Unlimited Love - Bab 158 Berkah Setelah Kemalangan Untuk Stanley Yan (1)
Sepanjang malam, mata Yesi Mo tetap terjaga.
Ia bukannya tidak mengantuk. Sebaliknya saat waktu menunjukkan pukul dua pagi, ia merasa terlalu mengantuk untuk membuka matanya. Tapi Yesi Mo tidak ingin tidur, ia ingin melihat Stanley Yan membuka matanya dengan mata kepalanya sendiri.
Ia ingat betul ucapan dokter padanya bahwa selama Stanley Yan tidak koma setelah kehabisan darah, ia akan sadar dalam waktu tujuh atau delapan jam.
Subuh sudah menjelang, namun Stanley Yan masih tetap tertidur. Yesi Mo sampai tidak ingat lagi sudah keberapa kalinya ia pergi membasuh wajahnya dengan air dingin di kamar mandi terpisah di dalam kamar rawat.
Menangkupkan air keran yang dingin dengan kedua tangannya dan membasuh wajahnya membuat pikirannya yang terasa kabur dan tumpul menjadi lebih jernih.
Yesi Mo tidak merasakan apapun dan tidak dapat merasakan apapun saat menatap pantulan wajahnya yang kusam dengan mata yang dipenuhi guratan darah di cermin.
Wanita sangat menghargai dirinya sendiri, sangat memedulikan penampilan diri sendiri, berharap setiap hari mereka terlihat awet muda, mempesona dan bersinar.
Yesi Mo juga merupakan seorang wanita. Walaupun usianya belum terlalu tua, ia tetap mempedulikan perawatan kulitnya.
Tapi luka Stanley Yan benar-benar memenuhi seluruh pikirannya, segenap hati dan benaknya hanya bisa memikirkan kondisi tubuh Stanley Yan. Bagaimana mungkin ia bisa santai-santai memikirkan penampilan dirinya?
Yesi Mo mendorong pintu kamar mandi terbuka dan kembali ke sisi ranjang Stanley Yan. Bibirnya terkatup rapat saat melihat Stanley Yan yang masih menutup matanya.
Setelah kurun waktu paling gelap selama subuh berlalu, sepercik cahaya mulai muncul diantara langit dan bumi pada langit gelap di luar jendela. Seiring berjalannya waktu, percikan cahaya ini pasti menjadi semakin terang dan benar-benar membangunkan dunia yang tertidur.
Matahari akan menyinari bumi dan keheningan akan berubah menjadi kebisingan. Malam akan lewat dan digantikan dengan hari baru.
Yesi Mo tidak menyukai malam, namun sekarang ia berharap semoga malam bisa bertahan lebih lama.
Ia takut akan pagi, takut akan matahari yang bersinar dari Timur ke Barat, takut disaat itu tiba Stanley Yan masih tetap terbaring diatas ranjang rumah sakit dalam diam seperti saat ini.
Ia takut Stanley Yan tetap tidak akan terbangun, bahkan sampai rambut Yesi Mo sudah memutih semua, sampai kulitnya mengeriput, sampai Yesi Mo menarik napasnya yang terakhir.
Langit semakin terang dan Yesi Mo semakin merasa gelisah. Ia menatap wajah Stanley Yan lekat-lekat tanpa mengedip, tidak ingin raut sesamar apapun yang muncul pada wajah pria itu terlewat dari matanya. Yesi Mo dengan putus asa mencari tanda-tanda pria itu akan terbangun dari raut wajahnya.
Kecewa... Kekecewaan yang tiada habisnya...
Keheningan disekitar dipecahkan oleh siulan burung di luar jendela, disusul dengan suara langkah kaki, suara batuk yang samar, dan suara-suara di lorong...
Seorang perawat dengan rambut pirang membuka pintu kamar rawat untuk mulai memeriksa, membuat Yesi Mo baru menyadari bahwa waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Para dokter dan perawat yang bertugas malam kini bertukar dengan para rekan kerja yang bertugas siang. Mereka sudah mulai bertukar giliran kerja, tapi Stanley Yan...
Yesi Mo menoleh ke belakang dengan penuh harap, namun rautnya berubah putus asa dalam sekejap. Stanley Yan masih belum sadar.
Ia masih terlihat sama seperti ketika ia dipindahkan ke kamar rawat kemarin malam.
Apa ia benar-benar tidak akan sadar? Tidak, tidak mungkin. Ia pasti akan sadar, Stanley Yan pasti akan terbangun. Ia hanya memerlukan waktu dan Yesi Mo harus memberikannya waktu. Ia harus memberikan pria itu kekuatan.
Yesi Mo menarik keluar tangan Stanley Yan dari balik selimut dan tidak henti-hentinya berdoa dalam hati. Ia memejamkan matanya dan memohon pada Budha di langit, pada segala dewa yang ia ingat namanya maupun tidak. Ia menggenggam tangan Stanley Yan dengan begitu erat, matanya terpejam dan berdoa kuat-kuat dalam hati. Yesi Mo memohon agar keajaiban terjadi.
Konsentrasi Yesi Mo pun buyar saat merasakan telapak tangan pada pundaknya. Ia sontak membuka matanya dengan bersemangat dan menatap Stanley Yan. Melihat Stanley Yan yang masih tidak menunjukkan pergerakan apapun, raut senangnya pun dengan sekejap berubah menjadi raut kecewa.
Pada saat itu jugalah ia menyadari bahwa ada dua orang lagi yang sejak entah kapan berada di dalam kamar rawat itu. Teman karibnya Sara Xue juga tunangannya Rendy Mu.
Di belakang mereka ada pengawal yang membawa buah-buahan dan makanan. Mereka langsung menjenguk Stanley Yan begitu mendengar kabarnya.
Yesi Mo menyapukan pandangannya pada mereka berdua, berterima kasih dengan pelan. Setelah itu, pandangannya kembali jatuh pada tubuh Stanley Yan.
“Sisi, bagaimana kalau kamu istirahat dulu? Biar aku dan Rendy yang menjaga Stanley. Kalau ia sadar, aku akan langsung menyuruh orang untuk memberitahumu.”
Melihat wajah Yesi Mo yang kusam dan matanya yang dipenuhi guratan darah, Sara Xue pun berusaha membujuknya dengan khawatir. Ia sangat jarang melihat penampilan Yesi Mo yang seperti ini.
Yesi Mo bukannya tidak menghargai niat baik itu, tapi ia hanya menggeleng tanpa menoleh.
“Aku mau menjaganya sampai ia bangun.” Yesi Mo merapatkan bibirnya, “Aku ingin menjadi orang pertama yang ia lihat saat ia sadar. Aku ingin ia tahu bahwa aku tidak bisa hidup tanpanya.”
Melihat punggung Yesi Mo yang keras kepala, Sara Xue pun menghela napas dengan tidak berdaya. Ia menarik sebuah kursi dan duduk disamping Yesi Mo.
“Biar aku temani.”
Setelah duduk, Sara Xue menoleh dan melirik Rendy Mu. Matanya memberikan isyarat pada pria itu.
Rendy Mu dengan segera memahami maksud Sara Xue. Ia mengangguk singkat lalu berjalan keluar.
Dalam sekejap, hanya ada tiga orang dalam kamar rawat itu: Yesi Mo, Sara Xue, dan Stanley Yan yang masih tertidur.
Melihat pandangan Yesi Mo yang lekat pada wajah Stanley Yan dan raut wajahnya yang gelisah, Sara Xue pun menelan kembali segala bujuk rayu yang hendak ia ucapkan agar Yesi Mo beristirahat.
Ia tahu bahwa saat ini Yesi Mo tidak akan mendengarkan apapun, apalagi meninggalkan Stanley Yan.
Apa yang Yesi Mo butuhkan saat ini bukanlah istirahat, melainkan Stanley Yan yang sadar.
Sara Xue tidak bisa membantu apapun dalam hal semacam ini. Yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah menemani Yesi Mo menunggu dan mengambil alih saat kondisinya mengharuskan. Ia harus memastikan tidak ada apapun yang terjadi pada Yesi Mo, karena tidak ada satu orangpun di sisinya yang bisa menjaganya.
Setelah menunggu selama lebih dari setengah jam, terdengar suara pintu yang dibuka pelan dari belakang. Tanpa menoleh, Sara Xue tahu bahwa Rendy Mu sudah kembali. Ia melirik Yesi Mo di sampingnya dengan hati-hati dan setelah melihat rautnya tidak berubah, ia pun berpikir tidak mungkin akan terjadi sesuatu. Ia lalu mendekat pada Yesi Mo dan berujar pelan, “Aku keluar dulu sebentar.”
Yesi Mo tidak memberikan tanggapan, namun Sara Xue juga tidak mempedulikannya. Ia menarik mundur kursinya dengan hati-hati lalu bersama dengan Rendy Mu berjalan keluar, tangannya terjulur untuk menutup pintu kamar rawat.
“Apa kata dokter?”
Begitu pintu kamar tertutup, Sara Xue pun dengan tidak sabar langsung bertanya.
“Dokter bilang kalau Stanley tetap tidak sadar saat waktu menunjukkan pukul sembilan, maka kemungkinan besar ia tidak akan sadar lagi seumur hidupnya.” Rendy Mu lalu menatap jam tangannya dan menghela napas, “Beberapa menit lagi pukul sembilan.”
“Kamu yakin dokter bilang begitu? Tidak salah dengar?”
Raut wajah Sara Xue menegang tiba-tiba dan ia menatap lekat wajah Rendy Mu. Melihat anggukan pria itu, hati Sara Xue pun merasa gelisah.
Sara Xue saja tidak bisa menerima hasil seperti ini, apalagi Yesi Mo yang begitu mencintai Stanley Yan, ia pasti tidak mungkin bisa menerima hasil yang seperti ini. Tapi Sara Xue juga tahu bahwa tidak ada hal yang dapat ia perbuat, satu-satunya hal yang dapat ia lakukan hanyalah menemaninya dan berdoa bersama dengannya.
“Kamu banyak pekerjaan di kantor, pergilah dulu. Biar aku disini menemani Yesi.”
“Kalau ada apa-apa, langsung telepon aku.” Rendy Mu lalu menatap pintu kamar rawat yang ada di belakang Sara Xue, alisnya menaik sedikit, “Jagalah ia baik-baik. Jangan biarkan ia melakukan hal bodoh. “
“Serahkan padaku.”
Melihat punggung Rendy Mu, Sara Xue pun memicingkan matanya. Barusan, sepercik rasa cemburu terbit dalam hatinya mendengar perhatian Rendy Mu pada Yesi Mo.
Tapi rasa cemburu itu sirna tatkala ia membalikkan tubuhnya dan berjalan kembali masuk ke dalam kamar rawat. Ia menggeleng-gelengkan kepala, tidak habis pikir dengan perasaannya.
Yesi Mo adalah sahabat terdekatnya, Rendy Mu sebagai tunangannya juga mengetahui hal ini. Tentu saja sebagai tunangannya, Rendy Mu juga mempedulikan semua orang di sekitarnya. Bagaimana mungkin ia merasa cemburu hanya karena kata-kata Rendy Mu yang memperhatikan Yesi Mo?
Sara Xue kembali ke dalam kamar rawat dan duduk di kursi di samping Yesi Mo.
Melihat wajah Yesi Mo yang sukar hati, Sara Xue pun akhirnya berbohong, “Jangan khawatir, barusan aku meminta Rendy untuk bertanya pada dokter. Katanya Stanley kehilangan terlalu banyak darah kemarin sehingga mungkin ia membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sadar.”
“Benarkah?” Yesi Mo tahu dengan jelas bahwa Sara Xue sedang membohonginya guna menghiburnya. Tapi ia tetap menoleh dan menatap Sara Xue dengan senang.
“Tentu saja...” Benar.
Sara Xue belum selesai bicara, namun wajahnya sontak menunjukkan raut senang yang tak terkira. Pandangannya langsung beralih dari Yesi Mo ke Stanley Yan, seolah-olah ia baru saja melihat hantu di siang hari bolong.
Respon Yesi Mo sangat cepat. Begitu melihat perubahan raut pada wajah Sara Xue, ia sontak menatap Stanley Yan yang terbaring diatas ranjang. Begitu melihatnya, air mata Yesi Mo pun langsung bergulir jatuh membasahi seluruh wajahnya.
Stanley Yan sudah sadar. Saat ini ia sedang melihat ke sekelilingnya, juga balas menatap Yesi Mo dan Sara Xue.
“Stanley, kamu sudah sadar? Kamu benar-benar sudah sadar! Syukurlah, syukurlah... Aku sangat bersyukur...”
Yesi Mo mengenggam tangan Stanley Yan dan sejenak menangis tanpa suara.
“Ada apa? Kenapa kamu menangis?” Stanley Yan menaikkan alisnya menatap Yesi Mo dan bertanya penasaran.
“Aku...”
Sara Xue sontak menyadari bahwa tidak seharusnya ia berada disini sehingga ia mengucapkan ‘Aku pergi memanggil dokter dulu’. Entah kedua orang itu dengar atau tidak, namun ia tetap berlari keluar dari kamar rawat dan tak lupa menutup pintunya.
Stanley Yan pun menenangkan Yesi Mo. Ia mengernyitkan alisnya dan bertanya penasaran, “Sisi, apa kamu dan Didi baik-baik saja?”
“Aku dan Didi? Apa yang sedang kamu bicarakan?” Yesi Mo menatap Stanley Yan dengan bingung.
“Apa kamu tidak ingat bahwa kamu dan Didi diculik? Aku pergi menyelamatkan kalian... Lalu pemimpin penculik itu jatuh ke sungai bersama denganku...” Stanley Yan menghiraukan raut aneh Yesi Mo dan kembali bertanya, “Bagaimana kondisi kalian? Didi? Apa ia terluka?”
“Kami baik-baik saja.”
“Baik-baik saja? Bagaimana mungkin baik-baik saja? Aku ingat jelas para penculik itu...”
Pandangan Stanley Yan menyapu setiap jengkal kulit Yesi Mo dan jatuh pada pergelangan tangannya. Tapi tidak ada bekas ikatan disitu sehingga Stanley Yan mengernyit, “Bagaimana ini bisa terjadi? Bukankah tanganmu diikat? Kenapa tidak ada bekasnya sama sekali? Apa aku sedang bermimpi?”
“Stanley, kamu tidak sedang bermimpi.” Yesi Mo lalu melanjutkan dengan raut yang aneh, “Hanya saja... Apa yang kamu bicarakan itu adalah kejadian yang sudah lewat lebih dari setengah tahun yang lalu.”
“Apa aku tertidur di rumah sakit selama itu?” Stanley Yan menggerakkan tangannya dengan ragu, namun ia sama sekali tidak menemukan adanya kesulitan untuk bergerak yang dikarenakan tertidur terlalu lama.
Yesi Mo menggeleng, “Sebenarnya, kamu sadar setelah sehari mengalami musibah.”
“Sungguh? Tapi kenapa aku tidak ingat apapun? Sebenarnya apa yang terjadi padaku selama setengah tahun ini, kenapa aku ada di rumah sakit?” tanya Stanley Yan bingung sambil menatap Yesi Mo.
Novel Terkait
Innocent Kid
FellaHanya Kamu Hidupku
RenataLove In Sunset
ElinaKing Of Red Sea
Hideo TakashiCintaku Pada Presdir
NingsiHarmless Lie
BaigeKisah Si Dewa Perang
Daron JayUnlimited Love×
- Bab 1 Pernikahan
- Bab 2 Dinikahi Orang Tolol Juga Bukan Hal yang Buruk
- Bab 3 Dia Telah Membohongi Semua Orang
- Bab 4 Merasakan Kelembutannya
- Bab 5 Teh Penghormatan Dari Menantu
- Bab 6 Tamu Tak Diundang
- Bab 7 Istri, Aku Datang Melindungimu!
- Bab 8 Dengan Kelembutanmu, Hangatkan Hatiku
- Bab 9 Apakah Karena Cinta?
- Bab 10 Pemilik Cheongsam Sesungguhnya
- Bab 11 Semua Penuh Jebakan
- Bab 12 Menjenguk Katty Yun
- Bab 13 Katty Yun Mengakui Kesalahan
- Bab 14 Aku Masih Belum Siap
- Bab 15 Karena Cinta
- Bab 16 Membawa Masalah Pada Diri Sendiri
- Bab 17 Sebenarnya Apa Itu Kebenaran?
- Bab 18 Kemarahan Stanley Yan
- Bab 19 Menghinanya Karena Dia Bodoh?
- Bab 20 Menerima Hukuman
- Bab 21 Apakah Aku Memaksamu?
- Bab 22 Gawat, Sungguh Memalukan
- Bab 23 Robin Xiao Datang Berkunjung
- Bab 24 Tidak Ada Rahasia Di Hadapannya
- Bab 25 Tidak Dapat Menghindarinya
- Bab 26 Dia Sudah Gila
- Bab 27 Siapapun Tidak Boleh Menyentuh Wanitaku!
- Bab 28 Supnya Bermasalah
- Bab 29 Untuk Apa Dia Datang?
- Bab 30 Stanley Yan, kamu itu koruptor!
- Bab 31 Temani Aku Semalam Maka Dianggap Selesai
- Bab 32 Permusuhan
- Bab 33 Aku Mencintainya Melebihi Segalanya
- Bab 34 Meninggalkan Rumah Keluarga Yan
- Bab 35 Tidak, Jangan Mendekat!
- Bab 36 Hati Yang Teramat Gelisah (1)
- Bab 36 Hati Yang Teramat Gelisah (2)
- Bab 37 Dia Pergi, Aku Juga Pergi! (1)
- Bab 37 Dia Pergi, Aku Juga Pergi! (2)
- Bab 38 Stanley Yang Cinta Mati Kepada Istrinya (1)
- Bab 38 Stanley Yang Cinta Mati Kepada Istrinya (2)
- Bab 39 Jangan Mencari Perhatian Istriku (1)
- Bab 39 Jangan Mencari Perhatian Istriku (2)
- Bab 40 Bertamu Ke Rumah Robin Xiao (1)
- Bab 40 Bertamu Ke Rumah Robin Xiao (2)
- Bab 41 Meraih Bintang Memberikannya Untukmu (1)
- Bab 41 Meraih Bintang Memberikannya Untukmu (2)
- Bab 42 Kamu Bisa-Bisanya Memperlakukanku Seperti Itu! (1)
- Bab 42 Kamu Bisa-Bisanya Memperlakukanku Seperti Itu! (2)
- Bab 43 Mereka Tinggal Bersama Sepanjang Malam (1)
- Bab 43 Mereka Tinggal Bersama Sepanjang Malam (2)
- Bab 44 Kecewa Pada Stanley Yan (1)
- Bab 44 Kecewa Pada Stanley Yan (2)
- Bab 45 Siapa Yang Istrimu? Lepaskan! (1)
- Bab 45 Siapa Yang Istrimu? Lepaskan! (2)
- Bab 46 Aku Tidak Punya Teman Seperti Kamu (1)
- Bab 46 Aku Tidak Punya Teman Seperti Kamu (2)
- Bab 47 Tidakkah Pria, Akan Tahu Jika Sudah Mencoba? (1)
- Bab 47 Tidakkah Pria, Akan Tahu Jika Sudah Mencoba? (2)
- Bab 48 Kemarahan (1)
- Bab 48 Kemarahan (2)
- Bab 49 Konflik Pecah (1)
- Bab 49 Konflik Pecah (2)
- Bab 49 Konflik Pecah (3)
- Bab 50 Suka? Ambil Saja Untukmu! (1)
- Bab 50 Suka? Ambil Saja Untukmu! (2)
- Bab 51 Buku Nikah (1)
- Bab 51 Buku Nikah (2)
- Bab 51 Buku Nikah (3)
- Bab 52 Menjadi seorang ayah! (1)
- Bab 52 Menjadi seorang ayah! (2)
- Bab 52 Menjadi seorang ayah! (3)
- Bab 53 Berada Dalam Berkah Tapi Tidak Merasa Berkah (1)
- Bab 53 Berada Dalam Berkah Tapi Tidak Merasa Berkah (2)
- Bab 53 Berada Dalam Berkah Tapi Tidak Merasa Berkah (3)
- Bab 54 Biarkan dia tidak pernah kembali (1)
- Bab 54 Biarkan dia tidak pernah kembali (2)
- Bab 55 Sakit Perut (1)
- Bab 55 Sakit Perut (2)
- Bab 55 Sakit Perut (3)
- Bab 56 Kepanikan Yang Berlebihan (1)
- Bab 56 Kepanikan Yang Berlebihan (2)
- Bab 57 Siapa Yang Melakukannya? (1)
- Bab 57 Siapa Yang Melakukannya? (2)
- Bab 57 Siapa Yang Melakukannya? (3)
- Bab 58 Rasa Yang Tidak Nyaman (1)
- Bab 58 Rasa Yang Tidak Nyaman (2)
- Bab 58 Rasa Yang Tidak Nyaman (3)
- Bab 59 Aku Tidak Ingin Melihatmu Lagi (1)
- Bab 59 Aku Tidak Ingin Melihatmu Lagi (2)
- Bab 59 Aku Tidak Ingin Melihatmu Lagi (3)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (1)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (2)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (3)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (4)
- Bab 61 Jangan Pernah Berpikir Untuk Meninggalkanku (1)
- Bab 61 Jangan Pernah Berpikir Untuk Meninggalkanku (2)
- Bab 62 Kesalahpahaman Harus Dikatakan Dengan Jelas (1)
- Bab 62 Kesalahpahaman Harus Dikatakan Dengan Jelas (2)
- Bab 63 Problema Diantara Suami Dan Istri (1)
- Bab 63 Problema Diantara Suami Dan Istri (2)
- Bab 64 Putriku? Lucu Sekali! (1)
- Bab 64 Putriku? Lucu Sekali! (2)
- Bab 65 Balasan Yang Pantas (1)
- Bab 65 Balasan Yang Pantas (2)
- Bab 66 Aku Akan Melahirkan (1)
- Bab 66 Aku Akan Melahirkan (2)
- Bab 67 Seorang Tuan Muda Kecil (1)
- Bab 67 Seorang Tuan Muda Kecil (2)
- Bab 68 Bibit Siapa Sebenarnya (1)
- Bab 68 Bibit Siapa Sebenarnya (2)
- Bab 69 Menjadi Abu (1)
- Bab 69 Menjadi Abu (2)
- Bab 70 Tinggalkan Dia (1)
- Bab 70 Tinggalkan Dia (2)
- Bab 71 Bisa Percaya pada Siapa lagi? (1)
- Bab 71 Bisa Percaya pada Siapa lagi? (2)
- Bab 71 Bisa Percaya pada Siapa lagi? (3)
- Bab 72 Kakak, Ibu (1)
- Bab 72 Kakak, Ibu (2)
- Bab 72 Kakak, Ibu (3)
- Bab 73 Ibu, Untukmu (1)
- Bab 73 Ibu, Untukmu (2)
- Bab 74 Menjadi Ibu Untuknya (1)
- Bab 74 Menjadi Ibu Untuknya (2)
- Bab 74 Menjadi Ibu Untuknya (3)
- Bab 75 Cappuccino? Apakah Ini Kebetulan? (1)
- Bab 75 Cappuccino? Apakah Ini Kebetulan? (2)
- Bab 76 Apa Ini Juga Sebuah Kebetulan? (1)
- Bab 76 Apa Ini Juga Sebuah Kebetulan? (2)
- Bab 77 Istriku Benarkah Ini Dirimu? (1)
- Bab 77 Istriku Benarkah Ini Dirimu? (2)
- Bab 78 Kamu Adalah Duniaku (1)
- Bab 78 Kamu Adalah Duniaku (2)
- Bab 79 Stanley Yan Datang Berkunjung (1)
- Bab 79 Stanley Yan Datang Berkunjung (2)
- Bab 80 Dia Seakan Telah Kembali! (1)
- Bab 80 Dia Seakan Telah Kembali! (2)
- Bab 81 Tanda Lahir (1)
- Bab 81 Tanda Lahir (2)
- Bab 82 Apa Yang Akan Kamu Lakukan Padanya? (1)
- Bab 82 Apa Yang Akan Kamu Lakukan Padanya? (2)
- Bab 83 Kebencian Tak Beralasan (1)
- Bab 83 Kebencian Tak Beralasan (2)
- Bab 84 Teman Lama Yang Saling Bertemu Namun Tidak Saling Mengenal (1)
- Bab 84 Teman Lama Yang Saling Bertemu Namun Tidak Saling Mengenal (2)
- Bab 85 Mengkhawatirkannya (1)
- Bab 85 Mengkhawatirkannya (2)
- Bab 86 Mengikuti Permainannya (1)
- Bab 86 Mengikuti Permainannya (2)
- Bab 87 Yesi Mo Adalah Angie Qin, Kalau Begitu Siapa Dia? (1)
- Bab 87 Yesi Mo Adalah Angie Qin, Kalau Begitu Siapa Dia? (2)
- Bab 88 Dia Tidak Memiliki Masa Lalu (1)
- Bab 88 Dia Tidak Memiliki Masa Lalu (2)
- Bab 89 Rahasia Mereka (1)
- Bab 89 Rahasia Mereka (2)
- Bab 90 Yesi Mo, Kamulah Angie Qin Yang Sebenarnya (1)
- Bab 90 Yesi Mo, Kamulah Angie Qin Yang Sebenarnya (2)
- Bab 91 Di Saat Terdesak, Ingatan Masa Lalu Hidup Kembali! (1)
- Bab 91 Di Saat Terdesak, Ingatan Masa Lalu Hidup Kembali! (1)
- Bab 92 Aku Tidak Setuju (1)
- Bab 92 Aku Tidak Setuju (2)
- Bab 93 Menikah Denganku, Dia akan Kulepaskan (1)
- Bab 93 Menikah Denganku, Dia akan Kulepaskan (2)
- Bab 94 Undangan Pernikahan (1)
- Bab 94 Undangan Pernikahan (2)
- Bab 95 Sudah Terlambat untuk Menyesalinya (1)
- Bab 95 Sudah Terlambat untuk Menyesalinya (2)
- Bab 96 Selalu Akan Ada Pertemuan Kembali Setelah Perpisahan (1)
- Bab 96 Selalu Akan Ada Pertemuan Kembali Setelah Perpisahan (2)
- Bab 97 Nenek Luar Kakek Luar Bukan Orang Lain (1)
- Bab 97 Nenek Luar Kakek Luar Bukan Orang Lain (2)
- Bab 98 Susah Dikatakan (1)
- Bab 98 Susah Dikatakan (2)
- Bab 99 Istri, Aku Yang Dibohongimu Sangat Menderita (1)
- Bab 99 Istri, Aku Yang Dibohongimu Sangat Menderita (2)
- Bab 100 Rico Mu, Kamu Pantas Mati (1)
- Bab 100 Rico Mu, Kamu Pantas Mati (2)
- Bab 101 Pertukaran Identitas, Mengorbankan Diri Untuk Orang Lain (1)
- Bab 101 Pertukaran Identitas, Mengorbankan Diri Untuk Orang Lain (2)
- Bab 102 Satu Keluarga Berkumpul (1)
- Bab 102 Satu Keluarga Berkumpul (2)
- Bab 103 Rico Mu Datang Mencari (1)
- Bab 103 Rico Mu Datang Mencari (2)
- Bab 104 Kesempatan Yang Diambil Sia-sia (1)
- Bab 104 Kesempatan Yang Diambil Sia-sia (2)
- Bab 105 Dijebak (1)
- Bab 105 Dijebak (2)
- Bab 106 Terbongkar (1)
- Bab 106 Terbongkar (2)
- Bab 107 Pertarungan Dua Wanita (1)
- Bab 107 Pertarungan Dua Wanita (2)
- Bab 108 Undangan Dengan Niat Buruk (1)
- Bab 108 Undangan Dengan Niat Buruk (2)
- Bab 109 Yang Lebih Peduli, Lebih Menderita (1)
- Bab 109 Yang Lebih Peduli, Lebih Menderita (2)
- Bab 110 Dia Bisa Menyerah? (1)
- Bab 110 Dia Bisa Menyerah? (2)
- Bab 111 Tidak Bisa Tersingkir (1)
- Bab 111 Tidak Bisa Tersingkir (2)
- Bab 112 Cengkeraman Dia (1)
- Bab 112 Cengkeraman Dia (2)
- Bab 113 Kamu Barang Palsu Ini (1)
- Bab 113 Kamu Barang Palsu Ini (2)
- Bab 114 Siapa yang Mengancam Siapa? (1)
- Bab 114 Siapa yang Mengancam Siapa? (2)
- Bab 115 Selesai Sudah (1)
- Bab 115 Selesai Sudah (2)
- Bab 116 Berita Kematian (1)
- Bab 116 Berita Kematian (2)
- Bab 117 Kebetulan? Siapa Percaya (1)
- Bab 117 Kebetulan? Siapa Percaya (2)
- Bab 118 Tunggu Sebentar (1)
- Bab 118 Tunggu Sebentar (2)
- Bab 119 Salah Sendiri (1)
- Bab 119 Salah Sendiri (2)
- Bab 120 Tidak Ada Hal Buruk yang Terjadi sejak Perpisahan (1)
- Bab 120 Tidak Ada Hal Buruk yang Terjadi sejak Perpisahan (2)
- Bab 121 Pendatang Yang Buruk (1)
- Bab 121 Pendatang Yang Buruk (2)
- Bab 122 Ini Hanya Permulaan (1)
- Bab 122 Ini Hanya Permulaan (2)
- Bab 122 Ini Hanya Permulaan (3)
- Bab 123 Memikat Musuh Keluar Dari Markas (1)
- Bab 123 Memikat Musuh Keluar Dari Markas (2)
- Bab 123 Memikat Musuh Keluar Dari Markas (3)
- Bab 124 Bencana Stanley Yan (1)
- Bab 124 Bencana Stanley Yan (2)
- Bab 124 Bencana Stanley Yan (3)
- Bab 125 Keputusan Yesi Mo (1)
- Bab 125 Keputusan Yesi Mo (2)
- Bab 125 Keputusan Yesi Mo (3)
- Bab 126 Tertangkap Basah (1)
- Bab 126 Tertangkap Basah (2)
- Bab 126 Tertangkap Basah (3)
- Bab 127 Kenyataan sangat Kejam (1)
- Bab 127 Kenyataan sangat Kejam (1)
- Bab 127 Kenyataan sangat Kejam (3)
- Bab 128 Kebaikan yang Tak Terlupakan (1)
- Bab 128 Kebaikan yang Tak Terlupakan (2)
- Bab 128 Kebaikan yang Tak Terlupakan (3)
- Bab 129 Roh Gentayangan di Kolam (1)
- Bab 129 Roh Gentayangan di Kolam (2)
- Bab 129 Roh Gentayangan di Kolam (3)
- Bab 130 Melewati Batas (1)
- Bab 130 Melewati Batas (2)
- Bab 130 Melewati Batas (3)
- Bab 131 Membalas Peach Dengan Plum (1)
- Bab 131 Membalas Peach Dengan Plum (2)
- Bab 131 Membalas Peach Dengan Plum (3)
- Bab 132 Orang Yang Terdesak Akan Melakukan Apapun (1)
- Bab 132 Orang Yang Terdesak Akan Melakukan Apapun (2)
- Bab 132 Orang Yang Terdesak Akan Melakukan Apapun (3)
- Bab 133 Setiap Rencana Jahat (1)
- Bab 133 Setiap Rencana Jahat (2)
- Bab 134 Menginginkan Uang Dan Lebih Menginginkan Nyawa (1)
- Bab 134 Menginginkan Uang Dan Lebih Menginginkan Nyawa (2)
- Bab 134 Menginginkan Uang Dan Lebih Menginginkan Nyawa (3)
- Bab 135 Harga Sebuah Keserakahan (1)
- Bab 135 Harga Sebuah Keserakahan (2)
- Bab 135 Harga Sebuah Keserakahan (3)
- Bab 136 Benar, Memang Sedang Mempermainkannya (1)
- Bab 136 Benar, Memang Sedang Mempermainkannya (2)
- Bab 136 Benar, Memang Sedang Mempermainkannya (3)
- Bab 137 Sebuah Tamparan Untuknya (1)
- Bab 137 Sebuah Tamparan Untuknya (2)
- Bab 137 Sebuah Tamparan Untuknya (3)
- Bab 138 Kabar dari Stanley Yan (1)
- Bab 138 Kabar dari Stanley Yan (2)
- Bab 138 Kabar dari Stanley Yan (3)
- Bab 139 Dia Ternyata sudah melamarnya (1)
- Bab 139 Dia Ternyata sudah melamarnya (2)
- Bab 139 Dia Ternyata sudah melamarnya (3)
- Bab 140 Berubah Pikiran (1)
- Bab 140 Berubah Pikiran (2)
- Bab 140 Berubah Pikiran (3)
- Bab 141 Itu Adalah Dia! (1)
- Bab 141 Itu Adalah Dia! (1)
- Bab 141 Itu Adalah Dia! (3)
- Bab 142 Tidak Peduli Akan Apapun Juga Untuk Melindunginya (1)
- Bab 142 Tidak Peduli Akan Apapun Juga Untuk Melindunginya (2)
- Bab 142 Tidak Peduli Akan Apapun Juga Untuk Melindunginya (3)
- Bab 143 Tidak Sabar (1)
- Bab 143 Tidak Sabar (2)
- Bab 143 Tidak Sabar (3)
- Bab 144 Tidak Bisa Menghindar dari Musuh (1)
- Bab 144 Tidak Bisa Menghindar dari Musuh (2)
- Bab 145 Di Bawah Atap yang Sama (1)
- Bab 145 Di Bawah Atap yang Sama (2)
- Bab 145 Di Bawah Atap yang Sama (3)
- Bab 146 Stanley Miliknya (1)
- Bab 146 Stanley Miliknya (2)
- Bab 146 Stanley Miliknya (3)
- Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (1)
- Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (2)
- Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (3)
- Bab 148 Retribusi (1)
- Bab 148 Retribusi (2)
- Bab 148 Retribusi (3)
- Bab 149 Kejam (1)
- Bab 149 Kejam (2)
- Bab 149 Kejam (3)
- Bab 150 Menikah! Mana Mungkin? (1)
- Bab 150 Menikah! Mana Mungkin? (2)
- Bab 150 Menikah! Mana Mungkin? (3)
- Bab 151 Bagaimana Mungkin Ia Tega Mengkhianati Keluarga Ini? (1)
- Bab 151 Bagaimana Mungkin Ia Tega Mengkhianati Keluarga Ini? (2)
- Bab 151 Bagaimana Mungkin Ia Tega Mengkhianati Keluarga Ini? (3)
- Bab 152 Siapa Yang Bisa Memahami Rasa Sakitnya? (1)
- Bab 152 Siapa Yang Bisa Memahami Rasa Sakitnya? (2)
- Bab 152 Siapa Yang Bisa Memahami Rasa Sakitnya? (3)
- Bab 153 Semua Lancar (1)
- Bab 153 Semua Lancar (2)
- Bab 153 Semua Lancar (3)
- Bab 154 Gali Lubang, Tutup Lubang (1)
- Bab 154 Gali Lubang, Tutup Lubang (2)
- Bab 154 Gali Lubang, Tutup Lubang (3)
- Bab 155 Jebakan Andrew Ling (1)
- Bab 155 Jebakan Andrew Ling (2)
- Bab 155 Jebakan Andrew Ling (3)
- Bab 156 Ia Pernah Menyelamatkanku (1)
- Bab 156 Ia Pernah Menyelamatkanku (2)
- Bab 157 Melindunginya (1)
- Bab 157 Melindunginya (2)
- Bab 158 Berkah Setelah Kemalangan Untuk Stanley Yan (1)
- Bab 158 Berkah Setelah Kemalangan Untuk Stanley Yan (2)
- Bab 159 Tunggu Aku Kembali (1)
- Bab 159 Tunggu Aku Kembali (2)
- Bab 160 Di Luar Kendali (1)
- Bab 160 Di Luar Kendali (2)
- Bab 161 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja
- Bab 162 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja (2)
- Bab 163 Ada Aku di Sini/ Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja (2)
- Bab 164 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja (3)
- Bab 165 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja
- Bab 166 Rencana yang Telah Gagal
- Bab 167 Jangan Tinggalkan Aku/ Ucapan Cinta Semalam Berubah Menjadi Akhir Dunia
- Bab 168 Pengurus Rumah
- Bab 169 Bebas
- Bab 170 Mengapa Mereka Juga Datang?
- Bab 171 Ia Selalu Disini
- Bab 172 Kamu Tidak Bisa Membohongiku
- Bab 173 Apa Aku Melakukan Kesalahan?
- Bab 174 Kesalahan Yang Jelas
- Bab 175 Tunggu Aku
- Bab 176 Akhir Yang Luar Biasa (Awal)
- Bab 177 Akhir Yang Luar Biasa (Tengah)
- Bab 178 Akhir Yang Luar Biasa (Akhir)