Unlimited Love - Bab 154 Gali Lubang, Tutup Lubang (1)

Yesi Mo tidak bisa pergi, paling tidak untuk sementara waktu ini.

Melihat Yesi Mo heboh, Andrew Ling bertanya dengan bingung, "Apa yang terjadi, kenapa kamu begitu bahagia? "

"Tidak ada apa-apa. "Yesi Mo menjawab sembarangan.

"Tidak ada apa-apa? Tidak ada apa-apa. "Andrew Ling menyeritkan dahinya, dia tertegun menatap Yesi Mo, lalu bertanya padanya dengan suara pelan, "Apa kamu sudah berhasil membawanya keluar? "

Menatap ekspresi keraguan di wajah Andrew Ling yang perlahan berubah menjadi yakin, Yesi Mo mau tidak mau mengakui Andrew Ling sungguh cerdik, tidak ada suatu apa pun yang bisa disembunyikan daripadanya.

Melihat Yesi Mo tidak menjawab, Andrew Ling mengangguk-angguk, dan dengan mantap berkata, "Bukankah sudah aku katakan, mana mungkin kamu bisa berdiam diri begitu saja? Ternyata kamu sengaja menutupinya. "

Di saat kedua orang itu sedang berbicara, Vivian Luo sudah berada di dalam ballroom diiringi dengan tatapan bingung para tamu undangan. Kemudian mengambil mikrofon dari tangan pembawa acara.

"Maaf hadirin sekalian, Felix tidak enak badan...... "

Penjelasan Vivian Luo terlalu dipaksakan, tapi tidak ada tamu undangan di situ yang memperdulikan sebenarnya apa yang sedang terjadi.

Melihat ekspresi Vivian Luo di panggung yang sedang minta maaf, dahi Yesi Mo berkerut.

Reaksi Vivian Luo terlalu tenang, membuatnya merasa sedikit tidak nyaman.

Ketidakmunculan Stanley Yan di acara pernikahan itu tidak memberi pengaruh apa pun, di bawah pimpinan Maxim Luo, Vivian Luo berkeliling dari meja ke meja untuk bersulang, bertegur sapa dan berterima kasih.

Suasana kembali menjadi hangat, selain Stanley Yan yang tidak hadir di situ, semua seakan tidak ada yang berubah.

Melihat bayangan Vivian Luo yang turun ke meja-meja, Yesi Mo menggigit bibirnya, menekan rasa penasaran di dalam hatinya, dan menanti selesainya acara dalam diam.

Yesi Mo awalnya mengira Vivian Luo akan mencarinya, tapi sampai selesai acara, sampai dia meninggalkan hotel, Vivian Luo tidak juga mencarinya.

Seakan semua tidak ada yang berubah, seakan dia sampai sekarang masih tidak tahu kalau Stanley Yan dibawa lari orang.

"Marson Luo, bawa aku bertemu dengan Stanley Yan. "

Begitu naik ke dalam mobil, Yesi Mo langsung mendesak, dia sudah menunggu sekian lama, dia sudah tidak sabar menunggu lagi, dia ingin bertemu dengan Stanley Yan, dan melihat dengan mata kepalanya sendiri, memastikan Stanley Yan baik-baik saja.

"Nyonya muda, sekarang belum waktunya, bagaimana kalau kita tunggu beberapa hari lagi? "

"Kenapa? "Yesi Mo menegang, dia menarik Marson Luo, "Apa terjadi sesuatu pada Stanley Yan? Apa dia terluka? Parahkah luka yang dialaminya? Apa sudah dibawa ke rumah sakit? Beri tahu aku, segera beri tahu aku. "

"Nyonya muda, anda jangan heboh dulu. Tuan muda baik-baik saja, sekarang dia berada di tempat yang sangat aman. "

"Sungguh? Apa kamu yakin? "

"Sungguh, tuan muda tidak apa-apa. "

Ekspresi Marson Luo serius, dia menekankan sekali lagi.

"Tapi sekarang tidak waktu yang tepat untuk anda menemui tuan muda. Vivian Luo mendapati tuan muda tidak ada padanya, tentu menyuruh orang untuk memperhatikan setiap langkah kita, dalam waktu seperti sekarang ini, menemui tuan muda hanya akan mendatangkan bahaya untuknya. "

Yesi Mo tidak bodoh, dia perlahan menjadi tenang, dia kemudian mengangguk, "Baiklah, aku tidak akan pergi. Tapi aku ingin mendengar suaranya dan memastikan dia baik-baik saja. "

Marson Luo dari awal sudah mempersiapkan, dia lalu menyerahkan ponsel yang sedari tadi sudah digenggamnya.

Yesi Mo menerimanya dan langsung meletakan ponsel itu di telinganya.

"Stanley, ini aku, Yesi Mo, apa kamu...... "

Setelah telepon ditutup, Yesi Mo menghela nafas lega, tersenyum lalu mengembalikan ponsel itu pada Marson Luo, "Ayo, antar aku pulang. "

Yesi Mo dan Marson Luo duduk di bangku belakang, sebuah mobil Santana model kuno berwarna hitam mengikuti mobil yang mereka tumpangi. Sampai melihat sendiri mobil Yesi Mo sudah sampai di kediaman keluarga Yan dan melihat Marson Luo mengendarai mobil lain pergi dari situ, barulah mobil itu berhenti perlahan di seberang jalan.

Seorang pemuda yang mengendarainya merogoh ponselnya, menelepon seseorang.

Saat Vivian Luo menerima telepon itu, dia sedang seorang diri di dalam kamar pengantinnya.

Kamar yang tadinya bernuansa kebahagiaan, terlihat seakan baru saja dirampok seseorang. Selimut, bantal, sprei berserakan di lantai, pecahan kaca juga nampak berceceran di lantai.

Lampu sorot yang dipasang di langit-langit kamar seakan tidak ada satu pun yang masih utuh.

"Aku tahu, awasi terus Yesi Mo. Aku ingin tahu ke mana saja dia pergi, kalau sampai kamu kehilangan jejaknya, kamu tidak usah kembali ke sini lagi. "

Vivian Luo menutup telepon, berbalik badan dan memperhatikan kamarnya, lalu berjalan keluar.

Vivian Luo tahu dengan jelas, Stanley Yan tentu dibawa lari oleh orang suruhan Yesi Mo, dibawa pergi ke mana itu yang dia tidak tahu, dan tidak mempunyai petunjuk sama sekali.

Sekarang satu-satunya yang bisa dia perbuat adalah mengawasi Yesi Mo dan menjadikannya satu-satunya terobosan.

Dia percaya selama-lamanya Yesi Mo bisa menahan diri untuk tidak pergi menemui Stanley Yan, dia tidak mungkin bisa bertahan selama itu. Begitu mengetahui di mana keberadaannya, dia akan langsung merebutnya kembali.

Membuat Yesi Mo tahu, lelaki yang dia sukai, tidak ada orang lain yang bisa merebutnya dari dirinya, dan pada akhirnya akan tetap kembali ke sisinya.

Pada malam pengantin, Vivian Luo tidak melewatinya di dalam kamar pengantin, melainkan langsung pergi ke sebuah bar yang paling sering dia kunjungi, menegak alkohol, dan tidak pulang sepanjang malam.

Di saat yang sama, Marson Luo juga tidak pulang sepanjang malam. Dari kediaman keluarga Yan, setelah memastikan tidak ada orang yang mengikutinya, Marson Luo masih dengan hati-hati menyuruh sopirnya untuk memutar lewat jalan yang jauh, dan bergegas menuju ke tempat di mana Stanley Yan disembunyikan.

Saat Marson Luo tiba di sana, keadaan di dalam villa gelap gulita, tidak ada secercah cahaya pun.

Lampu sorot mobil membelah kegelapan, menyinari pintu besi villa yang tertutup rapat, begitu Marson Luo turun dari mobil, mobil yang dia tumpangi bergegas kembali ke kota.

Di tengah kegelapan, Marson Luo dapat mendengar dengan jelas sekelilingnya. Selain suara burung yang terkadang terdengar, tidak ada suara lain di gelapnya malam itu. Dia kemudian berjalan mendekati pintu besi dan mengetuknya.

Tidak ada jawaban dari dalam, dia berhenti beberapa saat, kemudian mengetuknya lagi......

Setelah genap 1 menit kemudian, telinganya dapat mendengar suara langkah kaki yang berasal dari balik pintu besi itu.

Dengan segera pintu terbuka, Marson Luo meraba punggung orang yang membukakan pintu itu dan berjalan masuk.

Begitu masuk ke dalam villa itu, pintu di belakangnya tertutup, di depannya mendadak muncul sebuah cahaya, yang menyorot bagian kaki orang di depannya itu.

Marson Luo mengikuti orang itu melewati sebuah ruang tamu yang kosong, melewati sebuah koridor, lalu sampai di depan sebuah pintu yang kecil.

Orang yang membawanya ke situ menjulurkan tangannya untuk mengetuk, 3 ketukan panjang 2 ketukan pendek, 3 pendek 2 panjang, 1 pendek 1 panjang, setelah itu pintu baru terbuka. Di dalamnya, sangat terang, Marson Luo memicingkan matanya, tidak sanggup menyesuaikan diri.

Setelah matanya menyesuaikan diri, orang yang menjemputnya itu sudah berjalan masuk.

Ini adalah sebuah ruang bawah tanah, lebih tepatnya sebuah ruang penyimpanan anggur.

Di dalamnya hanya ada 3 orang, 2 di antaranya terlihat seperti 2 lelaki yang normal, yang satunya adalah Stanley Yan yang duduk di atas kursi rodanya.

Melihat Marson Luo, Stanley Yan mengangguk, "Kamu datang juga. "

"Tuan muda, aku sudah datang. Anda tidak terluka bukan? "

"Panggil aku Felix Lu atau asisten Lu saja, sebelum aku mendapatkan ingatanku lagi, aku bukan tuan mudamu. "

Perkataan Stanley Yan yang datar itu membuat Marson Luo menyeritkan dahinya, "Baik. "

"Kedatanganmu ini sungguh kebetulan, suruh mereka untuk membantuku mempersiapkan sesuatu. "

"Mempersiapkan apa ?"Marson Luo bertanya dengan bingung pada Stanley Yan. Sebelum rencananya berjalan, dia sudah menyuruh orang untuk membeli dan mempersiapkan villa ini, semua kebutuhan untuk hidup sudah disiapkan di sini.

Tapi di luar barang-barang yang sederhana itu, semua barang yang perlu juga sudah dipersiapkan di situ, bahkan Marson Luo mempersiapkan sebuah televisi agar Stanley Yan tidak merasa bosan, dan untuk menemaninya membuang waktu.

Semuanya yang sudah dipersiapkan di situ, memungkinkan bagi Stanley Yan dan 2 lelaki yang menjaganya sama sekali tidak keluar dari situ sampai satu bulan ke depan tanpa masalah.

"Rantai. "Seolah cemas barang itu tidak akan semudah itu dipersiapkan, Stanley Yan menambahkan, "Kalau tidak memungkinkan, tali tambang juga boleh. Tapi paling tidak perlu setebal 1 jari. "

"Anda membutuhkan rantai dan tali tambang untuk apa? "

Novel Terkait

Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu