Unlimited Love - Bab 175 Tunggu Aku
Yesi Mo duduk di pinggir jendela, punggungnya menghadap ke arah pintu. Tubuhnya agak sedikit bersandar dengan wajah menghadap ke lemari di samping kepala ranjang. Dari sudut tempat ia berada, Stanley Yan hanya bisa melihat sedikit siluet porselen.
Warnanya putih dan bentuknya mirip toples acar. Tapi, Stanley Yan lebih tahu dari siapapun bahwa yang ia lihat bukanlah toples berisi acar melainkan guci berisi abu jenazah.
Abu yang ada di dalam guci itu adalah abu mayat milik orang yang menggantikannya. Tentu saja di mata Yesi Mo, abu yang ada di dalam guci itu berasal dari orang terdekat dan terpenting selama hidupnya. Orang yang ia cintai, pilar hidupnya.
Melihat pemandangan ini, hati Stanley Yan terasa seperti disumbat oleh sebuah batu yang sangat besar, menggelanyuti dan sangat memberatkan.
Begitu mendengar ada suara pintu ditutup dari belakang tubuhnya, Yesi Mo bahkan tidak menoleh dan langsung berujar, “Taruh saja barangnya, kamu boleh pergi.”
“Sisi, ini aku.”
Suara lembut Stanley Yan terdengar seperti suara kilat pada telinga Yesi Mo. Tubuhnya sontak sedikit gemetaran. Yesi Mo sedikit mencodongkan tubuhnya seolah ingin membalikkan tubuhnya, namun pada akhirnya tidak ia balikkan.
Ia takut. Takut begitu ia membalikkan tubuhnya, orang yang ia lihat bukanlah sosok yang ia rindukan siang dan malam. Yesi Mo takut merasa kecewa sekali lagi.
Orang itu sudah mati, mereka berbeda dua dunia. Tapi sebenarnya, yang lebih Yesi Mo takutkan adalah apabila tidak ada siapapun saat ia membalikkan tubuhnya. Hanya ada ruang kosong, hanya ada dirinya sendiri.
“Stanley? Apakah kamu Stanley?”
Suara Yesi Mo bergetar, sedangkan tubuhnya lebih bergetar tak henti. Ini menunjukkan betapa dirinya sekarang sedang berada dalam suasana hati yang campur aduk. Bergairah, gugup, dan takut.
“Ya. Ini aku, Stanley. Aku kembali. Sisi, kamu kenapa? Apa kamu tidak senang?”
“Aku senang, tapi... Tapi, aku takut. Aku takut kamu akan menghilang lagi tiba-tiba... Aku takut...”
“Tidak mungkin, aku tidak akan meninggalkanmu lagi kali ini.”
Sambil bicara, Stanley Yan dengan sangat bersemangat berjalan ke hadapan Yesi Mo. Ia menundukkan kepala, menatap wajah Yesi Mo yang dibanjiri air mata. Rasa sangat bersalah dan menyalahkan diri sendiri memenuhi matanya.
Detik saat ia melihat Stanley Yan muncul di hadapannya, Yesi Mo sontak bangkit berdiri dan ingin memeluk pria itu erat-erat. Tapi tepat sesaat sebelum tangannya menyentuh tubuh Stanley Yan, gerakannya mendadak berhenti.
Ia tidak berani. Ia takut ia hanya akan memeluk udara kosong. Stanley Yan sudah meninggal, tubuhnya sudah dibakar menjadi abu. Sekarang ini yang muncul hanyalah rohnya, atau sederhananya, hantu Stanley Yan.
Yesi Mo belum pernah menyentuh hantu, yang ia tahu hanyalah hantu tidak memiliki raga.
Dan katanya hantu juga sangat takut pada orang hidup karena aura di tubuh orang hidup sangat berat dan dapat melukai hantu.
Ia begitu mencintai Stanley Yan, bagaimana mungkin ia tega menyakitinya?
Stanley Yan sama sekali tidak mengetahui bahwa ada begitu banyak pikiran yang bergulir dalam benak Yesi Mo selama kurun waktu yang sangat singkat ini. Melihat sosoknya yang hanya terpaku di tempatnya berpijak, Stanley Yan pun tanpa ragu langsung membenamkan Yesi Mo masuk ke dalam pelukannya.
“Sisi, ini aku. Aku kembali.”
“Tidak boleh, kita tidak boleh begini. Aku bisa melukaimu, cepat lepaskan aku. Stanley, lepaskan aku.” Yesi Mo memberontak dengan sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari pelukan Stanley Yan.. Tapi pelukan pria itu terlalu erat, sehingga Yesi Mo sama sekali tidak dapat melepaskan diri.
“Stanley, aku mohon, cepat lepaskan aku. Aku tidak mau melukaimu, aku tidak ingin kamu terluka sedikitpun.” pelas Yesi Mo sambil meronta.
“Omong kosong apa yang sedang kamu katakan?” Stanley Yan menunduk, mengernyitkan alisnya sambil menatap Yesi Mo yang ada di dalam pelukannya dengan sedikit tidak mengerti.
“Aku tidak omong kosong. Energi yin dan yang kita berbeda, kamu tidak akan bisa bertahan lama kalau seperti ini. Kumohon padamu, cepat lepaskan aku.” Yesi Mo menjelaskan pada Stanley Yan dengan tatapan gelisah.
“Maksudmu... Aku ini... Arwah?” Stanley Yan menyadari apa yang Yesi Mo maksud lalu tertawa. Melihat Yesi Mo yang masih terus meronta, Stanley Yan pun akhirnya mengerahkan tenaga untuk menekan kepala Yesi Mo agar lebih lekat pada dadanya, “Kamu jangan gerak dulu dan coba dengar baik-baik ini suara apa.”
Entah karena perkataan Stanley Yan yang ada gunanya, atau karena hati Yesi Mo tidak dapat menyerah terhadap pria itu, namun kekuatan merontanya perlahan melemah diikuti dengan telinganya yang seolah mendengar suara degupan ‘Deg, Deg’ yang aneh.
Apakah mungkin ini adalah suara... Detakan jantung? Yesi Mo membelalakkan matanya, mengira ia sedang berhalusinasi. Dengan keinginannya sendiri ia melekatkan telinganya lebih dekat. Kali ini, suara detak jantung itu semakin lama terdengar semakin jelas. Semakin lama semakin kuat, semakin lama semakin berat, semakin lama semakin cepat.
Ini benar-benar suara detakan jantung. Selain itu, saat ini Yesi Mo juga dapat merasakan hangat tubuh Stanley Yan. Ia dapat merasakan suhu tubuh pria itu, ia dapat mencium aroma tubuh yang familiar dari pria itu yang merasuk hingga ke sukmanya.
Semua ini, segala hal ini memberitahu Yesi Mo sebuah fakta. Bahwa Stanley Yan yang ada di hadapannya ini bukanlah arwah. Ia adalah orang yang masih hidup, pria yang sangat penting dalam hidup Yesi Mo.
Yesi Mo merasa dirinya seolah sedang bermimpi. Tapi ia tidak peduli apakah ia sekarang sedang bermimpi atau tidak, ia hanya tidak ingin kehilangan Stanley Yan lagi. Ia bahkan tidak menyadari bahwa sekarang tangannya-lah yang berbalik memeluk pinggang Stanley Yan erat-erat, mengerahkan segenap tenaganya untuk memeluk erat pria itu dan tidak berani lagi melepaskannya.
“Sekarang, apa menurutmu aku ini arwah? Dasar bodoh.” Stanley Yan tertawa.
Yesi Mo menengadah dan menatap Stanley Yan lekat-lekat, lalu menggeleng, “Aku tidak tahu. Yang aku tahu hanyalah aku tidak sanggup kehilanganmu lagi dan tidak ingin kehilanganmu lagi.”
“Bodoh.” Bibir Stanley Yan yang hangat mengecup lekat dahi Yesi Mo. Tapi setelah cukup lama waktu berselang, Yesi Mo tetap tidak bersedia melepaskan Stanley Yan.
“Sudah, sudah, ayo lepaskan aku. Ada sesuatu yang mau kubicarakan denganmu.”
“Tidak mau.”
“Kenapa?”
“Aku takut semua ini hanyalah mimpi. Asalkan aku terus memelukmu seperti ini, aku tidak akan terbangun dari mimpi ini dan kamu juga tidak bisa meninggalkanku.” ujar Yesi Mo bersikeras sambil menatap Stanley Yan.
“Ini bukan mimpi. Aku orang sungguhan, orang yang hidup. Bukankah barusan kamu juga bisa merasakannya?”
“Entahlah...” Yesi Mo menggelengkan kepalanya dan mengerutkan bibirnya ke bawah, “Kamu sudah meninggal, apalagi abumu...”
Kedua mata Yesi Mo kemudian melirik guci abu yang ada diatas lemari di samping kepala ranjang. Setelah sekian lama waktu berlalu, kenapa guci abu itu masih berada disitu? Ini membuat Yesi Mo merasa bingung.
Kenapa masih ada disana? Kalau ternyata Stanley Yan yang ada di mimpinya menjadi nyata, bukankah seharusnya guci abu itu menghilang?
Tapi kalau dipikir ulang, Yesi Mo merasa dirinya terlalu tidak masuk akal.
Apa yang ada di mimpi adalah hal abstrak, tidak ada ketentuan apa yang seharusnya muncul dan apa yang seharusnya menghilang.
“Aku tidak meninggal. Sebenarnya, kecelakaan itu aku sendiri yang menyutradarainya.”
“Aku tidak percaya. Kamu tidak perlu membohongiku. Aku tahu, aku tahu semua. Aku tidak dapat merelakanmu, tidak ingin meninggalkanmu, tapi aku tidak bisa membohongi diri sendiri ataupun orang lain. Kamu sudah meninggal, benar-benar sudah meninggal. Aku melihat jasadmu dengan mata kepalaku sendiri, aku...”
Yesi Mo seperti menggila. Tidak peduli seperti apapun penjelasan Stanley Yan, ia tetap tidak bisa menerima alasan pria itu.
Sampai pada akhirnya, Stanley Yan hanya bisa menggeleng tidak berdaya. Saat Yesi Mo sedang bersemangat memastikan jati diri Stanley Yan, pria itu mengangkat tangannya dan menyentil ringan dahi Yesi Mo.
“Aduh! Apa yang kamu lakukan!” Yesi Mo mengangkat kepalanya dan menatap Stanley Yan dengan kesal.
“Sakit, tidak?” tanya Stanley Yan sambil tertawa.
“Kamu sudah meninggal saja masih menindasku!” Yesi Mo memelototi Stanley Yan. Ia baru saja hendak mengatakan sesuatu saat kedua matanya sontak membesar. Dengan rasa tidak percaya ia menatap wajah Stanley Yan yang dipenuhi senyuman, rasa sentilan di dahinya tadi masih bergaung.
Ia dapat merasakan sakitnya. Kalau begitu—ini... Ini sama sekali bukan mimpi. Semua ini adalah nyata.
Stanley Yan masih hidup, ia tidak meninggal. Ia hidup dan berdiri disini, sedang dipeluk erat-erat oleh Yesi Mo.
“Sekarang sudah percaya?” Stanley Yan menatap Yesi Mo dengan penuh senyum.
Yang menjawab Stanley Yan bukanlah kata-kata, melainkan dengingan di telinganya karena tamparan lalu disusul oleh tangisan dan makian Yesi Mo, “Kamu brengsek.”
Tepat pada saat Stanley Yan mengangkat tangannya untuk mengusap wajahnya, Yesi Mo sudah melekat di dadanya dan tak henti memakinya dengan air mata yang tidak berhenti mengalir.
“Aku bukan...” Stanley Yan merasa sangat bersalah. Ia baru saja hendak meminta maaf ketika jari lentik Yesi Mo sudah menghalangi bibirnya, “Yang harusnya meminta maaf itu aku. Tidak seharusnya aku menamparmu.”
“Bodoh... Aku tidak menyalahkanmu.”
Kedua orang itu pun saling berpelukan dengan erat, sama sekali tidak rela melepaskan satu sama lain. Sampai akhirnya terdengar suara ketukan pintu dari luar, barulah mereka berdua melepaskan pelukan mereka dengan berat hati.
“Nona, ada yang meneleponmu di ruang tamu lantai bawah.” Terdengar suara manajer kediaman utama dari luar pintu.
“Telepon?” Yesi Mo memalingkan kepalanya dan menatap ke arah daun pintu, ia mengernyit ringan namun tetap mengiyakan, “Sebentar lagi aku kesana.”
Suara langkah kaki pun menjauh dan yesi Mo menatap Stanley Yan, lalu memerintah dengan tegas, “Tunggu aku disini dan jangan pergi kemanapun.”
“Baiklah.” Stanley Yan mengiyakan lalu duduk di pinggir ranjang dan mendesaknya, “Pergilah.”
Yesi Mo berjalan menuju daun pintu sambil terus menoleh. Sesaat sebelum ia membuka daun pintu, ia membalikkan tubuhnya dan menatap Stanley Yan lalu mengambil napas dalam-dalam dan berujar, “Kamu harus menungguku.”
“Tentu saja!”
Melihat Stanley Yan yang mengangguk dengan mantap, wajah Yesi Mo pun meluapkan senyum kebahagiaan. Ia membuka daun pintu dan secepat kilat melesat keluar. Segera setelah itu, derap kaki tergesa-gesa Yesi Mo pun terdengar di telinga Stanley Yan.
Walaupun ia tidak melihatnya, namun Stanley Yan dapat membayangkan bahwa saat ini Yesi Mo sedang berlari ke bawah. Ia dapat membayangkan seberapa inginnya Yesi Mo untuk secepatnya kembali kesini, seberapa besar keinginan wanita itu untuk tidak berpisah darinya.
Novel Terkait
Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku
Rio SaputraUnplanned Marriage
MargeryCinta Yang Paling Mahal
Andara EarlyAngin Selatan Mewujudkan Impianku
Jiang MuyanPengantin Baruku
FebiHis Soft Side
RiseUnlimited Love×
- Bab 1 Pernikahan
- Bab 2 Dinikahi Orang Tolol Juga Bukan Hal yang Buruk
- Bab 3 Dia Telah Membohongi Semua Orang
- Bab 4 Merasakan Kelembutannya
- Bab 5 Teh Penghormatan Dari Menantu
- Bab 6 Tamu Tak Diundang
- Bab 7 Istri, Aku Datang Melindungimu!
- Bab 8 Dengan Kelembutanmu, Hangatkan Hatiku
- Bab 9 Apakah Karena Cinta?
- Bab 10 Pemilik Cheongsam Sesungguhnya
- Bab 11 Semua Penuh Jebakan
- Bab 12 Menjenguk Katty Yun
- Bab 13 Katty Yun Mengakui Kesalahan
- Bab 14 Aku Masih Belum Siap
- Bab 15 Karena Cinta
- Bab 16 Membawa Masalah Pada Diri Sendiri
- Bab 17 Sebenarnya Apa Itu Kebenaran?
- Bab 18 Kemarahan Stanley Yan
- Bab 19 Menghinanya Karena Dia Bodoh?
- Bab 20 Menerima Hukuman
- Bab 21 Apakah Aku Memaksamu?
- Bab 22 Gawat, Sungguh Memalukan
- Bab 23 Robin Xiao Datang Berkunjung
- Bab 24 Tidak Ada Rahasia Di Hadapannya
- Bab 25 Tidak Dapat Menghindarinya
- Bab 26 Dia Sudah Gila
- Bab 27 Siapapun Tidak Boleh Menyentuh Wanitaku!
- Bab 28 Supnya Bermasalah
- Bab 29 Untuk Apa Dia Datang?
- Bab 30 Stanley Yan, kamu itu koruptor!
- Bab 31 Temani Aku Semalam Maka Dianggap Selesai
- Bab 32 Permusuhan
- Bab 33 Aku Mencintainya Melebihi Segalanya
- Bab 34 Meninggalkan Rumah Keluarga Yan
- Bab 35 Tidak, Jangan Mendekat!
- Bab 36 Hati Yang Teramat Gelisah (1)
- Bab 36 Hati Yang Teramat Gelisah (2)
- Bab 37 Dia Pergi, Aku Juga Pergi! (1)
- Bab 37 Dia Pergi, Aku Juga Pergi! (2)
- Bab 38 Stanley Yang Cinta Mati Kepada Istrinya (1)
- Bab 38 Stanley Yang Cinta Mati Kepada Istrinya (2)
- Bab 39 Jangan Mencari Perhatian Istriku (1)
- Bab 39 Jangan Mencari Perhatian Istriku (2)
- Bab 40 Bertamu Ke Rumah Robin Xiao (1)
- Bab 40 Bertamu Ke Rumah Robin Xiao (2)
- Bab 41 Meraih Bintang Memberikannya Untukmu (1)
- Bab 41 Meraih Bintang Memberikannya Untukmu (2)
- Bab 42 Kamu Bisa-Bisanya Memperlakukanku Seperti Itu! (1)
- Bab 42 Kamu Bisa-Bisanya Memperlakukanku Seperti Itu! (2)
- Bab 43 Mereka Tinggal Bersama Sepanjang Malam (1)
- Bab 43 Mereka Tinggal Bersama Sepanjang Malam (2)
- Bab 44 Kecewa Pada Stanley Yan (1)
- Bab 44 Kecewa Pada Stanley Yan (2)
- Bab 45 Siapa Yang Istrimu? Lepaskan! (1)
- Bab 45 Siapa Yang Istrimu? Lepaskan! (2)
- Bab 46 Aku Tidak Punya Teman Seperti Kamu (1)
- Bab 46 Aku Tidak Punya Teman Seperti Kamu (2)
- Bab 47 Tidakkah Pria, Akan Tahu Jika Sudah Mencoba? (1)
- Bab 47 Tidakkah Pria, Akan Tahu Jika Sudah Mencoba? (2)
- Bab 48 Kemarahan (1)
- Bab 48 Kemarahan (2)
- Bab 49 Konflik Pecah (1)
- Bab 49 Konflik Pecah (2)
- Bab 49 Konflik Pecah (3)
- Bab 50 Suka? Ambil Saja Untukmu! (1)
- Bab 50 Suka? Ambil Saja Untukmu! (2)
- Bab 51 Buku Nikah (1)
- Bab 51 Buku Nikah (2)
- Bab 51 Buku Nikah (3)
- Bab 52 Menjadi seorang ayah! (1)
- Bab 52 Menjadi seorang ayah! (2)
- Bab 52 Menjadi seorang ayah! (3)
- Bab 53 Berada Dalam Berkah Tapi Tidak Merasa Berkah (1)
- Bab 53 Berada Dalam Berkah Tapi Tidak Merasa Berkah (2)
- Bab 53 Berada Dalam Berkah Tapi Tidak Merasa Berkah (3)
- Bab 54 Biarkan dia tidak pernah kembali (1)
- Bab 54 Biarkan dia tidak pernah kembali (2)
- Bab 55 Sakit Perut (1)
- Bab 55 Sakit Perut (2)
- Bab 55 Sakit Perut (3)
- Bab 56 Kepanikan Yang Berlebihan (1)
- Bab 56 Kepanikan Yang Berlebihan (2)
- Bab 57 Siapa Yang Melakukannya? (1)
- Bab 57 Siapa Yang Melakukannya? (2)
- Bab 57 Siapa Yang Melakukannya? (3)
- Bab 58 Rasa Yang Tidak Nyaman (1)
- Bab 58 Rasa Yang Tidak Nyaman (2)
- Bab 58 Rasa Yang Tidak Nyaman (3)
- Bab 59 Aku Tidak Ingin Melihatmu Lagi (1)
- Bab 59 Aku Tidak Ingin Melihatmu Lagi (2)
- Bab 59 Aku Tidak Ingin Melihatmu Lagi (3)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (1)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (2)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (3)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (4)
- Bab 61 Jangan Pernah Berpikir Untuk Meninggalkanku (1)
- Bab 61 Jangan Pernah Berpikir Untuk Meninggalkanku (2)
- Bab 62 Kesalahpahaman Harus Dikatakan Dengan Jelas (1)
- Bab 62 Kesalahpahaman Harus Dikatakan Dengan Jelas (2)
- Bab 63 Problema Diantara Suami Dan Istri (1)
- Bab 63 Problema Diantara Suami Dan Istri (2)
- Bab 64 Putriku? Lucu Sekali! (1)
- Bab 64 Putriku? Lucu Sekali! (2)
- Bab 65 Balasan Yang Pantas (1)
- Bab 65 Balasan Yang Pantas (2)
- Bab 66 Aku Akan Melahirkan (1)
- Bab 66 Aku Akan Melahirkan (2)
- Bab 67 Seorang Tuan Muda Kecil (1)
- Bab 67 Seorang Tuan Muda Kecil (2)
- Bab 68 Bibit Siapa Sebenarnya (1)
- Bab 68 Bibit Siapa Sebenarnya (2)
- Bab 69 Menjadi Abu (1)
- Bab 69 Menjadi Abu (2)
- Bab 70 Tinggalkan Dia (1)
- Bab 70 Tinggalkan Dia (2)
- Bab 71 Bisa Percaya pada Siapa lagi? (1)
- Bab 71 Bisa Percaya pada Siapa lagi? (2)
- Bab 71 Bisa Percaya pada Siapa lagi? (3)
- Bab 72 Kakak, Ibu (1)
- Bab 72 Kakak, Ibu (2)
- Bab 72 Kakak, Ibu (3)
- Bab 73 Ibu, Untukmu (1)
- Bab 73 Ibu, Untukmu (2)
- Bab 74 Menjadi Ibu Untuknya (1)
- Bab 74 Menjadi Ibu Untuknya (2)
- Bab 74 Menjadi Ibu Untuknya (3)
- Bab 75 Cappuccino? Apakah Ini Kebetulan? (1)
- Bab 75 Cappuccino? Apakah Ini Kebetulan? (2)
- Bab 76 Apa Ini Juga Sebuah Kebetulan? (1)
- Bab 76 Apa Ini Juga Sebuah Kebetulan? (2)
- Bab 77 Istriku Benarkah Ini Dirimu? (1)
- Bab 77 Istriku Benarkah Ini Dirimu? (2)
- Bab 78 Kamu Adalah Duniaku (1)
- Bab 78 Kamu Adalah Duniaku (2)
- Bab 79 Stanley Yan Datang Berkunjung (1)
- Bab 79 Stanley Yan Datang Berkunjung (2)
- Bab 80 Dia Seakan Telah Kembali! (1)
- Bab 80 Dia Seakan Telah Kembali! (2)
- Bab 81 Tanda Lahir (1)
- Bab 81 Tanda Lahir (2)
- Bab 82 Apa Yang Akan Kamu Lakukan Padanya? (1)
- Bab 82 Apa Yang Akan Kamu Lakukan Padanya? (2)
- Bab 83 Kebencian Tak Beralasan (1)
- Bab 83 Kebencian Tak Beralasan (2)
- Bab 84 Teman Lama Yang Saling Bertemu Namun Tidak Saling Mengenal (1)
- Bab 84 Teman Lama Yang Saling Bertemu Namun Tidak Saling Mengenal (2)
- Bab 85 Mengkhawatirkannya (1)
- Bab 85 Mengkhawatirkannya (2)
- Bab 86 Mengikuti Permainannya (1)
- Bab 86 Mengikuti Permainannya (2)
- Bab 87 Yesi Mo Adalah Angie Qin, Kalau Begitu Siapa Dia? (1)
- Bab 87 Yesi Mo Adalah Angie Qin, Kalau Begitu Siapa Dia? (2)
- Bab 88 Dia Tidak Memiliki Masa Lalu (1)
- Bab 88 Dia Tidak Memiliki Masa Lalu (2)
- Bab 89 Rahasia Mereka (1)
- Bab 89 Rahasia Mereka (2)
- Bab 90 Yesi Mo, Kamulah Angie Qin Yang Sebenarnya (1)
- Bab 90 Yesi Mo, Kamulah Angie Qin Yang Sebenarnya (2)
- Bab 91 Di Saat Terdesak, Ingatan Masa Lalu Hidup Kembali! (1)
- Bab 91 Di Saat Terdesak, Ingatan Masa Lalu Hidup Kembali! (1)
- Bab 92 Aku Tidak Setuju (1)
- Bab 92 Aku Tidak Setuju (2)
- Bab 93 Menikah Denganku, Dia akan Kulepaskan (1)
- Bab 93 Menikah Denganku, Dia akan Kulepaskan (2)
- Bab 94 Undangan Pernikahan (1)
- Bab 94 Undangan Pernikahan (2)
- Bab 95 Sudah Terlambat untuk Menyesalinya (1)
- Bab 95 Sudah Terlambat untuk Menyesalinya (2)
- Bab 96 Selalu Akan Ada Pertemuan Kembali Setelah Perpisahan (1)
- Bab 96 Selalu Akan Ada Pertemuan Kembali Setelah Perpisahan (2)
- Bab 97 Nenek Luar Kakek Luar Bukan Orang Lain (1)
- Bab 97 Nenek Luar Kakek Luar Bukan Orang Lain (2)
- Bab 98 Susah Dikatakan (1)
- Bab 98 Susah Dikatakan (2)
- Bab 99 Istri, Aku Yang Dibohongimu Sangat Menderita (1)
- Bab 99 Istri, Aku Yang Dibohongimu Sangat Menderita (2)
- Bab 100 Rico Mu, Kamu Pantas Mati (1)
- Bab 100 Rico Mu, Kamu Pantas Mati (2)
- Bab 101 Pertukaran Identitas, Mengorbankan Diri Untuk Orang Lain (1)
- Bab 101 Pertukaran Identitas, Mengorbankan Diri Untuk Orang Lain (2)
- Bab 102 Satu Keluarga Berkumpul (1)
- Bab 102 Satu Keluarga Berkumpul (2)
- Bab 103 Rico Mu Datang Mencari (1)
- Bab 103 Rico Mu Datang Mencari (2)
- Bab 104 Kesempatan Yang Diambil Sia-sia (1)
- Bab 104 Kesempatan Yang Diambil Sia-sia (2)
- Bab 105 Dijebak (1)
- Bab 105 Dijebak (2)
- Bab 106 Terbongkar (1)
- Bab 106 Terbongkar (2)
- Bab 107 Pertarungan Dua Wanita (1)
- Bab 107 Pertarungan Dua Wanita (2)
- Bab 108 Undangan Dengan Niat Buruk (1)
- Bab 108 Undangan Dengan Niat Buruk (2)
- Bab 109 Yang Lebih Peduli, Lebih Menderita (1)
- Bab 109 Yang Lebih Peduli, Lebih Menderita (2)
- Bab 110 Dia Bisa Menyerah? (1)
- Bab 110 Dia Bisa Menyerah? (2)
- Bab 111 Tidak Bisa Tersingkir (1)
- Bab 111 Tidak Bisa Tersingkir (2)
- Bab 112 Cengkeraman Dia (1)
- Bab 112 Cengkeraman Dia (2)
- Bab 113 Kamu Barang Palsu Ini (1)
- Bab 113 Kamu Barang Palsu Ini (2)
- Bab 114 Siapa yang Mengancam Siapa? (1)
- Bab 114 Siapa yang Mengancam Siapa? (2)
- Bab 115 Selesai Sudah (1)
- Bab 115 Selesai Sudah (2)
- Bab 116 Berita Kematian (1)
- Bab 116 Berita Kematian (2)
- Bab 117 Kebetulan? Siapa Percaya (1)
- Bab 117 Kebetulan? Siapa Percaya (2)
- Bab 118 Tunggu Sebentar (1)
- Bab 118 Tunggu Sebentar (2)
- Bab 119 Salah Sendiri (1)
- Bab 119 Salah Sendiri (2)
- Bab 120 Tidak Ada Hal Buruk yang Terjadi sejak Perpisahan (1)
- Bab 120 Tidak Ada Hal Buruk yang Terjadi sejak Perpisahan (2)
- Bab 121 Pendatang Yang Buruk (1)
- Bab 121 Pendatang Yang Buruk (2)
- Bab 122 Ini Hanya Permulaan (1)
- Bab 122 Ini Hanya Permulaan (2)
- Bab 122 Ini Hanya Permulaan (3)
- Bab 123 Memikat Musuh Keluar Dari Markas (1)
- Bab 123 Memikat Musuh Keluar Dari Markas (2)
- Bab 123 Memikat Musuh Keluar Dari Markas (3)
- Bab 124 Bencana Stanley Yan (1)
- Bab 124 Bencana Stanley Yan (2)
- Bab 124 Bencana Stanley Yan (3)
- Bab 125 Keputusan Yesi Mo (1)
- Bab 125 Keputusan Yesi Mo (2)
- Bab 125 Keputusan Yesi Mo (3)
- Bab 126 Tertangkap Basah (1)
- Bab 126 Tertangkap Basah (2)
- Bab 126 Tertangkap Basah (3)
- Bab 127 Kenyataan sangat Kejam (1)
- Bab 127 Kenyataan sangat Kejam (1)
- Bab 127 Kenyataan sangat Kejam (3)
- Bab 128 Kebaikan yang Tak Terlupakan (1)
- Bab 128 Kebaikan yang Tak Terlupakan (2)
- Bab 128 Kebaikan yang Tak Terlupakan (3)
- Bab 129 Roh Gentayangan di Kolam (1)
- Bab 129 Roh Gentayangan di Kolam (2)
- Bab 129 Roh Gentayangan di Kolam (3)
- Bab 130 Melewati Batas (1)
- Bab 130 Melewati Batas (2)
- Bab 130 Melewati Batas (3)
- Bab 131 Membalas Peach Dengan Plum (1)
- Bab 131 Membalas Peach Dengan Plum (2)
- Bab 131 Membalas Peach Dengan Plum (3)
- Bab 132 Orang Yang Terdesak Akan Melakukan Apapun (1)
- Bab 132 Orang Yang Terdesak Akan Melakukan Apapun (2)
- Bab 132 Orang Yang Terdesak Akan Melakukan Apapun (3)
- Bab 133 Setiap Rencana Jahat (1)
- Bab 133 Setiap Rencana Jahat (2)
- Bab 134 Menginginkan Uang Dan Lebih Menginginkan Nyawa (1)
- Bab 134 Menginginkan Uang Dan Lebih Menginginkan Nyawa (2)
- Bab 134 Menginginkan Uang Dan Lebih Menginginkan Nyawa (3)
- Bab 135 Harga Sebuah Keserakahan (1)
- Bab 135 Harga Sebuah Keserakahan (2)
- Bab 135 Harga Sebuah Keserakahan (3)
- Bab 136 Benar, Memang Sedang Mempermainkannya (1)
- Bab 136 Benar, Memang Sedang Mempermainkannya (2)
- Bab 136 Benar, Memang Sedang Mempermainkannya (3)
- Bab 137 Sebuah Tamparan Untuknya (1)
- Bab 137 Sebuah Tamparan Untuknya (2)
- Bab 137 Sebuah Tamparan Untuknya (3)
- Bab 138 Kabar dari Stanley Yan (1)
- Bab 138 Kabar dari Stanley Yan (2)
- Bab 138 Kabar dari Stanley Yan (3)
- Bab 139 Dia Ternyata sudah melamarnya (1)
- Bab 139 Dia Ternyata sudah melamarnya (2)
- Bab 139 Dia Ternyata sudah melamarnya (3)
- Bab 140 Berubah Pikiran (1)
- Bab 140 Berubah Pikiran (2)
- Bab 140 Berubah Pikiran (3)
- Bab 141 Itu Adalah Dia! (1)
- Bab 141 Itu Adalah Dia! (1)
- Bab 141 Itu Adalah Dia! (3)
- Bab 142 Tidak Peduli Akan Apapun Juga Untuk Melindunginya (1)
- Bab 142 Tidak Peduli Akan Apapun Juga Untuk Melindunginya (2)
- Bab 142 Tidak Peduli Akan Apapun Juga Untuk Melindunginya (3)
- Bab 143 Tidak Sabar (1)
- Bab 143 Tidak Sabar (2)
- Bab 143 Tidak Sabar (3)
- Bab 144 Tidak Bisa Menghindar dari Musuh (1)
- Bab 144 Tidak Bisa Menghindar dari Musuh (2)
- Bab 145 Di Bawah Atap yang Sama (1)
- Bab 145 Di Bawah Atap yang Sama (2)
- Bab 145 Di Bawah Atap yang Sama (3)
- Bab 146 Stanley Miliknya (1)
- Bab 146 Stanley Miliknya (2)
- Bab 146 Stanley Miliknya (3)
- Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (1)
- Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (2)
- Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (3)
- Bab 148 Retribusi (1)
- Bab 148 Retribusi (2)
- Bab 148 Retribusi (3)
- Bab 149 Kejam (1)
- Bab 149 Kejam (2)
- Bab 149 Kejam (3)
- Bab 150 Menikah! Mana Mungkin? (1)
- Bab 150 Menikah! Mana Mungkin? (2)
- Bab 150 Menikah! Mana Mungkin? (3)
- Bab 151 Bagaimana Mungkin Ia Tega Mengkhianati Keluarga Ini? (1)
- Bab 151 Bagaimana Mungkin Ia Tega Mengkhianati Keluarga Ini? (2)
- Bab 151 Bagaimana Mungkin Ia Tega Mengkhianati Keluarga Ini? (3)
- Bab 152 Siapa Yang Bisa Memahami Rasa Sakitnya? (1)
- Bab 152 Siapa Yang Bisa Memahami Rasa Sakitnya? (2)
- Bab 152 Siapa Yang Bisa Memahami Rasa Sakitnya? (3)
- Bab 153 Semua Lancar (1)
- Bab 153 Semua Lancar (2)
- Bab 153 Semua Lancar (3)
- Bab 154 Gali Lubang, Tutup Lubang (1)
- Bab 154 Gali Lubang, Tutup Lubang (2)
- Bab 154 Gali Lubang, Tutup Lubang (3)
- Bab 155 Jebakan Andrew Ling (1)
- Bab 155 Jebakan Andrew Ling (2)
- Bab 155 Jebakan Andrew Ling (3)
- Bab 156 Ia Pernah Menyelamatkanku (1)
- Bab 156 Ia Pernah Menyelamatkanku (2)
- Bab 157 Melindunginya (1)
- Bab 157 Melindunginya (2)
- Bab 158 Berkah Setelah Kemalangan Untuk Stanley Yan (1)
- Bab 158 Berkah Setelah Kemalangan Untuk Stanley Yan (2)
- Bab 159 Tunggu Aku Kembali (1)
- Bab 159 Tunggu Aku Kembali (2)
- Bab 160 Di Luar Kendali (1)
- Bab 160 Di Luar Kendali (2)
- Bab 161 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja
- Bab 162 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja (2)
- Bab 163 Ada Aku di Sini/ Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja (2)
- Bab 164 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja (3)
- Bab 165 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja
- Bab 166 Rencana yang Telah Gagal
- Bab 167 Jangan Tinggalkan Aku/ Ucapan Cinta Semalam Berubah Menjadi Akhir Dunia
- Bab 168 Pengurus Rumah
- Bab 169 Bebas
- Bab 170 Mengapa Mereka Juga Datang?
- Bab 171 Ia Selalu Disini
- Bab 172 Kamu Tidak Bisa Membohongiku
- Bab 173 Apa Aku Melakukan Kesalahan?
- Bab 174 Kesalahan Yang Jelas
- Bab 175 Tunggu Aku
- Bab 176 Akhir Yang Luar Biasa (Awal)
- Bab 177 Akhir Yang Luar Biasa (Tengah)
- Bab 178 Akhir Yang Luar Biasa (Akhir)