Unlimited Love - Bab 128 Kebaikan yang Tak Terlupakan (1)

"Katty Yun. "

Yesi Mo secara tidak sadar meneriakan namanya. Hanya saja wanita yang memunggunginya itu tidak menanggapinya, dan terus berjalan keluar.

"Kamu baru saja meneriakan nama Katty Yun? Di mana dia? "

Sara Xue bertanya pada Yesi Mo dengan bingung, Yesi Mo menunjuk ke arah pintu kafe dan berkata, "Dia baru saja berjalan keluar. "

"Kamu yakin itu sungguh Katty Yun? Mungkin kamu salah mengenali orang? "Sara Xue menoleh ke arah yang ditunjuk Yesi Mo, dan dia tidak melihat siapa pun di sana. Dia hanya melihat pintu kafe yang mengayun tertutup.

"Aku mengenali bayangannya. "Yesi Mo berkata dengan mantap, Sara Xue menggeleng, "Pasti kamu salah melihat orang, kalau itu sungguh adalah Katty Yun, mana mungkin dia tidak menoleh waktu kamu panggil? "

"Dia pasti adalah Katty Yun, aku yakin. Kamu sendiri tahu aku sudah mengenalnya berapa lama, bayangannya aku pasti mengenalinya. "

"Mungkin hanya orang dengan bayangan yang mirip. "

"Mungkin saja. "

Sara Xue tidak mempercayainya, Yesi Mo juga tidak berdebat lebih panjang lagi dengannya, baginya ini tidak berarti.

Hari sudah mulai gelap saat Yesi Mo sampai di rumah setelah menjemput Didi. Dia lantas pergi ke ruang makan untuk memeriksa apakah para pembantu di rumah sudah menyiapkan makan malam. Ketika dia baru berjalan keluar dari dapur, Stanley Yan berjalan masuk dari pintu utama.

Didi dengan girang menyambut kedatangannya dengan berlari dan memanggilnya, lalu langsung melompat ke dalam pelukannya dan tidak mau turun.

Stanley Yan memeluk Didi dengan manja, dan menciuminya beberapa kali, membuat Didi tidak henti-hentinya menyeka wajahnya. Dia terus berkata pada Stanley Yan air liurnya membasahi wajahnya. Kotor.

Stanley Yan dibuat tertawa lepas olehnya. Yesi Mo menyaksikan pemandangan hangat itu, wajahnya dipenuhi senyum kebahagiaan.

"Sudah pulang? "

Stanley Yan berjalan mendekatinya, dan tersenyum sambil mengangguk. Dia kemudain memenjamkan matanya dan menarik nafas panjang, "Apa yang sudah kamu masak, kenapa aromanya begitu harum? "

Yesi Mo dengan sangat terlatih mendeklarasikan menu masakan malam itu pada Stanley Yan. Stanley Yan tersenyum dan bertanya padanya dengan penasaran, "Kenapa banyak sekali? Hari ini ada kabar baik apa? "

"Ada, aku hari ini bertemu Katty Yun, bukankah ini adalah berita bagus? "Yesi Mo tersenyum menjawab Stanley Yan, dan dengan cermat mengamati gerak-geriknya, melihat wajahnya yang datar, matanya tetap tenang, tapi dalam hati dia menggerutu.

"Kenapa ini merupakan kabar baik? "Stanley Yan menurunkan Didi, dan memukul pantatnya dengan pelan, menyuruhnya pergi bermain, lalu menatap Yesi Mo dengan bingung.

"Ini tidak termasuk kabar baik? Apa kamu sudah lupa, Katty Yun adalah ibu Tony, aku ingin menyuruhnya dan Robin Xiao untuk menikah lagi. Dengan demikian Tony bukan lagi anak piatu, ini adalah kabar baik untuknya. "

"Apa kamu masih ingat apa yang menyebabkan Katty Yun pergi meninggalkan Robin Xiao? "Stanley Yan bertanya dengan bingung.

"Tentu ingat, bukankah kamu...... "Yesi Mo tidak berani melanjutkan kalimatnya, dia khawatir, dengan mengatakannya akan membuat Stanely Yan malu.

"Aku sudah membuat Xiao Business Group jatuh, membelinya, dan membuat Robin Xiao kehilangan semuanya, membuatnya menjadi miskin. Mengingat ini semua, kamu tentu ingat alasan Katty Yun meninggalkan Robin Xiao dan Tony semata-mata hanya karena Robin Xiao jatuh miskin, dan tidak bisa memberinya hidup yang dia inginkan. Dia tidak bisa hidup susah. Sekarang Robin Xiao sudah kaya, menurutmu Katty Yun masih punya muka untuk mencari Robin Xiao lagi?"

Setelah berkata demikian, tanpa menunggu bantahan dari Yesi Mo, Stanley Yan meneruskan, "Berbicara masa depan, semisal Katty Yun menebalkan mukanya dan pergi mencari Robin Xiao, menurutmu apa Robin Xiao sungguh akan menganggap yang lalu biarlah berlalu dan mulai menerimanya lagi? "

Stanley Yan mengatakan semua itu membuat Yesi Mo tidak paham, tapi dalam hati dia masih menyimpan khayalan itu.

"Toh Tony adalah anak mereka, demi Tony, aku rasa Robin Xiao juga akan memberi Katty Yun satu kesempatan lagi. "

"Tidak. Kamu salah. Robin Xiao tidak akan memberi Katty Yun kesempatan lagi. Bagi Robin Xiao, semua yang diperbuat oleh Katty Yun padanya itu adalah sebuah pengkhianatan, sebuah pengkhianatan yang terang-terangan. Robin Xiao tidak akan berani menanggungnya lagi, kalau semua itu terulang kembali. Semisal tidak akan terulang lagi pun, dia juga tidak akan mempercayai ketulusan hati Katty Yun untuk Tony. "

"Katty Yun adalah ibu kandung Tony, kenapa dia tidak bisa baik terhadapnya? "

Yesi Mo menatap Stanley Yan dengan tajam dan membantahnya. Stanley Yan akhirnya tersenyum tak berdaya, "Sayang, kamu ini terlalu polos. Saat Robin Xiao sedang mengalami keterpurukannya, saat Tony sungguh memerlukan ibunya, dia tega meninggalkan Robin Xiao, meninggalkan Tony, apa kamu masih merasa di hatinya ada Tony? "

"Ta-tapi...tapi,... "

Yesi Mo dibuat bantahan Stanley Yan itu bungkam, dia berpikir keras untuk mendebatnya, tapi Stanley Yan sudah berjalan mendekatinya dan meraih tangannya, lalu tersenyum dan berkata, "Baiklah, aku tahu kamu tidak tega dengan Tony, tapi masalah ini sudah diluar tangan kita, dan kita juga tidak berhak mencacat cara pikir Robin Xiao. Lebih baik kita mengurus hidup kita sendiri. "

Yesi Mo tidak tahu harus mengatakan apa lagi, dia dalam hati diam-diam memutuskan, dia akan mencari waktu luang untuk mencari Robin Xiao dan berbincang dengannya. Bagaimanapun juga dia ingin Robin Xiao menikah dengan Katty Yun lagi, walaupun hanya demi Tony.

Selesai makan malam, Yesi Mo menidurkan Didi. Saat kembali ke kamarnya, Stanley Yan belum pulang. Setelah mandi dan mengeringkan rambutnya, waktu sudah menunjukan pukul 12 malam, maka dia bangkit berdiri dan bergegas menuju ke ruang baca Stanley Yan. Melihatnya datang, Stanley Yan mengalihkan pandangannya dari dokumen-dokumen di depannya kepadanya, dan bertanya dengan bingung kenapa dia datang ke situ.

Yesi Mo tersenyum lalu berkata, "Sudah malam, aku belum melihatmu pulang ke kamar, hatiku sedikit tidak tenang, maka aku bergegas kemari untuk melihatmu. Apa kamu masih belum selesai? "

Sambil berkata demikian, Yesi Mo perlahan berjalan mendekati Stanley Yan untuk melihat dokumen di hadapannya. Stanley Yan tidak ingin membuatnya terkejut, maka dia juga dengan perlahan memasukan dokumen-dokumen itu ke dalam laci mejanya.

"Sudah hampir selesai. Ayo, kita beristirahat. "

Stanley Yan bangkit berdiri, dan menarik Yesi Mo berjalan bersamanya keluar, tanpa memberikannya sedikit kesempatan pun untuk mencari-cari. Sebelum melangkah keluar, dia bahkan dengan sengaja mengunci ruang bacanya dua kali.

Yesi Mo bertanya dengan bingung, "Kenapa kamu mengunci pintu? "

"Di dalam ada banyak dokumen penting, rahasia perusahaan, dengan begini akan lebih aman. "

Stanley Yan menjawab dengan datar, tapi Yesi Mo mulai merasa ada sesuatu yang dia sembunyikan.

Sesampainya di kamar, Yesi Mo menyuruh Stanley Yan untuk mandi. Dia belum tidur sampai Stanley Yan selesai mandi, dia masih duduk di atas tempat tidur dengan malas sambil membaca majalah.

"Kenapa kamu belum juga tidur? Sedang menungguku? "Stanley Yan berjalan mendekatinya dan duduk di sampingnya lalu tersenyum.

Yesi Mo mengangguk sambil meletakan majalah di tangannya, dia menoleh dan bertanya dengan hati-hati pada Stanley Yan, "Aku dengar dari Mason Luo, katanya perusahaan sedang dalam masalah besar? "

Stanley Yan mengangguk dan tersenyum, "Sedikit masalah. "

"Sungguh hanya masalah kecil? "Yesi Mo mengangkat alisnya.

"Kalau bukan masalah kecil lantas apa? Anak bodoh, jangan khawatir, segeralah tidur. "Stanley Yan tertawa sambil membelai rambut Yesi Mo, lalu berbaring memunggunginya dan memejamkan matanya.

"Stanley, semalam kamu makan dengan siapa? Kenapa bisa sampai semabuk itu? "

"Seorang teman. "Stanley Yan menjawab tanpa menoleh.

"Lelaki atau perempuan? "

"Lelaki pastinya, sekarang setelah aku berkeluarga, mana mungkin aku sembarangan minum-minum seperti itu bersama wanita? "Stanley Yan berbalik dan tersenyum menatap Yesi Mo, dia kemudian membelai tangannya dan berkata, "Di dunia ini wanita seperti apa yang bisa menandingi istriku ini? "

"Semalam tidak ada wanita yang ikut? "Yesi Mo masih tidak bisa percaya.

"Pelayan restorannya terhitung tidak? "

"Tentu tidak terhitung. "

"Tidak ada kalau begitu. Baiklah, sudah malam, aku sudah harus tidur. Selamat malam. "

Melihat Stanley Yan membalikan badannya, Yesi Mo mengawasinya cukup lama, dia berbaring sambil menyudutkan bibirnya.

Dia tahu dengan jelas, Stanley Yan sedang berbohong padanya, tapi dia masih bisa menahan diri.

Dia tahu semalam pasti ada wanita yang ikut bersamanya, dan lagi wanita itu tanpa diragukan lagi adalah Katty Yun. Tapi Yesi Mo tidak ingin jatuh, dia tidak sudi kalah.

Dia percaya Stanley Yan tidak mungkin berbohong padanya, terutama setelah mengetahui wanita yang semalam adalah Katty Yun, dia semakin mempercayai Stanley Yan.

Tengah malam, Yesi Mo terbangun sekali. Dia tidak melihat Stanley Yan berada di sebelahnya, dicarinya di dalam kamar, dia tidak juga melihatnya. Setelah dia berjalan keluar, dia menemukan pintu ruang baca di sebelah menganga kecil dan dari dalam terpancar secercah cahaya lampu. Tanpa berpikir, Yesi Mo juga tahu Stanley Yan pasti berada di dalam situ.

Dia pun dengan pelan mengetuk pintu. Stanley Yan yang membukakan pintu bertanya padanya dengan bingung, "Kenapa kamu belum juga tidur? "

"Aku terbangun dan tidak menemukanmu di sebelahku, aku khawatir." Setelah berkata demikian, Yesi Mo berjinjit dan menengok ke dalam ruang baca, lalu bertanya, "Malam-malam begitu kamu bukannya tidur malah pergi ke sini? "

"Masih ada dokumen yang belum selesai aku kerjakan, ayo, aku akan menemanimu tidur, nanti setelah kamu tertidur, aku akan kemari lagi. "

Stanley Yan menarik tangan Yesi Mo dengan lembut sambil tersenyum, Yesi Mo menggeleng pelan, "Tidak usah, kamu sibuklah. Nanti setelah selesai, ingat istirahat segera. "

Selesai berkata demikian Yesi Mo menarik tangannya dan tersenyum pada Stanley Yan.

"Kamu sungguh tidak perlu aku temani? "

Stanley Yan merasa tidak begitu tenang, beberapa waktu ini Yesi Mo setiap malam tidak bisa tidur nyenyak, tanpa ditemaninya, dia tidak akan bisa tidur, dia tidak ingin Yesi Mo insomnia.

"Aku bukan Didi, dan lagi Didi pun tidak perlu ditemani, maka aku lebih tidak perlu ditemani. Bailah, aku pergi dulu. "

Stanley Yan terus mengamati Yesi Mo berjalan masuk ke dalam kamar, setelah dia menutup pintu, barulah Stanley Yan fokus lagi dengan pekerjaannya, melihat pekerjaannya yang masih setumpuk itu, dia menyeritkan dahinya.

Kegelapan malam sudah menelan semuanya, cahaya dari lampu ruang bacalah yang tersisa, terus bersinar terang sampai terangnya sang fajar mulai muncul di langit timur, Stanley Yan baru kembali ke kamarnya.

Novel Terkait

That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu