Unlimited Love - Bab 114 Siapa yang Mengancam Siapa? (1)

Di dalam ruang rawat Wirawan Mo dan Levy Song. Dua orang itu baru saja mendapat kabar, Stanley Yan sudah berhasil membawa Yesi Mo dan Didi ke tempat aman, rasa khawatir di dalam hati mereka baru perlahan sirna.

Di sisi lain, seorang oengawal Rico Mu yang berada di dekat villa juga memberi kabar, Levy Song melambaikan tangannya untuk mengundangnya, yang kemudian dengan berat hati membuka pintu, lalu masuk.

Melihat raut wajahnya yang tidak beres, Wirawan Mo bertanya dengan bingung, "Levy, ada apa? "

"Rico Mu melapor polisi, sekarang polisi sudah dalam perjalanan, dan sedang melakukan penyisiran. Wir, apa menurutmu Stanley, mereka bisa kabur? "Levy Song bertanya pada Wirawan Mo dengan cemas.

"Pasti, bukankah semua sudah direncanakan dengan baik? "Wirawan Mo tersenyum, sambil menepuk tangan Levy Song, dia berkata, "Baiklah, jangan khawatir, tidak akan ada apa-apa. "

"Aku tidak mengkhawatirkan Sisi dan Didi, aku khawatir dengan Stanley. Kalau sampai polisi tahu dialah yang membantu mereka kabur... "

Wirawan Mo tersenyum sambil menepuk-nepuk tangan Levy Song, "Tahu juga tidak ada gunanya, mereka juga tidak akan bisa bertindak apa-apa pada Stanley Yan. "

Senyum WIrawan Mo yang penuh dengan percaya diri memberi pengaruh positif pada Levy Song. Dia mengingat semua yang sudah direncanakan Stanley Yan dan Wirawan Mo, membuat sebuah senyum perlahan tersembul keluar di wajahnya.

Di pinggir kota Washington, di seberang jalan di antah berantah, berhentilah sebuah mobil Volkswagen minivan yang terlihat biasa. Yesi Mo yang menggendong Didi di dalam pelukannya, berdiri di luar mobil, bertanya pada Stanley Yan, "Stanley, apa kamu sungguh tidak akan ikut dengan kita? "

"Aku masih ada urusan yang perlu aku selesaikan, sementara ini aku belum bisa ikut. "Stanley Yan menarik tangan Yesi Mo dan tersenyum sambil menjawab.

"Tapi Rico Mu... "

"Tenang saja, dia tidak akan berbuat apa-apa padaku. "Stanley Yan melepaskan genggaman tangannya, lalu mengurai senyum padanya, "Sudah waktunya, kalian segeralah pergi, aku akan segera menyusul. "

"Kamu harus pulang dengan selamat. "

Walaupun Yesi Mo tidak tahu apa yang akan Stanley Yan lakukan di situ, tapi dia mengangguk tidak membantah.

Minivan itu perlahan berjalan menjauh, sampai sedikit pun tidak terlihat lagi. Stanley Yan baru menarik kembali pandangan matanya, dan menengok ke minivan yang berada di belakangnya dengan muka tanpa ekspresi.

Setengah jam lebih kemudian, Stanley Yan yang sudah mengenakan seragam kurir, muncul di depan pintu kantor CEO Liancheng Group. Dia mengetuk. Sampai dari dalam terdengar suara jawaban, dia baru mendorong pintu itu terbuka dan masuk.

"Apa semua berjalan dengan lancar? "Robin Xiao yang sedang duduk di atas kursi kantornya, sedang menulis sesuatu perlahan mendongak dan bertanya padanya.

"Dari yang dapat dilihat di depan mata, semua berjalan dengan lancar."

Setelah berkata demikian, Stanley Yan berjalan ke pintu kecil di sebelahnya, membukanya dan berjalan masuk. Beberapa menit kemudian, Stanley Yan yang sudah mengenakan setelan jas formal, berjalan keluar, diikuti oleh seorang kurir laki-laki.

"Kamu sudah boleh pergi. "Stanley Yan berkata pada kurir itu. Kurir itu lantas mengangguk dan menggendong tas punggungnya, lalu berjalan keluar.

"Kamu masih butuh apa? "Robin Xiao yang sedang duduk di belakang meja kantornya menyeritkan dahinya sambil bertanya pada Stanley Yan.

"Toh aku sekarang juga sedang tidak ada kerjaan, bagaimana kalau kita bahas mengenai kerjasama kita berdua? "

"Aku sangat sibuk, kapan-kapan saja. "Robin Xiao menolaknya tanpa sungkan, Stanley Yan juga tidak marah, dia mengangguk, lalu perlahan bangkit berdiri, "Lain waktu aku akan datang mencarimu. "

Melihat Stanley Yan sudah berjalan sampai ke mulut pintu, Robin Xiao tiba-tiba memanggilnya.

"Ada apa? "

"Sampaikan terima kasihku padanya. "Tanpa diragukan lagi, dia yang dimaksudkan oleh Robin Xiao adalah Yesi Mo. Stanley Yan menyeritkan dahinya, dia tersenyum sambil menggeleng, "Masalah ini tidak perlu aku yang menyampaikan, kamu sendiri bisa langsung menghubunginya lewat telepon. "

"Kamu tidak keberatan? "Robin Xiao bertanya dengan bingung pada Stanley Yan.

