Unlimited Love - Bab 153 Semua Lancar (2)

Setelah mengatakan demikian, saat Yesi Mo sedang akan berjalan naik, Mason Luo di belakangnya bertanya dengan tidak yakin, "Nyonya muda, apa anda sungguh akan pergi ke sana? "

"Aku ingin melihatnya. "

"Kalau begitu aku akan menemani anda. "

"Tidak usah. Kamu segera pulang dan beristirahat. Malam ini kita masih akan menghadapi perang. Aku tidak ingin kamu tidak 100% kondisinya malam ini, nanti bisa-bisa terjadi sesuatu yang tidak diinginkan...... "

Mendengarnya, Mason Luo tidak membantah lagi, dia hanya mengangguk, dan dengan pandangannya mengantar Yesi Mo naik ke lantai atas. Dalam hati dia sudah membuat sebuah keputusan bulat, dia tidak akan pulang, hari ini sepanjang hari dia akan terus mengikuti Yesi Mo untuk menjamin keamanannya.

Selesai memoles diri secara sederhana dan makan, Yesi Mo menggunakan mobil yang umum keluar. Dia tidak membawa siapa-siapa kecuali seorang sopir pocokan.

Begitu keluar dari rumah, Mason Luo menguntitnya.

Ketika Yesi Mo sampai di dekat kediaman keluarga Luo, Stanley Yan baru sampai di sana untuk menjemput mempelai wanita.

Walaupun jaraknya cukup jauh, dan segala sesuatunya tidak dapat terlihat dengan jelas, tapi suara yang berkumandang dari dalam kediaman keluarga Luo masih dapat terdengar sayup-sayup olehnya.

Hari ini, rumah keluarga Luo dihias dengan sangat meriah, dengan lampu-lampu warna-warni, dapat terlihat dengan jelas dari luar, pemandangan itu sangatlah menawan, saking megahnya, sampai terlihat sedikit mengintimidasi.

Yesi Mo duduk dalam diam di jok belakang mobil, dia menggigit bibirnya sambil memandangi rumah keluarga Luo dari kejauhan, entah apa yang sedang terlintas di benaknya.

Setengah jam kemudian, bersamaan dengan sebuah limousine keluar dari rumah keluarga Luo, sebuah mobil dengan stiker merah bertuliskan "Happiness" ikut sertanya. Di antaranya, Maxim Luo maju ke depan mempersiapkan sebuah pernikahan yang meriah untuk Stanley Yan dan Vivian Luo.

Saat mobil itu lewat di dekat mobil yang ditumpangi Yesi Mo, dia akhirnya bisa melihat Stanley Yan, Stanley Yan yang wajahnya datar tanpa ekspresi. Hati Yesi Mo sakit, dia tahu dengan jelas, Stanley Yan tidak menginginkan ini semua ini, dia mengerti dengan jelas, suasana hati Stanley Yan saat ini tentu sedang tidak baik.

Siapa juga yang pernah melihat raut wajah dingin mempelai pria di hari pernikahannya?

Vivian Luo yang duduk di sebelah Stanley Yan sebaliknya terlihat sangat bahagia, senyumnya mengembang dari bibirnya. Di waktu mobil limousine yang mereka tumpangi berpapasan dengan mobil Yesi Mo, sekejap, Stanley Yan seakan merasakan sesuatu, dia menoleh dengan cepat ke arah mobil itu.

Dari dalam matanya dapat terpancar suatu sorotan yang berkecamuk.

Vivian Luo yang merasa Stanley Yan menoleh, ingin mencari tahu sebenarnya apa yang sedang dia lihat.

Kemudian dilihatnya Stanley Yan menggumamkan sesuatu, tidak tahu apa, yang membuat perhatian Vivian Luo tersita seluruhnya.

Saat dia menoleh, dia melihat sebuah mobil biasa dengan lampu sein menyala yang terparkir di pinggir jalan

Vivian Luo kemudian menatap Stanley Yan yang baru saja kembali dari lamunannya, yang duduk di dalam mobil itu tentulah Yesi Mo. Tapi dia tidak terlalu peduli, malahan dari sudut bibirnya timbul senyum kemenangan.

“Nyonya muda, selanjutnya ke mana kita akan pergi? “Pengawal yang juga bertugas sebagai sopir itu melihat iring-iringan mobil berangkat, bertanya dengan lembut.

“Ikuti mereka. “

Sepanjang hari itu Yesi Mo mengikuti Stanley Yan dan Vivian Luo dari kejauhan.

Melihat iring-iringan pengantin diarak di jalan utama kota R dengan meriah, menyaksikan belahan jiwanya duduk Bersama seorang wanita lain di dalam mobil pengantin, menyaksikan mereka masuk ke dalam kamar pengantin, melihat mereka bersama dengan sanak saudara keluarga besar Luo berpesta.

Acara makan-makan siang itu, selain kerabat dekat keluarga Luo, tidak ada orang luar yang ikut.

Dari awal hingga akhir, pandangan Yesi Mo sama sekali tidak meninggalkan vila berwarna putih di kejauhan itu.

Mengikuti mereka sepanjang hari, Yesi Mo tidak mendapatkan satu kali kesempatan pun untuk mendekati Stanley Yan, apalagi kesempatan untuk membawa lari Stanley Yan tanpa sepengetahuan Vivian Luo.

Mendekati acara resepsi malam itu, Stanley Yan dan Vivian Luo sudah berada di hotel untuk bersiap-siap acara malam itu. Kali ini Yesi Mo baru menyuruh sopirnya untuk mengantarkannya pulang ke rumah keluarga Yan.

Setelah mandi dengan cepat, mengenakan gaun berwarna biru yang paling disukai Stanley Yan, merapikan rambutnya, dan mengenakan perhiasan yang cocok, Yesi Mo turun ke lantai dasar.

Mason Luo sudah bersiap di ruang tamu menunggu. Melihat Yesi Mo berjalan turun dan tersenyum padanya, dia mengangguk kecil.

“Nyonya muda, apa kita akan berangkat sekarang? Waktunya sudah hampir tiba. “

“Hmph. “Yesi Mo mengangguk, dia tertegun menatap mata Mason Luo, “Siang ini kamu tidak tidur? “

“Tidur. “

“Kalau begitu, mengapa matamu merah? “Yesi Mo menyeritkan dahinya. Mason Luo tertawa, “Mungkin karena posisi tidurku tidak benar. Oh iya, nyonya muda, apa anda sungguh akan pergi? “

“Kenapa? Kamu tidak ingin aku pergi? “

Mason Luo langsung mengangguk, “Aku rasa lebih baik anda tidak perlu muncul di acara itu untuk menghindari Vivian Luo merasa lebih waspada. “

“Apa dengan aku tidak pergi, dia juga tidak akan was-was? “Yesi Mo balik bertanya. Mason Luo terdiam.

Dia paham, tidak peduli dengan kehadiran Yesi Mo di acara resepsi malam ini, petugas keamanan hotel juga tidak akan mengendurkan keamanan mereka.

Tapi dia masih tidak menginginkan Yesi Mo untuk tidak dating, dia tidak ingin melihat Yesi Mo terlihat canggung dalam acara itu, dia tidak ingin Yesi Mo berada dalam bahaya.

Resepsi pernikahan, Yesi Mo akhirnya datang, dan juga dengan kepala yang diangkat tinggi.

Keluarga Luo mengatur Yesi Mo supaya duduk di meja yang berdekatan dengan meja utama, dapat terlihat Maxim Luo masih sangat menghormatinya, apalagi perusahaan mereka berdua sekarang sudah menjalin hubungan kerja yang sangat erat.

Melihat pengaturan tempat duduk seperti itu, intuisi Yesi Mo berkata Maxim Luo masih belum mengetahui identitas asli Stanley Yan, kalau tidak mana mungkin dia berbuat demikian?

Tentu ada kemungkinan yang lain, Vivian Luo sengaja mengaturnya untuk duduk di tempat paling dekat dengan panggung, dengan tujuan untuk menyombongkan kemegahan acara resepsi pernikahannya.

Sebelum acara dimulai, Maxim Luo berjalanmenghampiri satu per satu tamunya — bertegur sapa.

Yang bisa duduk di dekat meja utama, semuanya merupakan rekan bisnis keluarga Luo, rekan bisnis yang punya hubungan erat, semua orang yang dihormati Maxim Luo.

Perlu diketahui, bahkan kerabat terdekat keluarga Luo pun tidak mendapat perlakuan seperti itu.

Tepat sebelum acara dimulai, seseorang yang membuat Yesi Mo terkejut, datang dengan kasual. Melihait Andrew Ling yang duduk di atas kursi rodanya didorong masuk, Yesi Mo tanpa sadar menyeritkan dahinya.

Operasi Sonson baru selesai beberapa hari yang lalu, bukankah seharusnya di waktu-waktu ini Andrew Ling berada di Amerika membantu Jennie Bai mengurus Sonson? Bagaimana dia bisa datang ke sini untuk menghadiri sebuah pernikahan yang sama sekali tidak ada hubungan dengannya?

Kehadiran Andrew Ling di situ tidak hanya mengejutkan Yesi Mo, bahkan Maxim Luo selaku penyelenggara acara pun juga terkejut bukan main.

Dia dulu pernah menggunakan segala macam cara untuk mengundang Andrew Ling, tapi dia tidak berhasil menghubunginya, selalu ditolak oleh bawahan dia.

Andrew Ling sekarang adalah kepala manajer Perusahaan Mu, sebuah perusahaan multinasional. Kalau dibandingkan dengan Perusahaan Mu, keluarga Luo tidak lebih dari seekor semut, bagi mereka untuk menghadiri acara seperti ini adalah sesuatu yang memalukan.

Namun Andrew Ling di detik-detik menjelang acara dimulai, datang tanpa diundang. Memikirkan adanya kemungkinan melalui pernikahan Stanley Yan dan Vivian Luo ini, perusahaannya bisa menggandeng Perusahaan Mu, wajah Maxim Luo memerah kegirangan.

Tanpa sadar dia bangkit berdiri dan berlari kecil menghampiri Andrew Ling, kemudian dari kejauhan dia sudah menjulurkan tangannya dengan ramah untuk berjabat tangan dengan Andrew Ling.

Dibandingkan dengan keramahan Maxim Luo, Andrew Ling terlihat jauh lebih tenang, dia bahkan tidak menjulurkan tangannya, dia hanya mengangguk dengan penuh hormat padanya, lalu berkata, "Aku belum terlambat bukan? "

Setelah bertegur sapa dengan singkat, Andrew Ling kemudian tidak membuka mulutnya lagi, dia dihadapan kehadiran demikian banyak orang tidak memberi muka pada Maxim Luo, namun Maxim Luo sedikitpun tidak terlihat kecewa, dia malah mengira itu memang sudah seharusnya.

Saat dia dengan ramah mengajak Andrew Ling duduk di meja utama, Andrew Ling berkata dengan sangat datar, "Di sini baik, aku akan duduk di sini. "

Meja itu dari awal sudah penuh, tidak ada tempat kosong, Maxim Luo sedikit putus asa, dan di saat yang bersamaan juga merasa kesulitan. Untuk menyuruh seseorang dari meja itu pindah ke meja lain tidak akan terlihat baik. Di waktu dia tidak tahu harus berbuat apa, semua orang yang duduk di situ, kecuali Yesi Mo bangkit berdiri, dan dengan berebut untuk memberikan tempat duduknya pada Andrew Ling.

Melihat pemandangan itu, Yesi Mo memonyongkan bibirnya sambil berkata dalam hati: Masyarakat jaman sekarang sungguh realita. Status sosial Andrew Ling dan kedudukannya, membuat orang-orang yang biasanya enggan menatap ke bawah, tanpa malu bertekuk lutut.

Novel Terkait

Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu