Unlimited Love - Bab 83 Kebencian Tak Beralasan (1)

Membalikkan tubuhnya menemukan Rico Mu dengan wajah marahnya, Stanley Yan berucap menjelaskan dengan tenang, “Dia mabuk!”

"Tentu saja aku tahu jika dia mabuk, kutanya padamu apa yang akan kamu lakukan padanya tadi! Jawab aku!” wajah Rico Mu sangat dingin, tatapannya tajam dan menyeramkan.

Stanley Yan mengerutkan alisnya, menghadapi Rico Mu yang bertanya dengan tajam, hatinya merasa sangat tidak nyaman.

“Apa kamu tidak mendengar ucapanku? Jawab aku!” Rico Mu melihat Stanley Yan yang hanya mengerutkan alis menatapnya, namun tidak menjawabnya sama sekali, raut wajahnya semakin menyeramkan, dan semakin meninggikan suaranya.

“Kamu sedang memerintahku?”

“Iya memangnya apa lagi?”

Rico Mu tersenyum dingin, Stanley Yan pun tersenyum dingin juga, “Kamu tidak berhak memerintahku!”

Selesai berucap Stanley Yan menatap dingin padanya sekilas. Lalu langsung berjalan keluar, saat melewati Rico Mu, Rico Mu langsung mencengkram lengan Stanley Yan, “Diam disini! Apa aku sudah menyuruhmu untuk pergi?”

“Lepaskan!”

Melihat tangannya yang dicengkram oleh Rico Mu, tatapan Stanley Yan semakin mendingin.

“Jika kamu tidak menjelaskannya padaku, jangan harap kamu bisa pergi dari sini hari ini!” seiring dengan Rico Mu yang selesai berucap, tiba-tiba dua orang pengawal berlari masuk ke dalam, berdiri di sisi kanan dan kiri belakangnya, tatapannya menatap tajam Stanley Yan.

“Kamu sedang mengancamku? Rico, kuingatkan padamu!” Stanley Yan sedikit memicingkan matanya, “Disini bukanlah Amerika! Sebaiknya kamu tenanglah sedikit, jika tidak aku tidak keberatan membuat perhitungan denganmu!”

“Cih! Silahkan coba saja!”

Rico Mu menatap remeh Stanley Yan kemudian menyeringai.

“Baik!” selesai Stanley Yan berucap, tanganya langsung mengunci lengan Rico Mu, memutar tangannya ke belakang tubuhnya.

“Apa yang kamu lakukan? Lepaskan Bos!”

Kedua pengawal Rico Mu tidak menyangka jika Stanley Yan berani bertindak pada Rico Mu di hadapan mereka, melihat Rico Mu yang berada dalam genggaman Stanley Yan kesakitan hingga mengeluarkan keringat dingin, wajahnya bahkan meringis, mereka berteriak marah.

“Pria bermarga Yan, sebaiknya lepaskan aku! Jika tidak jangan harap kamu bisa keluar dari sini hari ini!”

Rico Mu yang dibekukkan, namun masih tidak ingin mengalah.

“Kamu yakin?” sudut bibir Stanley Yan mengeluarkan sebuah seringaian, hampir bersamaan setelah dia selesai berucap, Marson Luo membawa orang untuk mendobrak pintu dan masuk ke dalam, mengepung mereka semua di dalam ruangan.

“Tuan, kamu tidak apa-apa?” walaupun terlihat jika tidak terjadi apapun pada Stanley Yan, namun Marson Luo tetap bertanya dengan khawatir.

Stanley Yan menggelengkan kepalanya, kemudian tersenyum menatap Rico Mu dan berucap, “Apa sekarang masih ingin menahanku disini?”

“Kamu” Rico Mu menatap Stanley Yan dengan benci tidak berani berucap apapun.

Jumlah orang dari Stanley Yan tentu saja lebih banyak dari orangnya, walaupun dia tahu dua pengawalnya sangat kuat, namun dia sendiri tidak memiliki perlawanan, jika benar-benar ingin melawan tentu saja yang dirugikan adalah dirinya.

Stanley Yan menatap remeh padanya sekilas, kemudian langsung mendorongnya. Langsung berjalan menuju pintu untuk keluar, bahkan tanpa melirik Rico Mu lagi.

Setelah Stanley Yan keluar, Marson Luo juga membawa orang-orangnya untuk keluar.

Di dalam kamar, wajah Rico Mu mengeras menatap ke arah pintu, menggertakkan giginya berucap, “Pria bermarga Yan, masalah ini belum selesai!”

“Tuan muda, apa perlu” Marson Luo menolehkan kepalanya melihat iris matanya yang terdapat sebuah tatapan dingin.

Stanley Yan menggelengkan kepalanya, menghela nafas berucap, “Bagaimanapun Yesi adalah tunangannya!”

Stanley Yan tidak ingin memperbesar masalah, bagaimanapun sekarang dia berteman dengan Yesi, jika dia benar-benar membuat perhitungan dengan Rico Mu, dia tidak tahu harus bagaimana terhadap Yesi Mo, sekarang Yan Business Group dan Liancheng Group akan menjalin kerja sama, jika dia membuat perhitungan pada Rico Mu dan membuat Wirawan Mo marah, maka usahanya beberapa hari ini sia-sia saja.

Saat Yesi Mo tersadar, sudah pukul dua subuh, melihat Rico Mu yang duduk di sisi ranjang, Yesi Mo mengusap matanya tidak mempercayai apa yang dilihatnya, “Rico, kenapa kamu ada disini?”

“Paman menyuruhku datang untuk menjemputmu pulang!” selesai Rico Mu berucap dia menatap lekat Yesi Mo kemudian menghela nafas berucap, “Untung saja aku datang, jika tidak”

“Jika tidak kenapa?” Yesi Mo menatapnya penasara, “Apa terjadi sesuatu?”

“Stanley ingin melecehkanmu. Jika aku tidak kebetulan melihatnya, aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi!”

“Tidak mungkin kan?” Yesi Mo mengerutkan alisnya, “Dia bukan orang seperti itu!”

“Yesi, apa kamu tidak mempercayaiku? Apa aku orang yang suka bicara sembarangan?” Rico Mu menipiskan bibirnya, “Jika tidak percaya, kamu bisa bertanya pada pengawalku!”

“Tidak perlu bertanya! Aku percaya padamu!”

Dibandingkan Stanley Yan. Tentu saja Yesi Mo lebih memilih mempercayai tunangannya Rico Mu.

Raut wajah Rico Mu melunak perlahan, menganggukkan kepalanya, “Apa kamu haus? Aku akan menuangkan air untukmu!”

Sambil berucap Rico Mu mengambil gelas yang berada di nakas kemudian memeriksa suhu airnya, tersenyum berucap, “Hangat, minumlah!”

“Terima kasih!” Yesi Mo meminum sejenak airnya. Saat melihat jam dia berucap dengan terkejut, “Sudah semalam ini? Rico, kamu cepatlah pergi istirahat!”

“Tidak apa-apa, aku tidak mengantuk!” Rico Mu menggelengkan kepalanya, Yesi Mo menarik lengannya berucap dengan wajah kesal, “Tapi aku mengantuk!”

“Kalau begitu kamu tidurlah. Aku akan menjagamu!”

“Kalau begitu sebaiknya aku tidak tidur!” pria dan wanita lajang berada di satu kamar yang sama, dia sedikit khawatir.

Rico Mu tersenyum mengalah, “Baiklah! Istirahatlah! Aku pergi dulu!”

Melihat Rico Mu yang pergi, Yesi Mo menghela nafas lega lalu mengunci pintu kamarnya, kembali ke atas kasur melanjutkan tidurnya.

Mendengar suara pintu yang dikunci dari belakang tubuhnya, Rico Mu menolehkan kepalanya melihat sekilas lalu menggeleng perlahan, setelahnya pergi ke kamar yang ada di samping.

Keesokan paginya, Stanley Yan datang untuk mengantarkan Yesi Mo dan timnya pergi ke bandara, saat mengetuk pintu hal pertama yang dilihatnya adalah wajah dingin Rico Mu.

“Untuk apa kamu datang!”

“Mengantar Yesi ke bandara!”

Stanley Yan menjawab dengan datar, Rico Mu mendelikkan matanya sekilas pada Stanley Yan, “Tidak perlu! Pergilah! Nanti aku yang akan mengantar Yesi!”

Stanley Yan sedikit mengerutkan alisnya berucap pada Rico Mu, “Kamu tidak berhak memutuskannya!”

“Kamu” baru saja Rico Mu ingin mengatakan sesuatu. Terdengar suara penasaran Yesi Mo dari dalam kamar, “Rico, siapa di luar?”

“Bukan siapa-siapa!” Rico Mu menjawab asal, kemudian akan menutup pintu, tiba-tiba Stanley Yan menahan pintunya dan berucap, “Yesi, ini aku Stanley!”

“Stanley? Rico, biarkan dia masuk!”

Raut wajah Rico Mu terlihat sangat tidak baik, sepertinya karena panggilan Yesi Mo pada Stanley Yan, namun dia hanya bisa mendelik pada Stanley Yan, lalu menyingkir memberi jalan.

“Kamu sudah datang!” Yesi Mo melihat Stanley Yan yang berada di depan pintu sedikit menundukkan kepalanya.

“Hmm! Apa sudah siap? Sudah waktunya, sudah harus berangkat!”

“Sudah! Tolong kamu tunggu sebentar diluar!” selesai berucap Yesi Mo berjalan menghampiri menutup pintu, Rico Mu mengerutkan alisnya bertanya pada Yesi Mo, “Yesi, untuk apa kamu menggubrisnya? Pria itu bukan orang baik, apa kamu lupa masalah kemarin!”

“Sudahlah, aku tahu! Lagipula sebentar lagi kita akan kembali ke Amerika, untuk apa mencari masalah dengan orang lain?” Yesi Mo tersenyum menenangkan Rico Mu.

Rico Mu mengangguk dengan kesal. Tidak mengatakan apapun lagi.

Stanley Yan menunggu diluar selama sepuluh menit lebih, Yesi Mo baru berjalan keluar bersama Rico Mu.

Tiba di bandara, Yesi Mo menyadari pengawal Stanley Yan juga membawa beberapa koper besar, seketika bertanya dengan bingung, “Stanley, ini kamu”

“Aku ada sedikit urusan jadi harus pergi ke Amerika!”

Stanley Yan menjelaskan dengan santai. Rico Mu yang berada di samping Yesi Mo seketika menatap ke arah Stanley Yan dengan waspada, wajahnya sedikit mendingin.

Stanley Yan langsung mengabaikan tatapannya, menolehkan kepalanya menatap ke arah pintu masuk bandara, seperti sedang menunggu seseorang.

“Yesi, ayo kita jalan!”

Novel Terkait

Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu