan.
Terpikir akan hal ini, Yesi Mo mengambil gagang telepon yang ada diatas meja. Ia lalu menghubungkan panggilannya ke jalur internal, menelepon sekretaris dan memberinya perintah, “Beritahu Direktur Luo untuk datang kalau ada waktu.”
Untuk selanjutnya, Yesi Mo harus berdiskusi dengan Marson Luo tentang arah secara garis besarnya dan hasil apa yang diinginkan. Ia sangat tenang menyerahkan hal ini untuk diurus oleh Marson Luo.
Selama beberapa hari berturut-turut, kota R tentram dan damai. Maxim Luo masih ditahan di pusat penahanan, Andrew Ling juga sepertinya sedang melakukan beberapa gerakan untuk menyelamatkan Maxim Luo.
Pergerakannya membuat Vivian Luo yang selalu merasa hatinya tergantung pun menghembuskan napas lega. Setelah menjual stok saham perusahaan kepada Andrew Ling, hal yang paling ia takutkan adalah apabila pria itu hanya berdiam diri setelah mendapat keuntungan. Sekarang setelah dilihat-lihat, sepertinya ia yang berpikir terlalu banyak sementara Andrew Ling masih menepati janjinya.
Hanya saja, hasil dari karya Andrew Ling tidak terlalu baik. Seiring berjalannya waktu, polisi sepertinya sudah selesai menginvestigasi dan mengumpulkan bukti. Dalam dua sampai tiga hari kedepan, mereka akan menyerahkan berkas-berkas bukti itu ke pengadilan untuk diproses.
Ini membuat Vivian Luo tidak lagi dapat berdiam diri, kesabarannya berangsur-angsur hilang tak bersisa.
Vivian Luo merasa ia harus menemui Andrew Ling dan menyuruhnya untuk lebih mengerahkan kemampuannya. Asalkan bisa menyelamatkan dan mengeluarkan Maxim Luo, walaupun harus mengorbankan diri dengan parasnya, Vivian Luo pun rela.
Tapi Andrew Ling sama sekali tidak memberikan kesempatan itu padanya. Ia telah menunggu seharian penuh di kantor pusat perusahaan Mu, namun tidak kunjung dapat bertemu dengan Andrew Ling.
Matanya melihat satu persatu pegawai di kantor pusat perusahaan Mu yang beranjak pergi pulang kerja. Saat satpam sudah bersiap menutup pintu, barulah Vivian Luo mendapatkan kabar yang membuatnya kecewa dari mulut salah satu satpam.
Andrew Ling pergi ke pusat kantor di Amerika, ia tidak berada di kota R.
Tapi Vivian Luo ingat persis bahwa saat ia datang pagi tadi, nona resepsionis memberitahunya bahwa Andrew Ling sedang menghadiri sebuah rapat yang sangat penting.
Vivian Luo tidak bodoh, ia langsung tahu bahwa Andrew Ling kabur.
Ia berdiri di lantai dasar kantor pusat perusahaan Mu yang awalnya merupakan perusahaan Yan, lagi dan lagi menelepon Andrew Ling.
Tidak aktif, tidak aktif, masih tetap tidak aktif. Demikian juga halnya saat ia menelepon asisten dan sekretaris Andrew Ling.
Setelah 10 menit berlalu, Vivian menengadah ke langit dan berteriak lantang. Suaranya penuh dengan kebencian, penuh dengan kekecewaan dan menyalahkan diri sendiri. Air mata mulai menggenangi pelupuk matanya dan membuat padangannya mengabur...
Orang-orang yang melewatinya menatapnya seperti melihat orang gila. Mereka jauh-jauh darinya dan mengambil jalan memutar, seolah takut akan dilukai oleh Vivian Luo.
Semua kejadian yang terjadi disitu muncul di layar ponsel Yesi Mo. Video itu dikirim oleh asisten Andrew Ling dan disaat yang bersamaan, muncul pesan suara dari Andrew Ling: “Tugasku sudah selesai, saatnya kamu masuk ke medan perang.”
Yesi Mo tidak memiliki niat untuk menyahut perkataan Andrew Ling. Berulang kali ia menonton video yang berdurasi beberapa menit itu. Alih-alih merasa senang atas pembalasan dendamnya, rasa simpati malah mulai bangkit dalam hatinya.
“Nyonya muda, apakah rencananya sudah boleh dimulai?” Marson Luo menatap Yesi Mo dengan ragu.
Yesi Mo mengatur kembali suasana hatinya, tatapannya berpaling dari layar ponsel dan perlahan-lahan pindah ke wajah Marson Luo. Ia terdiam untuk waktu yang cukup lama.
Bukannya ia tidak ingin bicara, namun ia tidak tahu bagaimana memulai kata-katanya. Ia tidak tahu apa yang harus dikatakan.
Apakah rencananya mau dimulai saja? Bukankah sepertinya itu akan terlalu kejam?
Apakah ia harus melepaskan Vivian Luo? Tapi itu tidak membuat hatinya senang. Yesi Mo merasa masuk dalam jebakan buah simalakama.
Marson Luo sudah mengikuti Stanley Yan selama bertahun-tahun lamanya. Ia tidak pernah pergi barang sekalipun sejak hari pertama Yesi Mo masuk ke dalam kediaman keluarga Yan. Melihat rupa Yesi Mo yang seperti ini, Marson Luo pun dapat dengan mudah menebak apa yang sedang dipikirkan oleh hati wanita itu saat ini. Sorot matanya sedikit berubah dan ia pun berkata, “Nyonya muda, menurutku biar aku saja yang membereskan hal ini. Kamu tidak perlu mencampurinya lagi.”
Melihat sudut bibir Marson Luo bergerak samar, Yesi Mo akhirnya mengangguk.
Sebagai seorang wanita, tidaklah salah Yesi Mo bersimpati pada Vivian Luo dalam saat seperti ini. Tapi ia tidak bisa melupakan perbuatan Vivian Luo pada Stanley Yan, terlebih lagi ia tidak bisa memaafkan semua perbuatan wanita itu. Setiap teringat akan detail semua kejadiannya, kebencian Yesi Mo pun kembali muncul sampai-sampai ia menggertakkan gigi.
Melihat anggukan Yesi Mo, Marson Luo pun tersenyum. Ia lalu bangkit berdiri dan undur diri. Sesaat sebelum ia beranjak pergi, ia memberitahu Yesi Mo sebuah kabar baik: Stanley Yan sudah sepenuhnya lepas dari pengaruh benda itu.
Bagi Yesi Mo, hal ini merupakan suatu kabar besar yang sangat menggembirakan. Seketika itu juga ia langsung menghempaskan perkara Maxim Luo dan Vivian Luo ke sudut benaknya.
Setelah menanyakan dengan jelas posisi Stanley Yan, Yesi Mo pun langsung melesat pergi dibawah sinar rembulan dan terang bintang.
Sepanjang perjalanan, tak terhitung berapa kali Yesi Mo berlatih dalam benaknya tentang apa yang akan ia lakukan setelah bertemu dengan Stanley Yan. Apa yang harus ia katakan agar ia tidak membuat Stanley Yan terkejut, namun tetap dapat membuat pria itu merasakan perhatian dan kepeduliannya terhadapnya.
Tapi pada detik saat ia bertemu dengan Stanley Yan, semua yang telah ia persiapkan dalam hatinya sepanjang perjalanan pun seketika terlupakan.
Ia sangat bersemangat melihat Stanley Yan yang bangkit berdiri dari sofa dan tersenyum padanya. Melihat senyum lembut dan hangat dari wajah pria itu membuat air mata Yesi Mo tidak dapat terbendung dan berderai menuruni pipinya.
Saat ini, di matanya, di benaknya, di hatinya, hanya ada seorang Stanley Yan di hadapannya. Segala sesuatu di sekelilingnya ia abaikan.
Saat Yesi Mo menatap Stanley Yan, pria itu juga sedang balas menatapnya.
Stanley Yan tidak tahu bagaimana harus berhadapan dengan Yesi Mo. Ia tidak tahu apa yang harus ia katakan, dan hanya bisa tersenyum.
Ia berharap senyumannya dapat meredakan air mata Yesi Mo, dapat membuat wanita itu perlahan menjadi tenang.
Tapi pikirannya salah. Bukannya menjadi tenang, Yesi Mo malah semakin bersemangat. Entah bagaimana sampai-sampai kaki Yesi Mo terangkat, ia seolah terbang tidak menyentuh lantai. Ia menghambur masuk ke dalam pelukan Stanley Yan yang tidak siap. Buliran air mata yang hangat seketika itu juga membasahi mantel Stanley Yan.
Yesi Mo menjejalkan kepalanya ke dalam dada Stanley Yan, dengan sangat erat dan lekat memeluk pinggang pria itu. Wajahnya yang basah karena air mata yang tidak berhenti berderai pun ia usapkan terus di dada Stanley Yan, bibirnya terus memanggil dengan perasaan yang dalam, “Stanley... Stanley...”
Stanley Yan yang termangu bingung selama beberapa detik pun menggerakkan kaku kedua tangannya dan meletakkannya dengan hati-hati diatas punggung Yesi Mo. Dengan erat ia menyesakkan Yesi Mo masuk ke dalam pelukannya dan menenangkan wanita itu dengan suara yang lembut, “Jangan menangis. Sudah, tidak apa.”
Tangisan Yesi Mo semakin menjadi. Kedua orang pria yang selalu menemani Stanley Yan, juga supir dan pengawal wanita yang mengantarkan Yesi Mo datang pun mengerti situasi ini dan diam-diam keluar undur diri. Di dalam vila yang luas itu, hanya tersisa mereka berdua: Stanley Yan dan Yesi Mo.
Wajah Stanley Yan sudah berubah, namun ia tetaplah Stanley Yan. Dadanya tidak berubah, rasa yang ia berikan pada Yesi Mo juga tidak berubah.
Dada Stanley Yan sangat lebar dan tebal, sangat hangat. Wajah Yesi Mo menempel lekat pada dada pria itu. Ia dapat merasakan seluruh ketenangan, dapat merasakan tekanan yang membebani dirinya selama setengah tahun lebih belakangan ini terangkat tuntas dan lenyap. Ia dapat merasakan kerinduan akan cintanya selama setengah tahun ini, dapat merasakan seberapa besar arti menunggu dalam setengah tahun belakangan ini.
Novel Terkait
Nikah Tanpa Cinta
Laura WangSuami Misterius
LauraThe True Identity of My Hubby
Sweety GirlBretta’s Diary
DanielleCEO Daddy
TantoIstri Pengkhianat
SubardiMenantu Bodoh yang Hebat
Brandon LiUnlimited Love×
- Bab 1 Pernikahan
- Bab 2 Dinikahi Orang Tolol Juga Bukan Hal yang Buruk
- Bab 3 Dia Telah Membohongi Semua Orang
- Bab 4 Merasakan Kelembutannya
- Bab 5 Teh Penghormatan Dari Menantu
- Bab 6 Tamu Tak Diundang
- Bab 7 Istri, Aku Datang Melindungimu!
- Bab 8 Dengan Kelembutanmu, Hangatkan Hatiku
- Bab 9 Apakah Karena Cinta?
- Bab 10 Pemilik Cheongsam Sesungguhnya
- Bab 11 Semua Penuh Jebakan
- Bab 12 Menjenguk Katty Yun
- Bab 13 Katty Yun Mengakui Kesalahan
- Bab 14 Aku Masih Belum Siap
- Bab 15 Karena Cinta
- Bab 16 Membawa Masalah Pada Diri Sendiri
- Bab 17 Sebenarnya Apa Itu Kebenaran?
- Bab 18 Kemarahan Stanley Yan
- Bab 19 Menghinanya Karena Dia Bodoh?
- Bab 20 Menerima Hukuman
- Bab 21 Apakah Aku Memaksamu?
- Bab 22 Gawat, Sungguh Memalukan
- Bab 23 Robin Xiao Datang Berkunjung
- Bab 24 Tidak Ada Rahasia Di Hadapannya
- Bab 25 Tidak Dapat Menghindarinya
- Bab 26 Dia Sudah Gila
- Bab 27 Siapapun Tidak Boleh Menyentuh Wanitaku!
- Bab 28 Supnya Bermasalah
- Bab 29 Untuk Apa Dia Datang?
- Bab 30 Stanley Yan, kamu itu koruptor!
- Bab 31 Temani Aku Semalam Maka Dianggap Selesai
- Bab 32 Permusuhan
- Bab 33 Aku Mencintainya Melebihi Segalanya
- Bab 34 Meninggalkan Rumah Keluarga Yan
- Bab 35 Tidak, Jangan Mendekat!
- Bab 36 Hati Yang Teramat Gelisah (1)
- Bab 36 Hati Yang Teramat Gelisah (2)
- Bab 37 Dia Pergi, Aku Juga Pergi! (1)
- Bab 37 Dia Pergi, Aku Juga Pergi! (2)
- Bab 38 Stanley Yang Cinta Mati Kepada Istrinya (1)
- Bab 38 Stanley Yang Cinta Mati Kepada Istrinya (2)
- Bab 39 Jangan Mencari Perhatian Istriku (1)
- Bab 39 Jangan Mencari Perhatian Istriku (2)
- Bab 40 Bertamu Ke Rumah Robin Xiao (1)
- Bab 40 Bertamu Ke Rumah Robin Xiao (2)
- Bab 41 Meraih Bintang Memberikannya Untukmu (1)
- Bab 41 Meraih Bintang Memberikannya Untukmu (2)
- Bab 42 Kamu Bisa-Bisanya Memperlakukanku Seperti Itu! (1)
- Bab 42 Kamu Bisa-Bisanya Memperlakukanku Seperti Itu! (2)
- Bab 43 Mereka Tinggal Bersama Sepanjang Malam (1)
- Bab 43 Mereka Tinggal Bersama Sepanjang Malam (2)
- Bab 44 Kecewa Pada Stanley Yan (1)
- Bab 44 Kecewa Pada Stanley Yan (2)
- Bab 45 Siapa Yang Istrimu? Lepaskan! (1)
- Bab 45 Siapa Yang Istrimu? Lepaskan! (2)
- Bab 46 Aku Tidak Punya Teman Seperti Kamu (1)
- Bab 46 Aku Tidak Punya Teman Seperti Kamu (2)
- Bab 47 Tidakkah Pria, Akan Tahu Jika Sudah Mencoba? (1)
- Bab 47 Tidakkah Pria, Akan Tahu Jika Sudah Mencoba? (2)
- Bab 48 Kemarahan (1)
- Bab 48 Kemarahan (2)
- Bab 49 Konflik Pecah (1)
- Bab 49 Konflik Pecah (2)
- Bab 49 Konflik Pecah (3)
- Bab 50 Suka? Ambil Saja Untukmu! (1)
- Bab 50 Suka? Ambil Saja Untukmu! (2)
- Bab 51 Buku Nikah (1)
- Bab 51 Buku Nikah (2)
- Bab 51 Buku Nikah (3)
- Bab 52 Menjadi seorang ayah! (1)
- Bab 52 Menjadi seorang ayah! (2)
- Bab 52 Menjadi seorang ayah! (3)
- Bab 53 Berada Dalam Berkah Tapi Tidak Merasa Berkah (1)
- Bab 53 Berada Dalam Berkah Tapi Tidak Merasa Berkah (2)
- Bab 53 Berada Dalam Berkah Tapi Tidak Merasa Berkah (3)
- Bab 54 Biarkan dia tidak pernah kembali (1)
- Bab 54 Biarkan dia tidak pernah kembali (2)
- Bab 55 Sakit Perut (1)
- Bab 55 Sakit Perut (2)
- Bab 55 Sakit Perut (3)
- Bab 56 Kepanikan Yang Berlebihan (1)
- Bab 56 Kepanikan Yang Berlebihan (2)
- Bab 57 Siapa Yang Melakukannya? (1)
- Bab 57 Siapa Yang Melakukannya? (2)
- Bab 57 Siapa Yang Melakukannya? (3)
- Bab 58 Rasa Yang Tidak Nyaman (1)
- Bab 58 Rasa Yang Tidak Nyaman (2)
- Bab 58 Rasa Yang Tidak Nyaman (3)
- Bab 59 Aku Tidak Ingin Melihatmu Lagi (1)
- Bab 59 Aku Tidak Ingin Melihatmu Lagi (2)
- Bab 59 Aku Tidak Ingin Melihatmu Lagi (3)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (1)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (2)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (3)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (4)
- Bab 61 Jangan Pernah Berpikir Untuk Meninggalkanku (1)
- Bab 61 Jangan Pernah Berpikir Untuk Meninggalkanku (2)
- Bab 62 Kesalahpahaman Harus Dikatakan Dengan Jelas (1)
- Bab 62 Kesalahpahaman Harus Dikatakan Dengan Jelas (2)
- Bab 63 Problema Diantara Suami Dan Istri (1)
- Bab 63 Problema Diantara Suami Dan Istri (2)
- Bab 64 Putriku? Lucu Sekali! (1)
- Bab 64 Putriku? Lucu Sekali! (2)
- Bab 65 Balasan Yang Pantas (1)
- Bab 65 Balasan Yang Pantas (2)
- Bab 66 Aku Akan Melahirkan (1)
- Bab 66 Aku Akan Melahirkan (2)
- Bab 67 Seorang Tuan Muda Kecil (1)
- Bab 67 Seorang Tuan Muda Kecil (2)
- Bab 68 Bibit Siapa Sebenarnya (1)
- Bab 68 Bibit Siapa Sebenarnya (2)
- Bab 69 Menjadi Abu (1)
- Bab 69 Menjadi Abu (2)
- Bab 70 Tinggalkan Dia (1)
- Bab 70 Tinggalkan Dia (2)
- Bab 71 Bisa Percaya pada Siapa lagi? (1)
- Bab 71 Bisa Percaya pada Siapa lagi? (2)
- Bab 71 Bisa Percaya pada Siapa lagi? (3)
- Bab 72 Kakak, Ibu (1)
- Bab 72 Kakak, Ibu (2)
- Bab 72 Kakak, Ibu (3)
- Bab 73 Ibu, Untukmu (1)
- Bab 73 Ibu, Untukmu (2)
- Bab 74 Menjadi Ibu Untuknya (1)
- Bab 74 Menjadi Ibu Untuknya (2)
- Bab 74 Menjadi Ibu Untuknya (3)
- Bab 75 Cappuccino? Apakah Ini Kebetulan? (1)
- Bab 75 Cappuccino? Apakah Ini Kebetulan? (2)
- Bab 76 Apa Ini Juga Sebuah Kebetulan? (1)
- Bab 76 Apa Ini Juga Sebuah Kebetulan? (2)
- Bab 77 Istriku Benarkah Ini Dirimu? (1)
- Bab 77 Istriku Benarkah Ini Dirimu? (2)
- Bab 78 Kamu Adalah Duniaku (1)
- Bab 78 Kamu Adalah Duniaku (2)
- Bab 79 Stanley Yan Datang Berkunjung (1)
- Bab 79 Stanley Yan Datang Berkunjung (2)
- Bab 80 Dia Seakan Telah Kembali! (1)
- Bab 80 Dia Seakan Telah Kembali! (2)
- Bab 81 Tanda Lahir (1)
- Bab 81 Tanda Lahir (2)
- Bab 82 Apa Yang Akan Kamu Lakukan Padanya? (1)
- Bab 82 Apa Yang Akan Kamu Lakukan Padanya? (2)
- Bab 83 Kebencian Tak Beralasan (1)
- Bab 83 Kebencian Tak Beralasan (2)
- Bab 84 Teman Lama Yang Saling Bertemu Namun Tidak Saling Mengenal (1)
- Bab 84 Teman Lama Yang Saling Bertemu Namun Tidak Saling Mengenal (2)
- Bab 85 Mengkhawatirkannya (1)
- Bab 85 Mengkhawatirkannya (2)
- Bab 86 Mengikuti Permainannya (1)
- Bab 86 Mengikuti Permainannya (2)
- Bab 87 Yesi Mo Adalah Angie Qin, Kalau Begitu Siapa Dia? (1)
- Bab 87 Yesi Mo Adalah Angie Qin, Kalau Begitu Siapa Dia? (2)
- Bab 88 Dia Tidak Memiliki Masa Lalu (1)
- Bab 88 Dia Tidak Memiliki Masa Lalu (2)
- Bab 89 Rahasia Mereka (1)
- Bab 89 Rahasia Mereka (2)
- Bab 90 Yesi Mo, Kamulah Angie Qin Yang Sebenarnya (1)
- Bab 90 Yesi Mo, Kamulah Angie Qin Yang Sebenarnya (2)
- Bab 91 Di Saat Terdesak, Ingatan Masa Lalu Hidup Kembali! (1)
- Bab 91 Di Saat Terdesak, Ingatan Masa Lalu Hidup Kembali! (1)
- Bab 92 Aku Tidak Setuju (1)
- Bab 92 Aku Tidak Setuju (2)
- Bab 93 Menikah Denganku, Dia akan Kulepaskan (1)
- Bab 93 Menikah Denganku, Dia akan Kulepaskan (2)
- Bab 94 Undangan Pernikahan (1)
- Bab 94 Undangan Pernikahan (2)
- Bab 95 Sudah Terlambat untuk Menyesalinya (1)
- Bab 95 Sudah Terlambat untuk Menyesalinya (2)
- Bab 96 Selalu Akan Ada Pertemuan Kembali Setelah Perpisahan (1)
- Bab 96 Selalu Akan Ada Pertemuan Kembali Setelah Perpisahan (2)
- Bab 97 Nenek Luar Kakek Luar Bukan Orang Lain (1)
- Bab 97 Nenek Luar Kakek Luar Bukan Orang Lain (2)
- Bab 98 Susah Dikatakan (1)
- Bab 98 Susah Dikatakan (2)
- Bab 99 Istri, Aku Yang Dibohongimu Sangat Menderita (1)
- Bab 99 Istri, Aku Yang Dibohongimu Sangat Menderita (2)
- Bab 100 Rico Mu, Kamu Pantas Mati (1)
- Bab 100 Rico Mu, Kamu Pantas Mati (2)
- Bab 101 Pertukaran Identitas, Mengorbankan Diri Untuk Orang Lain (1)
- Bab 101 Pertukaran Identitas, Mengorbankan Diri Untuk Orang Lain (2)
- Bab 102 Satu Keluarga Berkumpul (1)
- Bab 102 Satu Keluarga Berkumpul (2)
- Bab 103 Rico Mu Datang Mencari (1)
- Bab 103 Rico Mu Datang Mencari (2)
- Bab 104 Kesempatan Yang Diambil Sia-sia (1)
- Bab 104 Kesempatan Yang Diambil Sia-sia (2)
- Bab 105 Dijebak (1)
- Bab 105 Dijebak (2)
- Bab 106 Terbongkar (1)
- Bab 106 Terbongkar (2)
- Bab 107 Pertarungan Dua Wanita (1)
- Bab 107 Pertarungan Dua Wanita (2)
- Bab 108 Undangan Dengan Niat Buruk (1)
- Bab 108 Undangan Dengan Niat Buruk (2)
- Bab 109 Yang Lebih Peduli, Lebih Menderita (1)
- Bab 109 Yang Lebih Peduli, Lebih Menderita (2)
- Bab 110 Dia Bisa Menyerah? (1)
- Bab 110 Dia Bisa Menyerah? (2)
- Bab 111 Tidak Bisa Tersingkir (1)
- Bab 111 Tidak Bisa Tersingkir (2)
- Bab 112 Cengkeraman Dia (1)
- Bab 112 Cengkeraman Dia (2)
- Bab 113 Kamu Barang Palsu Ini (1)
- Bab 113 Kamu Barang Palsu Ini (2)
- Bab 114 Siapa yang Mengancam Siapa? (1)
- Bab 114 Siapa yang Mengancam Siapa? (2)
- Bab 115 Selesai Sudah (1)
- Bab 115 Selesai Sudah (2)
- Bab 116 Berita Kematian (1)
- Bab 116 Berita Kematian (2)
- Bab 117 Kebetulan? Siapa Percaya (1)
- Bab 117 Kebetulan? Siapa Percaya (2)
- Bab 118 Tunggu Sebentar (1)
- Bab 118 Tunggu Sebentar (2)
- Bab 119 Salah Sendiri (1)
- Bab 119 Salah Sendiri (2)
- Bab 120 Tidak Ada Hal Buruk yang Terjadi sejak Perpisahan (1)
- Bab 120 Tidak Ada Hal Buruk yang Terjadi sejak Perpisahan (2)
- Bab 121 Pendatang Yang Buruk (1)
- Bab 121 Pendatang Yang Buruk (2)
- Bab 122 Ini Hanya Permulaan (1)
- Bab 122 Ini Hanya Permulaan (2)
- Bab 122 Ini Hanya Permulaan (3)
- Bab 123 Memikat Musuh Keluar Dari Markas (1)
- Bab 123 Memikat Musuh Keluar Dari Markas (2)
- Bab 123 Memikat Musuh Keluar Dari Markas (3)
- Bab 124 Bencana Stanley Yan (1)
- Bab 124 Bencana Stanley Yan (2)
- Bab 124 Bencana Stanley Yan (3)
- Bab 125 Keputusan Yesi Mo (1)
- Bab 125 Keputusan Yesi Mo (2)
- Bab 125 Keputusan Yesi Mo (3)
- Bab 126 Tertangkap Basah (1)
- Bab 126 Tertangkap Basah (2)
- Bab 126 Tertangkap Basah (3)
- Bab 127 Kenyataan sangat Kejam (1)
- Bab 127 Kenyataan sangat Kejam (1)
- Bab 127 Kenyataan sangat Kejam (3)
- Bab 128 Kebaikan yang Tak Terlupakan (1)
- Bab 128 Kebaikan yang Tak Terlupakan (2)
- Bab 128 Kebaikan yang Tak Terlupakan (3)
- Bab 129 Roh Gentayangan di Kolam (1)
- Bab 129 Roh Gentayangan di Kolam (2)
- Bab 129 Roh Gentayangan di Kolam (3)
- Bab 130 Melewati Batas (1)
- Bab 130 Melewati Batas (2)
- Bab 130 Melewati Batas (3)
- Bab 131 Membalas Peach Dengan Plum (1)
- Bab 131 Membalas Peach Dengan Plum (2)
- Bab 131 Membalas Peach Dengan Plum (3)
- Bab 132 Orang Yang Terdesak Akan Melakukan Apapun (1)
- Bab 132 Orang Yang Terdesak Akan Melakukan Apapun (2)
- Bab 132 Orang Yang Terdesak Akan Melakukan Apapun (3)
- Bab 133 Setiap Rencana Jahat (1)
- Bab 133 Setiap Rencana Jahat (2)
- Bab 134 Menginginkan Uang Dan Lebih Menginginkan Nyawa (1)
- Bab 134 Menginginkan Uang Dan Lebih Menginginkan Nyawa (2)
- Bab 134 Menginginkan Uang Dan Lebih Menginginkan Nyawa (3)
- Bab 135 Harga Sebuah Keserakahan (1)
- Bab 135 Harga Sebuah Keserakahan (2)
- Bab 135 Harga Sebuah Keserakahan (3)
- Bab 136 Benar, Memang Sedang Mempermainkannya (1)
- Bab 136 Benar, Memang Sedang Mempermainkannya (2)
- Bab 136 Benar, Memang Sedang Mempermainkannya (3)
- Bab 137 Sebuah Tamparan Untuknya (1)
- Bab 137 Sebuah Tamparan Untuknya (2)
- Bab 137 Sebuah Tamparan Untuknya (3)
- Bab 138 Kabar dari Stanley Yan (1)
- Bab 138 Kabar dari Stanley Yan (2)
- Bab 138 Kabar dari Stanley Yan (3)
- Bab 139 Dia Ternyata sudah melamarnya (1)
- Bab 139 Dia Ternyata sudah melamarnya (2)
- Bab 139 Dia Ternyata sudah melamarnya (3)
- Bab 140 Berubah Pikiran (1)
- Bab 140 Berubah Pikiran (2)
- Bab 140 Berubah Pikiran (3)
- Bab 141 Itu Adalah Dia! (1)
- Bab 141 Itu Adalah Dia! (1)
- Bab 141 Itu Adalah Dia! (3)
- Bab 142 Tidak Peduli Akan Apapun Juga Untuk Melindunginya (1)
- Bab 142 Tidak Peduli Akan Apapun Juga Untuk Melindunginya (2)
- Bab 142 Tidak Peduli Akan Apapun Juga Untuk Melindunginya (3)
- Bab 143 Tidak Sabar (1)
- Bab 143 Tidak Sabar (2)
- Bab 143 Tidak Sabar (3)
- Bab 144 Tidak Bisa Menghindar dari Musuh (1)
- Bab 144 Tidak Bisa Menghindar dari Musuh (2)
- Bab 145 Di Bawah Atap yang Sama (1)
- Bab 145 Di Bawah Atap yang Sama (2)
- Bab 145 Di Bawah Atap yang Sama (3)
- Bab 146 Stanley Miliknya (1)
- Bab 146 Stanley Miliknya (2)
- Bab 146 Stanley Miliknya (3)
- Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (1)
- Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (2)
- Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (3)
- Bab 148 Retribusi (1)
- Bab 148 Retribusi (2)
- Bab 148 Retribusi (3)
- Bab 149 Kejam (1)
- Bab 149 Kejam (2)
- Bab 149 Kejam (3)
- Bab 150 Menikah! Mana Mungkin? (1)
- Bab 150 Menikah! Mana Mungkin? (2)
- Bab 150 Menikah! Mana Mungkin? (3)
- Bab 151 Bagaimana Mungkin Ia Tega Mengkhianati Keluarga Ini? (1)
- Bab 151 Bagaimana Mungkin Ia Tega Mengkhianati Keluarga Ini? (2)
- Bab 151 Bagaimana Mungkin Ia Tega Mengkhianati Keluarga Ini? (3)
- Bab 152 Siapa Yang Bisa Memahami Rasa Sakitnya? (1)
- Bab 152 Siapa Yang Bisa Memahami Rasa Sakitnya? (2)
- Bab 152 Siapa Yang Bisa Memahami Rasa Sakitnya? (3)
- Bab 153 Semua Lancar (1)
- Bab 153 Semua Lancar (2)
- Bab 153 Semua Lancar (3)
- Bab 154 Gali Lubang, Tutup Lubang (1)
- Bab 154 Gali Lubang, Tutup Lubang (2)
- Bab 154 Gali Lubang, Tutup Lubang (3)
- Bab 155 Jebakan Andrew Ling (1)
- Bab 155 Jebakan Andrew Ling (2)
- Bab 155 Jebakan Andrew Ling (3)
- Bab 156 Ia Pernah Menyelamatkanku (1)
- Bab 156 Ia Pernah Menyelamatkanku (2)
- Bab 157 Melindunginya (1)
- Bab 157 Melindunginya (2)
- Bab 158 Berkah Setelah Kemalangan Untuk Stanley Yan (1)
- Bab 158 Berkah Setelah Kemalangan Untuk Stanley Yan (2)
- Bab 159 Tunggu Aku Kembali (1)
- Bab 159 Tunggu Aku Kembali (2)
- Bab 160 Di Luar Kendali (1)
- Bab 160 Di Luar Kendali (2)
- Bab 161 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja
- Bab 162 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja (2)
- Bab 163 Ada Aku di Sini/ Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja (2)
- Bab 164 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja (3)
- Bab 165 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja
- Bab 166 Rencana yang Telah Gagal
- Bab 167 Jangan Tinggalkan Aku/ Ucapan Cinta Semalam Berubah Menjadi Akhir Dunia
- Bab 168 Pengurus Rumah
- Bab 169 Bebas
- Bab 170 Mengapa Mereka Juga Datang?
- Bab 171 Ia Selalu Disini
- Bab 172 Kamu Tidak Bisa Membohongiku
- Bab 173 Apa Aku Melakukan Kesalahan?
- Bab 174 Kesalahan Yang Jelas
- Bab 175 Tunggu Aku
- Bab 176 Akhir Yang Luar Biasa (Awal)
- Bab 177 Akhir Yang Luar Biasa (Tengah)
- Bab 178 Akhir Yang Luar Biasa (Akhir)