"Aku keberatan, kalian pernah punya sejarah bersama, tapi apa yang bisa aku lakukan? Aku merasa tenang dengannya, dia bukan wanita yang seperti itu. "Stanley Yan tersenyum dengan percaya diri.

"Beberapa tahun ini, kamu banyak berubah, berubah sampai aku sendiri tidak berani mempercayainya. "Ekspresi di wajah Robin Xiao sangat rumit. Akhirnya dia berkata demikian.

Stanley Yan tertawa tanpa memberi komentar, "Bukankah semua orang bisa berubah? Baiklah, aku pergi, sibuklah. "

Setelah meninggalkan kantor Robin Xiao, Mason Luo sepanjang perjalanan seakan ada yang ingin dia katakan, tapi dia tidak berani mengatakannya. Dia terlihat tersiksa.

Setibanya di tempat parkir, Stanley Yan tidak sanggup lagi melihatnya, dia menyeritkan dahinya dan berkata, "Katakan apa yang ingin kamu katakan, bukankah membungkam diri sangat menyiksa? "

"Tuan muda, kalau begitu akan aku katakan. Tapi anda jangan marah." Mason Luo menatap wajah Stanley Yan yang tidak menunjukan perubahan sama sekali denga hati-hati. Dia lalu membuka mulutnya perlahan, "Aku rasa, perasaan Robin Xiao terhadap Nyonya muda belum sepenuhnya hilang. Sebaiknya anda waspada dengannya. "

"Waspada dengannya? "Stanley Yan mendadak tertawa kemudian membuka pintu mobil dan melangkah masuk. Saat dilihatnya Mason Luo masih berdiri di luar, dia berkata, "Itu tidak perlu, dia sudah menyerah 3 tahun yang lalu. "

Setelah meninggalkan kantor pusat Liancheng Group, yang pertama Stanley Yan lakukan adalah bergegas menuju ke rumah sakit. Pintu lift baru saja terbuka, yang Stanley Yan lihat pertama kali di hadapannya adalah beberapa orang polisi sedang berjaga di depan kamar rawat Wirawan Mo, dia tahu mereka sedang mencarinya.

"Tuan Yan, tolong ikut kami sebentar. Kamu mencurigai kamu ada hubungannya dengan sebuah kasus penyerangan. "

Begitu melihat Stanley Yan, beberapa orang polisi langsung datang menghampirinya, salah seorang polisi berkulit hitam, yang berpangkat kapten, berkata demikian pada Stanley Yan.

"Baiklah, tapi sebelum kita pergi, bolehkah aku bertemu sejenak dengan Presedir Mo? "Stanley Yan bertanya dengan tenang.

"Ini... "Kapten polisi berkulit hitam itu ragu sejenak.

"Tidak akan lama, aku hanya perlu mengatakan sepatah dua patah kata padanya. Kalau kalian tidak merasa tenang, kalian boleh mengawasiku. "

Melihat kerja sama yang ditunjukan oleh Stanley Yan, kapten polisi berkulit hitam itu mengangguk, lalu membukakan pintu ruang rawat inap Wirawan Mo untuk Stanley Yan.

"Presedir Yan, apa kamu sudah melakukan sebuah tindakan kriminal? Kenapa polisi bisa di sini mencarimu? "

Melihat Stanley Yan masuk, Wirawan Mo langsung berpura-pura bertanya dengan kaget.

"Ini hanya sebuah kesalahpahaman kecil, setelah jelaskan, semua akan baik-baik saja. Maaf, Presedir Mo, sebenarnya aku datang ke sini berencana untuk berbincang padamu mengenai kerjasama perusahaan kita, melihat kondisi seperti ini, sepertinya semua akan batal. Jagalah kesehatanmu baik-baik, nanti setelah aku selesai menjelaskan kesalahpahaman ini pada polisi, aku akan datang lagi untuk menjengukmu. "

Selesai mengatakan itu, Stanley Yan menoleh ke kapten polisi berkulit hitam dan berkata, "Kapten, kita bisa pergi sekarang. "

Setelah Stanley Yan pergi, Wirawan Mo tiba-tiba mendapati Mason Luo tidak mengikutinya, dia pun bertanya dengan bingung, "Mason Luo, kenapa kamu tidak ikut dengannya? "

"Tuan muda menginginkanku menyampaikan satu kalimat untuk anda."Mason Luo berkata dengan muka serius.

Wirawan Mo mengangguk, memberi sinyal kepada Levy Song untuk menutup pintu, setelah terdengar suara pintu ditutup, Mason Luo baru mulai membuka mulut.

"Tuan muda berkata, tampaknya Rico Mu sudah tahu mengenai identitas Bella Lan, supaya anda bisa mempersiapkan hati. Berhati-hati dalam bertutur kata, sebaiknya anda bersembunyi di kota R terlebih dahulu, untuk menghindari kemarahannya. "

"Aku tahu. "Wirawan Mo mengangguk, wajahnya tanpa ekspresi, dia kemudian memberi isyarat, Mason Luo sudah boleh pergi.

Novel Terkait

A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu