Unlimited Love - Bab 145 Di Bawah Atap yang Sama (3)

Yesi Mo yang berdiri di sebelah, berjalan mendekatinya, dan meraih tangan Jennie Bai, "Sudahlah, jangan dipikirkan lagi. Yang sudah berlalu biarlah berlalu. "

"Kakak ipar, terima kasih. "

"Kalau mau berterima kasih, berterima kasihlah pada Felix Lu. Kalau dia tidak meneleponku, aku tidak akan tahu kalian sedang dalam masalah. " Yesi Mo tersenyum sambil melirik ke arah Stanley Yan.

"Felix Lu, terima ka-...... "

Jennie Bai baru akan membuka mulutnya, ketika melihat Stanley Yan menguap, "Ngantuk sekali, kapan aku bisa pulang dan tidur? "

"Pulang? I-ini...... "Dia teringat dengan apa yang terjadi barusan, Jennie Bai merasa panik, dia takut Andrew Ling datang kembali.

Yesi Mo mengenal Jennie Bai sudah cukup lama, dia sangat memahaminya, dia tersenyum lalu berkata, "Begini saja, kamu tinggalah dulu di rumahku. "

"Bagaimana dengan dia? "

Yesi Mo menatap Felix Lu, lalu tersenyum, "Tinggal juga di rumahku. "

"Presidir Mo, bukankah itu tidak panas? Sebaiknya aku pulang saja. " Stanley Yan tidak ingin tinggal di rumah Yesi Mo, sebelumnya dia pernah mengantarkan sup ke rumahnya, dan hampir saja kena damprat Vivian Luo.

Kalau sampai dia tinggal di rumah Yesi Mo, hanya Tuhan yang tahu apa yang akan terjadi setelahnya.

"Tidak ada yang tidak pantas, rumahku punya banyak kamar, dan aku tinggal seorang diri. Sekarang kamu adalah asistenku, dengan tinggal di sana, pergi kerja juga akan lebih mudah bagimu, bukan begitu? "

Ketika Yesi Mo berkata demikian, Jennie Bai membelalakan matanya.

"Tapi...... "

"Sudah, sudah. Tidak ada tapi-tapian. Kamu ini masih lelaki bukan? "

Jennie Bai tidak sanggup menyaksikannya lagi, dia berkata padanya.

"Ini tidak ada hubungannya dengan apakah aku masih jantan, aku hanya merasa tinggal di sana akan menimbulkan desas-desus yang buruk. "Stanley Yan menemukan sebuah alasan yang sempurna.

"Desas-desus apa? Kamu tidak akan tinggal di sana seorang diri, aku juga tinggal di sana. "Jennie Bai melihat Stanley Yan tidak berkutik, dan ketakutan, "Dan lagi, apa kamu tidak takut, suatu malam, Andrew Ling, si keparat itu akan menyuruh orang untuk mencelakaimu? Apa kamu yakin bisa berhadapan dengannya? "

"Yang Jennie katakan ada benarnya, Andrew Ling itu bukan orang yang baik-baik, dia akan menghalalkan segala cara. Sebaiknya kamu tinggal saja di rumahku. "

Yesi Mo dan Jennie Bai naik ke dalam mobil, dan setelah membujuknya cukup lama, Stanley Yan baru setuju untuk tinggal di rumah kediaman keluarga Yan. Tapi dia berkata ingin mengambil barang-barangnya terlebih dulu. Yesi Mo meyuruh orang untuk mengantarnya, dan pulang dulu bersama dengan Jennie Bai.

Saat Stanley Yan sampai di rumahnya, Jennie Bai sudah tertidur, Yesi Mo tengah duduk di sofa ruang tamu menunggunya.

"Presdir Mo, sudah selarut ini, kenapa anda belum beristirahat? " Stanley Yan yang menjinjing koper bertanya pada Yesi Mo dengan bingung.

"Tentu aku sedang menunggumu, kalau aku sudah pergi tidur, siapa yang akan mengantarmu ke kamarmu? Kamu tidak berencana untuk tidur di karpet ini malam ini bukan? "Yesi Mo bangkit berdiri dan berjalan mendekatinya sambil setengah bergurau.

"Itu juga tidak masalah, aku bukan orang yang punya banyak permintaan, asalkan ada tempat berbaring, aku sudah puas. "Stanley Yan berkata.

"Permintaanmu ini sungguh tidak tinggi. "Yesi Mo mengangguk. Dia kemudian menunjuk ke lantai atas, "Kamar di sebelah kanan tangga semua adalah kamar tamu, kamu boleh memilih sendiri ingin tidur di mana. Apa aku perlu menyuruh orang untuk membantumu memindahkan kopermu ke atas? "

"Tidak usah, aku bisa sendiri. Presdir Mo, istirahatlah terlebih dulu. "

"Baiklah kalau begitu, aku pergi dulu. Kamu juga istirahatlah. "Yesi Mo mengangguk, berbalik lalu naik.

Melihat bayangan Yesi Mo, Stanley Yan berbisik, "Selamat malam. "

Sebuah ucapan yang bagi Stanley Yan sangat biasa saja, tapi membuat sekujur tubuh Yesi Mo gemetar hebat, seakan memberinya suatu firasat, yang berada di belakangnya itu bukanlah Felix Lu, calon suami Vivian Luo, melainkan Stanley Yan.

Ucapan selamat malam itu terdengar tidak asing baginya, mesra, Yesi Mo secara tidak sadar hendak menoleh. Tapi dia tidak berani, dia tahu dengan jelas, orang di belakangnya itu bukanlah Stanley Yan, tapi Felix Lu, seseorang dengan postur dan suara yang mirip dengan Stanley Yan saja.

"Selamat malam. "

Yesi Mo dalam hati berterima kasih, menarik nafas panjang, lalu melanjutkan langkahnya.

Dia berbaring di atas tempat tidur sambil memegang foto Stanley Yan. Mata Yesi Mo dipenuhi rindu yang mendalam, matanya sedikit memerah, dia berbisik, "Stanley, di manakah kau berada? Aku rindu. "

Dia sungguh tidak menyangka Stanley Yan tinggal di dekatnya, saat itu juga dia tinggal bersamanya di bawah satu atap, berjarak demikian dekat.

Sayangnya dia tidak tahu Felix Lu adalah Stanley Yan, dia juga tidak tahu apa yang terjadi padanya.

Sebelum Stanley Yan tertidur, dia menerima telepon dari Vivian Luo, keduanya berbincang singkat, lalu menutup telepon.

Stanley Yan tertidur. Tapi Vivian Luo tidak juga bisa terlelap, dia membolak-balikan badannya. Dia kemudian bangkit duduk dan berjalan ke kamar Maxim Luo.

Dia tidak tahan mengetahui calon suaminya tinggal di rumah wanita lain, lebih tidak tahan lagi setelah mengetahui wanita itu adalah Yesi Mo, saingannya.

Dia tidak bisa melupakan kejadian di restoran makanan Prancis, saat Stanley Yan tanpa sengaja menjatuhkan sup Yesi Mo. Ingatan itu bagaikan sebatang jarum, yang dihujamkan ke hatinya, dan tidak bisa dia cabut.

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu