Unlimited Love - Bab 165 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja

Setibanya Andrew Ling di tempat tinggalnya, dia langsung masuk ke dalam ruang baca, seorang lelaki kemudian membuka pintu dan berjalan masuk.

"Semua sudah dipersiapkan dengan matang? "

Andrew Ling memeriksa keuangan Perusahaan Mu di wilayah China daratan sambil bertanya tanpa mengangkat kepalanya.

"Semua sudah dipersiapkan. "

"Bagus, kamu boleh pergi. "

Setelah sekian lama tidak mendengarkan suara langkah kaki menjauh, Andrew Ling melemparkan laporan di tangannya itu, mengangkat kepalanya sambil menyeritkan dahi, "Ada apa lagi? "

"I-itu...... "

"Aku sibuk. "

Melihat Andrew Ling tidak begitu senang, lelaki itu memberanikan diri dan berkata, "Direktur Ling, kalau begitu kami terhadap Nona Mo, apakah...... "

"Apakah apa? Apa kamu merasa aku terlalu kejam? "

Nada bicara Andrew Ling menjadi sinis, dia memicingkan matanya, dari matanya terpancar kesinisan.

"Saya tidak berani. "Lelaki itu dengan segera menundukan kepalanya, tidak lagi berani mengeluarkan suara.

"Tidak berani itu bagus. "Ujung bibir Andrew Ling terangkat, dia tersenyum dingin, lalu berkata, "Ingat, kamu ini hanya seekor anjing di sisiku, sebagai seekor anjing, kamu harus berkelakuan seperti anjing. Pergilah. "

Semarah apa pun lelaki itu, dia juga tidak berani mendengus, dia tertunduk sambil mundur dan berjalan keluar.

Mendengar kesinisan Andrew Ling, membuat lelaki ini tanpa sadar menggigil, mengingat apa yang Andrew Ling suruh dia lakukan, dia semakin merasa bulu kuduk di punggungnya seakan tertiup angin dingin.

Begitu berita mengenai kecelakaan Stanley Yan sampai di Amerika dan Yesi Mo yang mendekam di penjara, tidak ada orang yang mengurus pemakaman Stanley Yan, sebagai saudara sepupunya, Robin Xiao tentu diharuskan untuk hadir.

Dia khawatir Didi tidak sanggup menerima semua ini, maka dia tidak berani membawa Didi pulang, dia bahkan tidak berani memberitahunya kabar mengenai Stanley Yan dan Yesi Mo padanya.

Di dalam penjara, Robin Xiao melihat Yesi Mo, beberapa waktu tidak bertemu dengannya, perubahan Yesi Mo sangatlah besar, dia menjadi lebih kurus, tidak ada semangat hidup terpancar dari matanya. Melihat itu semua, Robin Xiao merasa gundah.

Bagaimanapun juga, Yesi Mo dulu adalah wanita yang pernah dia sukai, meskipun pada akhirnya mereka tidak bisa bersaama, tapi ini sama sekali tidak menghalangi perhatian Robin Xiao terhadap Yesi Mo.

"Kamu......tidak apa-apa? "

Menanggapi pertanyaan Robin Xiao, Yesi Mo menggeleng dengan kaku, sorot matanya terlihat kosong.

"Aku..... "Reaksinya pertama kali melihat Robin Xiao, membuat Robin Xiao tidak tahu harus berbuat apa. Setelah terdiam beberapa saat, Robin Xiao menarik nafas panjang dan berkata, "Tenang saja, aku akan mencari cara supaya kamu dapat melihat kakak sepupu untuk terakhir kalinya. "

Perkataannya itu membuat mata Yesi Mo bersinar, tapi dengan segera pudar kembali.

Apa dia sungguh bisa keluar untuk mengikuti prosesi pemakaman Stanley Yan?

Dia tidak yakin, tapi dia sungguh ingin pergi mengantarkan kepergian Stanley Yan ke tempet peristirahatan terakhir. Yesi Mo ingin ikut serta dengan Stanley Yan ke akhirat, tapi mengingat Didi, dia akhirnya menyerah.

Kalau Stanley Yan mengetahuinya, dia juga tidak menginginkan dia berbuat hal sebodoh itu, lebih-lebih membuat anaknya menjadi yatim piatu.

Dengan kepergian Stanley Yan, kewajiban membesarkan Didi jatuh ke tangan Yesi Mo dan tidak bisa dilimpahkan ke orang lain, itu adalah mandat yang harus dia lakukan di sisa hidupnya.

"Terima kasih, Robin. "

"Ini satu-satunya yang bisa aku lakukan untukmu. "

Robin Xiao menghela nafas, masalah yang dihadapi Yesi Mo dia sudah memahami seluruhnya, situasi Yesi Mo sekarang sangat tidak menguntungkan untuknya. Dua orang yang melarikan diri itu sudah tertangkap, dan keduanya dengan serempak mengatakan Yesi Mo yang menyuruh mereka.

Yang membuat semua menjadi semakin susah bagi Yesi Mo adalah kedua orang itu dulu merupakan pegawai Yan Business Group, saat Yan Business Group masih dibawah kendali Keluarga Yan. Setelah Yan Business Group dibeli Perusahaan Mu, mereka keluar dari perusahaan itu, tidak seperti yang lain, yang terus bekerja di situ dan menjadi pegawai di Perusahaan Mu.

Yang lebih parah lagi, Marson Luo saat melakukan hal tersebut, kedua orang ini ikut serta, dan polisi mengetahui itu semua setelah menggali lebih dalam.

Semisal kedua orang ini menyerahkan uang tunai itu dan berkata bahwa itu tidak ada hubungannya dengan Yesi Mo pun, tidak akan ada orang yang percaya.

"Ini bagiku sudah cukup. "Yesi Mo memaksakan sebuah senyum. Di saat seperti ini, dia sudah tidak peduli dengan apa pun lagi, asalkan dia bisa mengantar Stanley Yan ke peristirahatannya yang terakhir meskipun nanti dia akan masuk neraka pun, dia tidak peduli.

Orang yang dia perdulikan sudah tiada, di dunia ini selain Didi, dia ada siapa lagi?

"Tenang saja, aku akan mencarikan cara. Kalau berhasil, kamu bahkan tidak perlu mendekam di penjara. "

Setelah Robin Xiao pergi, Yesi Mo meninggalkan tempat pertemuan atas peringatan dari polisi.

Di tempat tinggal Andrew Ling, mendengar laporan dari bawahannya, Robin Xiao datang menemui Yesi Mo, Andrew Ling tersenyum.

Ini semua sudah dia perkirakan, bahkan dia sudah mencari cara untuk membantu Robin Xiao mengeluarkan Yesi Mo dari penjara untuk sementara, demi mengantarkan Stanley Yan ke peristirahatannya yang terakhir.

"Bagaimana persiapannya? "

"Sudah dipersiapkan, kapan pun siap dijalankan. "

"Lakukan sesuai rencana. "

Andrew Ling tertawa dengan jahat.

Berjarak tidak lama dari pemakaman Stanley Yan, Robin Xiao mendapatkan kabar yang mengejutkan dari Amerika, Didi yang semenatara waktu tinggal bersama Katty Yun dan ibunya, menghilang.

Di waktu yang bersamaan, pengawal yang menjaganya, kedua orang itu seakan menguap dan menghilang tanpa jejak.

Kalau bukan karena acara pemakaman Stanley Yan sudah begitu dekat, kalau bukan karena mengeluarkan Yesi Mo untuk memberi penghormatan terakhir pada Stanley Yan, Robin Xiao tentu tanpa memperdulikan yang lain, pulang ke Amerika dan bertanya senditi apa yang terjadi.

Tapi sekarang dia tidak bisa pergi, dia bahkan tidak berani menunjukan sikap yang tidak wajar di kediaman Keluarga Yan.

Namun Kenny Song tidak bodoh, siapa juga tidak berani menjamin dia tidak memberitahukan itu semua pada Yesi Mo. Satu-satunya yang Robin Xiao bisa lakukan adalah untuk berusaha sekuat tenaga mencari Yesi Mo, dan meminta bantuan pada Sara Xue agar dia meminta tolong pada Rendy Mu.

Beberapa malam sebelum pemakaman Stanley Yan merupakan malam-malam tanpa tidur bagi Robin Xiao. Tapi sampai dia menjemput Yesi Mo dari penjara, tidak ada berita apa pun dari negara M.

Acara pemakaman Stanley Yan sangat sederhana, selain sanak saudara dekat Keluarga Yan, tidak ada banyak orang yang ikut hadir.

Di penghujung acara, melihat jenasah Stanley Yan hendak dimasukan ke dalam ruang kremasi, Yesi Mo tidak bisa menahan diri lagi, dia memeluk peti mati Stanley Yan dan tidak mau melepasnya. Air matanya mengalir dengan deras, dia terus meneriakan nama Stanley Yan.

Dari kejauhan Kenny Song melihat pemandangan ini merasa tidak tega, namun dia menjaga jaraknya, dia hanya memperhatika Robin Xiao yang berusaha menenangkan Yesi Mo.

Di suatu ruang bawah tanah tersembunyi, Stanley Yan melalui ponselnya dapat menyaksikan Yesi Mo yang sedang menangis dengan gila. Dia mengepalkan tinjunya erat-erat.

Kalau bisa, dia sungguh ingin sekarang juga pergi ke sana dan memberitahu Yesi Mo bahwa dia masih hidup, memberitahu Yesi Mo semua itu palsu. Tapi dia tidak bisa, ada sesuatu yang tidak bisa dia bicarakan.

"Apa anda ingin saya memberitahu nyonya muda diam-diam kalau anda...... "

Dari ponselnya tiba-tiba terdengar suara Kenny Song yang terdengar lirih. Kening Stanley Yan berkerut, tapi dia tidak bersuara.

Kenny Song menghela nafas, dia tidak melanjutkan perkataannya. Tampaknya dia sudah mengetahui keputusan Stanley Yan sudah bulat.

Meskipun merasa berat hati untuk melepasnya, Yesi Mo juga tidak mungkin menghalangi prosesi pemakaman.

Satu jam kemudian, pihak krematorium menyerahkan abunya pada Yesi Mo. Yesi Mo sudah seperti orang yang pingsan, dia bahkan tidak bertenaga untuk membuka mulutnya.

Meskipun demikian, begitu menerima kotak abu itu, dia mendekapnya erat, seakan sedang mendekap sesuatu yang sangat berharga, sama sekali enggan untuk melepasnya, lebih-lebih menyerahkannya pada orang lain.

Saat berjalan menuju ke tempat parkir, Andrew Ling muncul dengan kursi rodanya. Melihat Yesi Mo yang sudah lemas, Andrew Ling berbisik, "Sekarang dia sudah tiada, kamu harus hidup dengan baik-baik. "

Yesi Mo mengangkat kepalanya perlahan, menatapnya dan mengangguk.

"Oh iya, apa kamu sekarang tidak bergegas ke Amerika? " Andrew Ling tiba-tiba bertanya dari belakang Yesi Mo.

"Andrew Ling. "Robin Xiao berbalik dengan segera dan memelototinya seakan memberinya peringatan.

Tapi Andrew Ling bak tidak mengetahuinya, dia menambahkan, "Apa Didi sudah diketemukan? "

"Didi? Ada apa dengan Didi? "

Yesi Mo terbelalak, dia dengan segera berpaling dan bertanya pada Andrew Ling.

Di depan sorot mata Robin Xiao yang kejam itu, Andrew Ling tertawa lalu berkata, "Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin bertanya, apa kamu tidak ingin pergi menjumpai Didi, toh kalian juga sudah lama tak berjumpa. Sekarang Stanley Yan sudah tiada, kamu seharusnya rindu ingin bertemu dengannya. "

"Tidak. Baru saja kamu tidak berkata demikian. "Yesi Mo dengan segera menggeleng, dia menyeritkan dahinya berusaha mengingat apa yang didengarnya tadi. Namun adia tidak berhasil mengingat apa yang dikatakan Andrew Ling barusan, yang dia ingat hanya Didi, dia tadi menyebutkan Didi.

"Kak, sudah larut, aku akan mengantarmu kembali ke kantor polisi."Robin Xiao segera mengganti topik pembicaraan, dia tidak ingin menambah masalah.

Yesi Mo menatap Andrew Ling dengan curiga. Setelah mendesaknya beberapa kali, dia berhenti beberapa detik, baru berbalik dan berjalan menjauh.

Yang dia tidak sadari adalah, Robin Xiao tidak langsung mengikutinya, melainkan berjalan mendekati Andrew Ling, dan memberinya peringatan, "Andrew Ling, sebaiknya kamu jaga mulutmu. Sampai kamu berani berkata sembarangan lagi, jangan salahkan aku. "

"Presdir Xiao, kamu tentu sudah salah paham. "Andrew Ling tertawa canggung, lalu menjelaskan, "Aku baru saja kelepasan, bukan disengaja. "

"Sebaiknya demikian. "

Robin Xiao menatapnya dengan galak, berbalik, lalu mengejar Yesi Mo.

Dari kejauhan Andrew Ling mengawasi kedua orang itu naik ke dalam mobil, meninggalkan krematorium. Bibirnya berkedut, dia sedikit kecewa.

Di dalam mobil yang menuju ke kantor polisi itu, Yesi Mo memeluk kotak yang di dalamnya berisikan abu jenasah Stanley Yan, tertunduk dalam diam.

Dalam hati Robin Xiao bernafas lega, dalam kekalutannya Yesi Mo tidak menyinggung lagi masalah Didi.

Jarak dari krematorium menuju ke kantor polisi sangatlah jauh membuat Robin Xiao yang semalam tidak bisa tidur, terlelap.

Di dalam tidurnya itu, Robin Xiao bermimpi seakan melihat Yesi Mo menyuruh Kenny Song yang duduk di sebelah sopir untuk menghubungi pengawal yang bertugas melindungi Didi, Yesi Mo ingin bertemu dengannya. Robin Xiao seketika membuka matanya, dan tanpa sadar berkata, "Jangan. "

"Jangan apa? "Yesi Mo menoleh dan menatapnya. Sebelum Robin Xiao berpikir, suara Kenny Song tiba-tiba terdengar.

"Ada apa? Kenapa telepon pengawal Didi dalam keadaan mati? "

"Mati? Mana mungkin? Apa jangan-jangan...... "Tangan Yesi Mo gemetaran, dia ingat dengan jelas berpesan pada pengawal Didi untuk tidak mematikan ponselnya 24/7, sama sekali tidak mungkin terjadi kondisi demikian.

Apa jangan-jangan Didi dalam masalah?

Novel Terkait

Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu