Unlimited Love - Bab 148 Retribusi (2)

Jawaban Sara Xue membuat Yesi Mo bingung, "Kamu tahu? Apa kamu yakin? "

"Tentu yakin, jangan lupa, Rendy Mu sekarang adalah pacarku dan Andrew Ling adalah bawahannya. Banyak yang aku tidak ingin tahu, tapi aku mengetahuinya. "

Mendengar Sara Xue berkata demikian, Yesi Mo baru teringat, selama setengah tahun terakhir ini, Sara Xue dan Rendy Mu sudah berpacaran, kabarnya, beberapa bulan lagi mereka berdua akan menikah.

"Segera katakan, sebenarnya apa yang dia rencanakan? "

"Sonson sedang sakit, sakitnya parah, lusa dia akan menjalani operasi, kata dokter, operasinya akan sangat berbahaya. Kemungkinan dia bisa selamat tidak sampai 20%. Sonson seakan sudah mengetahui itu semua, selama dua hari ini dia terus menolak perawatan. Andrew Ling membawa Jennie Bai datang sekiranya adalah untuk membujuk Song. Baginya, Sonson sangat berharga, dia adalah sumber kekuatan untuk hidupnya. "

"Sara, terima kasih kamu sudah memberi tahuku semua ini. "

Setelah menutup telepon, hati Yesi Mo terasa berat, dia mencari cara agar bisa secepatnya pergi ke Amerika. Yang pertama untuk menjenguk Sonson, yang kedua untuk menemani Jennie Bai, membuatnya bisa menemani Sonson di Amerika dengan tenang dan supaya dia tidak mengkhawatirkan masalah kantor di kota R.

Sepanjang siang itu, Yesi Mo tidak makan sama sekali, ia masih sama seperti saat Stanley Yan mengunjunginya tadi, sama sekali belum bergeming.

"Presdir Mo, apa anda tidak apa-apa? "Stanley Yan melihatnya merasa cemas, dan bertanya.

"Tidak apa-apa, asisten Lu, segera pesankan aku tiket pesawat menuju ke Washington. "

"Anda mau pergi ke Amerika? "Stanley Yan menyeritkan dahinya, "Apa itu ide yang bagus? Besok pagi, ada sebuah pertemuan yang akan membahas perihal kerja sama, dengan kepergianmu, lantas bagaimana pertemuan itu?"

"Aku tidak bisa mengurus sebanyak itu, kalau tidak memungkinkan, besok kamu bantu aku.. "Yesi Mo berpikir sejenak, lalu mendongak dan berkata.

"Oh? Presdir Mo, anda jangan bercanda. Tidak usah membahas apakah saya mampu. Saya ini tidak sepadan dengan mereka. Kalau saya yang berangkat, masalah ini dapat dipastikan akan runyam. "

Stanley Yan sangat mengenal dirinya sendiri, yang dia katakan juga ada benarnya.

Yesi Mo memikirkannya sejenak, "Kalau begitu begini saja, aku akan menyuruh CEO Luo agar segera pulang, besok, masalah kerja sama itu biarkan dia yang berangkat. Ingat, kamu harus terus menghubungiku setiap waktu, laporkan padaku apapun yang terjadi. "

Sore itu, Yesi Mo tidak beristirahat sama sekali gna menyelesaikan segala pekerjaan secepatnya.

Dia tidak yakin, kepergiannya ke Amerika kali ini akan berapa lama, maka dia harus sebisa mungkin menyelesaikan semua pekerjaannya.

Ketika malam tiba, Stanley Yan mengantar Yesi Mo ke bandara. Dia mengantarnya masuk ke ruang tunggu dengan matanya, baru setelah itu, berbalik dan pergi.

Siapa sangka, saat dia baru akan berbalik, dia tanpa sengaja menabrak seseorang. Stanley Yan meminta maaf sambil membantunya mengambil barang yang jatuh berserakan di lantai karenanya. Tapi dia tidak mengira, orang yang dia bantu itu, terpaku, dan hanya memandangnya dengan kaget.

"Nona, ada apa? Kamu tidak apa-apa bukan? "Stanley Yan bertanya dengan cemas.

"A-aku...tidak apa-apa. "Wanita itu dengan segera memungut barang yang terjatuh di dekat kaki Stanley Yan. Namun Stanley Yan sudah lebih dulu memungutnya, dan tanpa sengaja, saat dia hendak mengembalikannya kepadanya, dia melihat sesosok lelaki di dalam lembaran foto hitam putih itu.

Lelaki di dalam foto itu terlihat tidak asing baginya. Setiap pagi dan malam, ketika dia mandi, dia selalu melihat wajah itu.

"Terima kasih. Tolong kembalikan foto itu padaku. "Wanita itu menjulurkan tangannya ingin mengambir foto itu dari tangan Stanley Yan sambil matanya dengan buas menyelusuri Stanley Yan dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Nona, apa kamu bisa memberitahuku, siapa lelaki di dalam foto itu? Dan kenapa dia sangat mirip denganku? "

"Dia adalah pacarku. "Wanita itu menjawab sambil tertunduk.

"Pacar? "

Stanley Yan secara tidak sadar teringat dengan satu nama, dia lantas bertanya dengan ragu, "Apa kamu adalah Jolie Ran? "

"Kamu mengenaliku? "Jolie Ran bertanya dengan bingung pada Stanley Yan.

"Aku pernah mendengar tentangmu. "Stanley Yan mengangguk-angguk, dia memicingkan matanya melehat lelaki di dalam foto itu, "Kalau begitu, lelaki di dalam foto itu adalah Felix Lu? "

"Bagaimana kamu bisa mengetahuinya? "Jolie Ran terbelalak menatap Stanley Yan.

"Itu tidak penting, jawab dulu pertanyaanku ini. "

Stanley Yan menarik nafas panjang, kemudian dengan nada setenang mungkin bertanya, "Di mana dia sekarang? "

"Di-dia...... "Jolie Ran menggigigiti bibirnya, dia menjulurkan tangannya dan menunjuk tas yang dia gendong di punggungnya.

Tas itu terlihat gemuk, seakan di dalamnya berisikan sesuatu, dari bentuknya, sepertinya sebuah toples atau sejenisnya.

"Maafkan aku. "

Stanley Yan dengan lembut mengembalikan foto Felix Lu pada Jolie Ran, dan dengan segera meminta maaf.

"Tidak apa-apa. "Jolie Ran memaksakan sebuah senyuman padanya.

Stanley Yan mengamati kepergian Jolie Ran, dia memicingkan matanya, "Aku bukan Felix Lu, lantas, siapa aku? "

Sesampainya di rumah, ketika dia baru akan pergi ke ruang tamu, Stanley Yan terkejut mendapati Marson Luo yang tidak tahu sejak kapan sudah duduk di sofa, dan sedang mendongak melihatnya.

"CEO Luo, kapan anda datang? "

"Aku baru saja sampai. Oh iya, nyonya muda, apa dia sudah naik pesawat? "Marson Luo bangkit berdiri dan tersenyum padanya.

"Presdir Mo sudah naik pesawat ke Washington, kalau tidak ada apa-apa, seharusnya besok, di waktu yang sama dengan sekarang, dia sudah sampai. "

"Hmph. "Marson Luo mengangguk, sorot matanya terpaku pada Stanley Yan.

"CEO Luo, kamu sedang melihat apa? "

Stanley Yan merasa tidak nyaman ditatap seperti itu, maka dia menyeritkan dahinya dan bertanya.

"Tidak ada apa-apa, hanya saja, aku rasa kamu ini adalah seseorang yang aku kenal. "Marson Luo tersenyum sambil menjelaskan sambil mempersilahkannya duduk.

Stanley Yan tertegun, ini bukan pertama kalinya dia bertemu dengan Marson Luo, tapi ini kali pertamanya dia mendengar Marson Luo berkata demikian, lebih-lebih dengan sikapnya itu.

Sepulangnya dari perjalanan kerjanya kali ini ke Amerika, sikap Marson Luo terhadapnya berubah 180 derajat. Kebencian yang terpancar dari matanya sirna, sikapnya juga luar biasa hangat padanya.

Ketika Stanley Yan hendak bertanya mirip siapa, Marson Luo secara tiba-tiba bangkit berdiri dan sambil mengamati sekelilingnya sambil tersenyum lalu bertanya, "Apa kamu tahu siapa pemilik rumah ini? "

"Pemilik? CEO Luo, apa yang anda maksudkan Tuan Stanley Yan? "

"Benar sekali. "Marson Luo mengangguk, tersenyum lalu bertanya, "Apa kamu tertarik mendengarkan kisah tentangnya? "

Tanpa mendengar jawaban dari Stanley Yan, Marson Luo sudah memulai ceritanya. Walaupun Stanley Yan penasaran dengan Marson Luo kenapa dia secara tiba-tiba menceritakan padanya tentang Stanley Yan, tapi dia mendengarnya dengan sabar.

Mendengar cerita tentang Stanley Yan yang setengah tahu yang lalu, demi menyelamatkan Yesi Mo dan Didi anaknya, dia terjatuh ke sungai dan hilang jejaknya, dia terkejut.

Kalau dihitung-hitung, di saat Stanley Yan hilang jejaknya, di hari yang sama, dia juga kehilangan ingatannya. Dia kemudian teringat dengan Felix Lu yang sudah menjadi abu, ingatan di benaknya itu mendadak membuatnya tercengang.

"Maksud kamu...... "

"Kamu adalah Stanley Yan, pemilik rumah ini. Aku tahu kamu tidak akak mempercayainya, sebenarnya sebelum hari ini, aku sendiri juga tidak mempercayainya. "Marson Luo terkekeh, lalu melanjutkan, "Ini semua terdengar terlalu fantasi, benar begitu? "

"Apa kamu punya bukti? "Stanley Yan melotot dan bertanya padanya, sebenarnya dalam hati dia sudah percaya 70-80%.

"Bukti? "Marson Luo terdiam, lalu meraih sebuah folder dan menyerahkannya kepadanya, "Silahkan kamu lihat sendiri. "

"Ada apa di dalamnya? "

"Di dalamny ada 2 rekaman suara, yang pertama milik tuan muda, yang satunya milikmu, dan juga kesimpulan dari ahli suara. "Setelah berkata demikian, Marson Luo tersenyum, "Wajah yang mirip, postur juga mirip, pita suara dua orang juga mungkin mirip, namun asalkan bukan orang yang sama, tidak peduli seberapa kecil, juga pasti ada perbedaan. Orang biasa tidak bisa membedakannya, tapi melalui alat khusus, dapat dianalisa lebih lanjut. "

Selama Marson Luo menjelaskan, Stanley Yan sudah mengeluarkan dokumen itu dari dalam folder.

Setelah mengamatinya beberapa saat, Stanley Yan mendapati hasilnya ternyata benar.

Dari yang dipegangnya itu, persis seperti yang Marson Luo katakan.

"Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa mencari seorang ahli untuk menganalisanya lagi, kalau masih juga tidak percaya, kamu boleh melakukan tes dna. Kalau aku tidak salah ingat, pihak kepolisian seharusnya punya catatan dna milik tuan muda. "

"Tidak usah, aku percaya. "

Stanley Yan memasukan kembali hasil tes itu ke dalam folder, menarik nafas panjang, dan seketika dia berbicara pada Marson Luo dengan wajah serius.

"Apa kamu sungguh percaya? Apa kamu tidak takut aku sedang menipumu? "Masin Luo bertanya padanya, tidak percaya.

"Kamu tidak perlu berbohong padaku, "Stanley Yan tertawa tanpa suara, "Aku sendiri juga sudah tahu aku ini bukan Felix Lu. "

"Bagaimana kamu bisa tahu? Apa kamu bertemu dengan Jolie Ran? "

"Bisa dibilang begitu. "Dia teringat dengan sorot mata Jolie Ran di bandara tadi, hati Stanley Yan terasa kosong.

Marson Luo tidak menanyainya lebih rinci lagi, dia hanya menatap Stanley Yan dan bertanya, "Lantas apa rencanamu? "

"Rencana? Aku akan menunggu ingatanku kembali, baru kita bicarakan lagi. "Stanley Yan menghela nafas.

Walaupun dia tahu apa yang Marson Luo katakan adalah benar adanya, dia juga tahu dirinya adalah suami Yesi Mo yang menghilang setengah tahun yang lalu, tapi menerima itu semua dalam waktu sesingkat ini baginya sungguh susah.

"Aku kenal seorang ahli otak, bagaimana kalau kita bertemu dia besok? Mungkin dia bisa membantumu mengingat semuanya.

"Baiklah. "Stanley Yan tidak menolaknya, dia tidak ingin tidak memiliki masa lalu, walaupun dari mulut Marson Luo dia sendiri akan mengetahui masa lalunya, tapi itu semua dari mulut orang lain, dia tidak akan bisa secara menyeluruh membawa dirinya masuk ke dalamnya.

Novel Terkait

Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
3 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu