Unlimited Love - Bab 146 Stanley Miliknya (1)

Maxim Luo dibangunkan oleh Vivian Luo saat tengah malam, sehingga suasana hatinya menjadi buruk.

Ketika ia mendengar niat Vivian Luo, ia hanya mengucapkan sebuah kalimat, “Kalau pria itu tidak bisa menahan godaan semacam ini, maka artinya ia tidak memiliki kualifikasi untuk menjadi menantuku, aku juga tidak mungkin tenang menyerahkanmu padanya.”

Ia bersikap sangat protektif terhadap Vivian Luo. Apapun yang dikatakan oleh Vivian Luo, ia tetap tidak sudi mengijinkan Stanley Yan untuk tinggal kembali di rumah keluarga Luo.

Vivian Luo menghentakkan kakinya dengan kesal, namun dirinya sama sekali tidak akan bisa mengubah keputusan Maxim Luo.

Pagi itu, Yesi Mo baru bangun saat jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Ini merupakan pertama kalinya ia bangun begitu siang selama setengah tahun terakhir. Untung saja hari ini adalah hari Sabtu sehingga tidak ada akibat apapun yang ditimbulkan karena hari ini ia tidak perlu berangkat kerja.

Setelah mandi dan berganti pakaian, Yesi Mo pun membuka pintunya dan berjalan keluar. Ia hendak menuju ruang makan di bawah untuk sarapan.

Ia belum sempat melangkah jauh ketika sudah terdengar suara Jennie Bai dan Felix Lu dari lantai bawah, sepertinya kedua orang itu juga baru saja bangun.

Suara yang sangat mirip dengan Stanley Yan itu pun menerpa telinga Yesi Mo. Untuk sesaat, ia seolah kembali ke masa dimana Stanley Yan belum menghilang. Masa terbaik dan paling bahagia dalam hidupnya.

Yesi Mo berdiri dalam diam di depan pintu kamarnya, telinganya mendengar lekat pembicaraan mereka. Lebih tepatnya, ia mendengarkan suara Stanley Yan. Kakinya sama sekali tidak melangkah lebih jauh ke lantai bawah.

Entah sudah berapa lama waktu berlalu, namun suara ponsel yang tiba-tiba berdering pun memecah suasana hening itu.

“Kamu bilang kita berdua akan bersama untuk selamanya,

Kalau begitu kenapa kamu meninggalkanku lagi,

Apakah kamu tahu isi hatiku,

Dari awal sudah ada dirimu dalam hatiku,

Apa kamu masih tidak ingat masa lalu,

Masa dimana aku begitu mencintaimu...”

ini adalah lagu favorit Yesi Mo dan juga merupakan nada dering ponselnya sekarang.

Ia menaruh harapannya pada lagu ini: bisa menemukan Stanley Yan, bisa bersama dengannya untuk selamanya dan tidak akan pernah terpisah lagi.

Mendengar nada dering yang tidak asing ini, Yesi Mo mengira itu berasal dari ponselnya. Ketika ia menundukkan kepala, ia baru menyadari bahwa ia tidak membawa ponselnya. Nada dering itu berasal dari lantai bawah.

“Halo, ada apa?”

“Baiklah, tunggu aku. Aku akan segera sampai.”

Ketika Yesi Mo sampai di lantai bawah, Stanley Yan baru saja mengucapkan salam perpisahan pada Jennie Bai dan bersiap untuk keluar pintu. Ketika melihat Yesi Mo, ia menghentikan langkahnya dan mengangguk, “Presdir Mo, selamat pagi.”

“Pagi. Kenapa keluar pagi-pagi begini?”

“Tunanganku mencariku.” jelas Stanley Yan singkat. Yesi Mo mengangguk dan tersenyum, “Kalau begitu, cepat pergi. Hati-hati di jalan.”

“Baik.”

Stanley Yan mengangguk dan berjalan keluar. Ia baru saja sampai di mulut pintu ketika Yesi Mo memintanya berhenti.

“Presdir Mo, ada apa?”

“Apakah aku perlu menyuruh orang untuk mengantarmu?” Yesi Mo bertanya ragu.

“Tidak usah, terima kasih.”

Segera setelah Stanley Yan berjalan pergi, Jennie Bai pun datang menghampiri dan bertanya dengan penasaran, “Kakak ipar, ada apa denganmu? Kenapa kamu begitu peduli pada Felix bahkan terpikir untuk menyuruh orang mengantarnya? Apa jangan-jangan kakak ipar sudah memindahkan perhatianmu pada orang lain, ya? Kalau begitu kakakku...”

“Jangan sembarangan bicara.” Yesi Mo dengan cepat menjelaskan, “Aku hanya khawatir Andrew akan melakukan sesuatu terhadapnya. Apalagi semalam ia sudah terlalu menyinggungnya.”

“Benar hanya itu?” Jennie Bai bertanya dengan sedikit keraguan sambil menatap Yesi Mo.

“Memang apa lagi? Apa aku tidak boleh merebut pria itu darimu?” Yesi Mo tertawa bercanda.

“Kakak ipar, kamu jangan bercanda seperti itu. Kalau sampai Vivian tahu tentang ini, bisa terjadi masalah besar.” ujar Jennie Bai gelisah.

“Memangnya akan terjadi masalah seperti apa? Mereka masih baru bertunangan dan belum menikah. Jennie, kamu masih memiliki kesempatan. Genggam kesempatan itu dengan baik, kalau tidak kamu akan menyesal ke depannya.”

Kemarin malam, Yesi Mo merasa sikap Jennie Bai kepada Stanley Yan berbeda dari biasanya.

Insting wanitanya mengatakan bahwa Jennie Bai menyukai Stanley Yan. Setidaknya, ia memiliki kesan yang baik terhadap pria itu.

Yesi Mo merasa bahwa sebagai kakak ipar Jennie Bai, sudah seharusnya ia membantunya sehingga ia mengatakan hal semacam ini pada pria itu.

“Kakak ipar, apa maksudmu? Kenapa aku tidak mengerti?” tanya Jennie Bai penasaran.

“Pura-pura, lanjutkan saja pura-puramu itu. Aku mau lihat sampai kapan kamu akan berpura-pura.”

Yesi Mo menggodanya sambil tersenyum, lalu berlari menuju ruang makan.

Setelah Stanley Yan keluar, ia bertemu dengan Vivian Luo di sebuah taman kecil yang alamatnya sudah dikirimkan Vivian Luo kepadanya.

Taman itu sangat sepi pengunjung, orang tua yang biasanya latihan pagi disitu pun sudah bubar. Mulai dari memasuki taman itu hingga bertemu dengan Vivian Luo, Stanley Yan hanya bertemu dengan satu orang saja yaitu penjaga kebersihan taman.

“Vivian, kamu mencariku?” Stanley Yan berjalan menghampiri dan duduk di sebelah Vivian Luo diatas sebuah kursi kayu. Ia lalu menolehkan kepalanya dan tersenyum, “Ada apa?”

“Apa aku tidak boleh mencarimu kalau tidak ada apa-apa?” Vivian Luo menatap Stanley Yan sekilas, “Kamu adalah tunanganku.”

“Aku tidak bilang apapun...” Stanley Yan terkekeh.

Vivian Luo tersenyum dan mengayunkan kepalan tangannya, lalu berujar bangga, “Baguslah kalau kamu menyetujuinya dengan cepat. Kenapa kamu duduk begitu jauh dariku? Kemarilah sedikit.”

Jarak diantara mereka berdua hanya 20 sentimeter. Melihat Vivian Luo mengayunkan tangannya, Stanley Yan pun menggeser posisi duduknya sedikit lebih mendekat padanya.

Vivian Luo merasa tidak puas sehingga ia pun mengambil inisiatif dan melekatkan diri dengan erat padanya. Ia memeluk lengan Stanley Yan dan meletakkan kepalanya pada pundak pria itu.

Tubuh Stanley Yan spontan membeku, alam bawah sadarnya ingin mendorong Vivian Luo menjauh. Tapi ia lalu ingat bahwa Vivian Luo adalah tunangannya. Gestur mereka yang seperti ini tidaklah salah, namun Stanley Yan merasa canggung.

Stanley Yan mencoba membebaskan diri beberapa kali dengan pelan. Tapi karena ia tidak ingin Vivian Luo malah semakin mengeratkan pelukannya, ia pun memutuskan untuk berhenti. Ia takut Vivian Luo akan kehilangan kontrol.

Setelah mengucapkan beberapa patah kata dengan canggung, Vivian Luo pun menyenderkan kepalanya pada pundak Stanley Yan. Ia lalu bertanya, terlihat seperti tidak bermaksud apa-apa, “Felix, apa kamu mencintaiku?”

“Aku...” Stanley Yan menolehkan kepalanya dan melihat Vivian Luo dengan ragu, “Aku tidak tahu. Kamu tahu bukan, aku kehilangan ingatanku... Hal yang terjadi di masa lalu...”

“Baiklah, tidak usah bicara lagi.” Vivian Luo menjulurkan tangannya untuk menutup mulut Stanley Yan, kepalanya menggeleng.

“Maaf.” Stanley Yan balas menjulurkan tangannya untuk mendorong tangan Vivian Luo pergi, lalu menatapnya dengan tatapan minta maaf.

“Ini bukan masalahmu, siapa juga yang ingin hal seperti ini terjadi, iya kan?” Vivian Luo tertawa getir. Ia tidak menyangka ia tidak bisa mendapatkan hati Stanley Yan meskipun sudah berusaha selama setengah tahun. Stanley Yan merasa sedikit frustasi, namun ia tidak menunjukannya.

Terlepas dari apakah Stanley Yan mencintainya atau tidak, sekarang pria itu adalah tunangan Vivian Luo. Selama tidak ada orang yang memasang penghalang diantara mereka, selama tidak terjadi masalah besar yang tidak terduga, maka secepatnya Stanley Yan akan menjadi miliknya. Ia adalah suami Vivian Luo.

Dengan cara berpikir yang seperti ini, hati Vivian Luo pun menjadi jauh lebih tenang. Ia lalu memalingkan kepalanya ke samping untuk menanyakan Stanley Yan apakah ia bisa tidur nyenyak semalam atau tidak.

“Aku tidak bisa tidur.”

“Kenapa? Apa terjadi sesuatu?”

Vivian Luo menatap mata Stanley Yan lurus-lurus, tidak ingin kehilangan ekspresi sekecil apapun yang terlihat dari matanya. Ia bahkan sudah mempersiapkan diri untuk mendengarkan kebohongan Stanley Yan, berencana untuk membuka kedoknya kapanpun dan mengingatkannya bahwa sekarang ia adalah orang yang sudah bertunangan. Tapi, ia tidak ingin Stanley Yan bicara terang-terangan tentang masalah kemarin malam.

Dari awal sampai akhir, tidak ada satu hal pun yang ditutupi. Ini membuat Vivian Luo merasa sedikit tidak siap.

“Vivian, aku benar-benar minta maaf. Sebenarnya kemarin malam aku langsung ingin memberitahumu lewat telepon.”

“Tidak apa-apa.” Melihat Stanley Yan yang begitu tulus, Vivian Luo pun tercenung sesaat lalu menggeleng.

“Tapi Felix, menurutku lebih baik kamu keluar saja dari rumah Presdir Mo. Agak tidak pantas kalau kamu tinggal serumah dengan wanita lajang.” ujar Vivian Luo setenang mungkin.

“Sebenarnya, aku juga berpikir begitu. Tapi aku adalah asisten Presdir Mo sekarang, tidak leluasa juga kalau aku tinggal terlalu jauh dari rumah Presdir Mo. Begini saja, tunggu aku mendapatkan tempat tinggal yang lebih baik baru aku pindah.”

“Bukankah hari ini kamu libur? Kamu tidak perlu masuk kerja bukan? Bagaimana kalau aku temani kamu mencari tempat tinggal?”

Vivian Luo tidak sabar untuk mengeluarkan Stanley Yan dari kediaman keluarga Yan, ia langsung menarik pria itu pergi meninggalkan taman kecil itu.

Stanley Yan menahannya dan menggeleng, “Ini masalahku, biar aku menyelesaikannya sendiri. Kamu tidak perlu turun tangan. Hari ini begitu panas, matahari sangat terik. Kamu bisa kepanasan.”

Stanley Yan hanya mengatakan fakta, suhu sudah mencapai 40 derajat. Jangankan kesana-kemari untuk mencari tempat tinggal, bahkan saat tidak melakukan apapun, sekujur tubuh sudah basah dengan keringat.

Bagaimana mungkin Vivian Luo yang sedari bayi sudah dimanja bisa menghadapi kesusahan seperti ini?

Apalagi saat ini ia sudah kepanasan sampai kulitnya memerah, dahinya dipenuhi dengan butir keringat.

Tapi perkataan yang didengar oleh telinga Vivian Luo lebih mematikan daripada kata-kata manis apapun, ini membuatnya menjadi sedikit bersemangat.

“Felix, kamu sangat baik padaku.”

Novel Terkait

Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu