Unlimited Love - Bab 146 Stanley Miliknya (2)
Melihat Vivian Luo yang kembali menyenderkan kepalanya, Stanley Yan pun merasa tidak berdaya untuk sesaat. Ia lalu mendorong kepalanya menjauh dengan perlahan dan berujar, “Vivian, di luar terlalu panas. Bagaimana kalau kita pulang saja?”
“Baiklah, kita pulang ke rumah. Aku akan menyuruh orang untuk memasak, supaya kita bisa makan enak dan puas.”
Rupa Vivian Luo yang girang ini terlihat seperti anak kecil, ia lalu bangkit berdiri dan tanpa bicara apapun langsung menarik Stanley Yan pergi.
Stanley Yan pun hanya bisa tersenyum getir. Awalnya ia berpikir agar mereka berdua berpisah disini dan pulang ke rumah masing-masing. Siapa sangka ternyata Vivian Luo malah salah paham.
Stanley Yan bermaksud menjelaskan, namun akhirnya membatalkan niatnya setelah berpikir ulang.
Ketika jam makan siang sudah tiba, Jennie Bai yang melihat bahwa Stanley Yan belum pulang pun bermaksud untuk meneleponnya namun keburu dihentikan oleh Yesi Mo.
“Kakak ipar, apa yang kamu lakukan?” Jennie Bai mengangkat kepalanya dan bertanya penasaran.
“Apa yang kamu lakukan?” Yesi Mo balas bertanya sambil tersenyum
“Menelepon Felix. Sekarang sudah jam berapa, tapi pria ini belum juga pulang. Apa ia tidak ingin makan?”
“Aku sarankan lebih baik jangan menelponnya. Kamu jangan lupa ia keluar untuk menemui siapa.” Melihat respon Jennie Bai, Yesi Mo pun tersenyum dan melanjutkan, “Sekarang ia adalah tunangan Vivian. Aku rasa ia tidak akan kembali malam ini. Apa hatimu merasakan perasaan tertentu dengan begini?”
“Perasaan apa?” Jennie Bai bertanya kaget.
“Menurutmu?” Yesi Mo balik bertanya sambil tersenyum.
“Kakak ipar, aku baru menyadari sepertinya kamu kurang kerjaan. Daritadi hanya mengolok-olokku.”
Jennie Bai menatap Yesi Mo dengan tatapan tidak senang, sedangkan Yesi Mo hanya menggeleng tidak berdaya, “Yang menonton malah lebih bersemangat daripada yang terlibat. Sudahlah, ini masalahmu. Aku tidak ikut campur lagi.”
Stanley Yan tidak menginap di rumah keluarga Luo dan kembali ke rumah keluarga Yan saat tengah malam. Ia baru saja masuk ke ruang tamu ketika kebetulan melihat Yesi Mo yang sedang mematikan televisi dan bersiap untuk naik ke atas. Ia segera menyapanya, “Presdir Mo, kenapa sudah selarut ini belum tidur?”
“Aku baru saja mau tidur. Lalu kenapa kamu pulang?”
“Tentu saja aku pulang untuk beristirahat. Sekarang sudah begitu larut, bukan?” Stanley Yan balas bertanya sambil tertawa.
“Maksudku bukan begitu. Maksudku, kamu tidak menghabiskan malam ini dengan tunanganmu?”
Stanley Yan menggeleng pelan, membuat Yesi Mo menaikkan alisnya dan mengerutkan bibirnya dengan tidak percaya, “Aku benar-benar tidak bisa memahami kalian. Sudah larut, istirahatlah lebih cepat.”
Melihat punggung Yesi Mo, Stanley Yan pun secara otomatis menaikkan alisnya. Ia teringat akan kejadian kemarin malam dan berbisik pada dirinya sendiri dengan ragu, “Jangan-jangan ia belum tidur saat sudah selarut ini itu karena ia sedang menungguku?”
Kenyataannya, memang Yesi Mo belum tidur saat selarut ini karena ia sedang menunggu Stanley Yan. Tapi di saat yang bersamaan, ia juga tidak sedang menunggunya.
Stanley Yan sekarang adalah Felix Lu, sedangkan yang Yesi Mo tunggu adalah Stanley Yan yang sudah menghilang selama enam bulan.
Setelah kembali selama beberapa hari terakhir ini, Yesi Mo selalu menunggu di ruang tamu hingga pukul 12 malam. Lebih dari sekali, ia membayangkan bahwa pada suatu malam, Stanley Yan tiba-tiba membuka pintu dan berjalan masuk lalu berujar padanya, “Sisi, aku pulang.”
Tapi, setiap hari pula Yesi Mo hanya mendapatkan kekecewaan. Walaupun hampir tidak ada kemungkinan untuk terjadi hal seperti ini, Yesi Mo tetap tidak ingin mengubah kebiasaannya itu.
Keesokan paginya, Yesi Mo baru saja ingin naik ke atas setelah sarapan ketika Stanley Yan tiba-tiba memanggilnya.
“Ada apa?” Yesi Mo menoleh dan bertanya.
“Begini, Presdir Mo... Tunanganku ingin bertemu denganku, jadi aku tidak tahu...” Awalnya Stanley Yan ingin bertanya apakah ini membuatnya tidak nyaman, namun belum sempat ia menyelesaikan ucapannya, Yesi Mo langsung menyahut, “Baiklah.”
Melihat Yesi Mo yang langsung melesat ke atas, Stanley Yan pun melihat ke arah Jennie Bai dengan penasaran dan bertanya, “Manajer Bai, kenapa Presdir Mo begitu terburu-buru? Apa terjadi sesuatu?”
“Ah tidak, kakak ipar hanya naik ke atas untuk melakukan panggilan video dengan Didi.” Jennie Bai menjawab santai.
“Siapa itu Didi?”
“Putra kakak ipar dan kakakku.”
“Oh, begitu. Tapi, bukankah sekarang masih terlalu pagi untuk mengobrol lewat video? Sekarang baru pukul delapan lebih sedikit, apakah putra Presdir Mo bangun sepagi ini?”
“Bangun? Mereka bahkan belum tidur.”
“Apa? Belum tidur? Semalaman tidak tidur?”
Saat itulah Jennie Bai baru menyadari bahwa Stanley Yan sama sekali tidak tahu kondisinya. Ia pun menjelaskan sambil tersenyum, “Didi ada di Amerika. Disana, sekarang langit baru saja menggelap.”
Stanley Yan tiba-tiba menyadari apa yang terjadi dan ia tidak bertanya apapun lagi. Ia lalu pamit pada Jennie Bai dan pergi ke ruang tamu, mengeluarkan ponselnya dan menelepon Vivian Luo untuk menanyakan keberadaannya.
Di kamar atas, Yesi Mo menatap wajah Didi di layar komputer dan mengobrol dengannya. Mereka sudah mengobrol selama dua tiga jam dan Yesi Mo menyadari bahwa waktu di Amerika sana sudah pukul 11 malam. Yesi Mo pun ingin segera menyudahi panggilan video itu.
Didi yang berada di ujung sana dengan cepat menyahut, “Ibu, tunggu dulu.”
“Ada apa, Didi?”
“Ibu, sekarang sedang libur musim panas. Apa ibu bisa membawaku pergi bertemu ayah? Sudah enam bulan aku tidak bertemu ayah, aku sangat rindu padanya.”
Hati Yesi Mo sangat sakit mendengarnya, namun ia masih bisa berpura-pura tersenyum dan berkata, “Didi anak baik, ayah sangat sibuk dengan pekerjaannya. Meskipun ibu membawa Didi pergi bertemu, tapi belum tentu juga Didi bisa bertemu dengan ayah. Bagaimana kalau Didi sabar saja menunggu? Tunggu sampai ayah sudah menyelesaikan pekerjaannya, ia pasti akan datang menemui Didi.”
Entah sudah keberapa kalinya Yesi Mo mengatakan kebohongan itu. Ketika Didi menjadi keras kepala dan bersikeras untuk bertemu Stanley Yan, ia kembali mengulangi perkataan itu. Didi hanyalah anak kecil, sehingga sangat mudah membujuknya. Walaupun setiap kali harus menelan kekecewaan dan tidak terlihat begitu senang, untung saja tetap tidak ada masalah apapun yang muncul.
Yesi Mo berpikir kali ini ia bisa membujuk Didi lagi. Ia tidak menyangka Didi malah sama sekali tidak setuju dan merengek memintanya untuk membawanya pergi menemui Stanley Yan.
Yesi Mo membujuk untuk waktu yang sangat lama, Katty Yun yang berada di ujung sana juga membantunya membujuk Didi. Membutuhkan usaha yang sangat besar untuk menenangkan Didi kembali.
“Ibu, kalau begitu kapan aku bisa bertemu ayah? Aku benar-benar sangat merindukannya.”
Didi merengek dan ia bertanya dengan wajah yang terlihat menyedihkan.
“Ibu juga tidak tahu soal itu. Bagaimana kalau kapan-kapan saat ayah menelepon Didi, Didi menanyakannya sendiri pada ayah?”
“Oh... Baiklah... Kalau begitu, sampai jumpa, ibu. Didi tidur dulu.”
“Anakku sayang, selamat malam.”
Melihat layar panggilan video yang berubah menjadi gelap, barulah Yesi Mo menghela napas. Ia baru menyadari betapa punggungnya berkeringat gugup sampai membasahi pakaiannya.
Yesi Mo sudah menyembunyikan perihal Stanley Yan dari Didi selama lebih dari setengah tahun. Ketika barusan Didi merengek memintanya membawanya pergi menemui Stanley Yan, firasat Yesi Mo mengatakan bahwa ia tidak bisa lebih lama lagi menyembunyikan hal ini dari putranya.
Tapi, Yesi Mo benar-benar tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi begitu Didi tahu bahwa ayahnya menghilang dan tidak kunjung ditemukan selama setengah tahun...
Apa yang harus kulakukan? Pikir Yesi Mo tak henti dalam hati, namun ia tidak terpikirkan satu cara pun.
Jennie Bai lalu datang mengetuk pintu, membuat Yesi Mo tersadar dari dilemanya. Melihat Jennie Bai yang membuka pintu dan berjalan masuk, Yesi Mo pun bertanya penasaran, “Kenapa kamu kesini?”
“Tentu saja untuk memanggilmu turun makan. Coba lihat sekarang sudah jam berapa, aku sudah kelaparan.” Jennie Bai lalu mengernyitkan alisnya, “Kakak ipar, apa yang sedang kamu pikirkan barusan? Kenapa baru menjawab setelah aku mengetuk lama sekali?”
“Aku barusan sedang berpikir...” Yesi Mo ragu sesaat sebelum berujar, “Bagaimana aku bisa meyakinkan Didi bahwa kakakmu masih hidup dan sekarang masih melakukan perjalanan bisnis di Afrika.”
“Situasi macam apa ini? Maksudmu, Didi sekarang curiga?” Jennie Bai bertanya terkejut, “Tidak mungkin. Mana mungkin Didi yang baru berusia lima tahun bisa begitu?”
“Aku juga tidak tahu, tapi aku punya semacam firasat yang sangat buruk. Jennie, menurutmu apa yang harus aku lakukan sekarang?”
Yesi Mo bertanya pada Jennie Bai dengan raut wajah getir.
Jennie Bai berpikir serius sejenak lalu berujar, “Sebenarnya, caranya mudah saja. Tergantung apakah kakak ipar bisa mau menerimanya atau tidak.”
Melihat Yesi Mo yang menatap bingung padanya, Jennie Bai menggelengkan kepalanya sambil tersenyum lalu duduk di pinggir ranjang. Dengan suara pelan berkata, “Kalau aku tidak salah ingat, bukankah kakak ipar sudah menemukan seseorang yang suaranya sangat mirip dengan kakak untuk menelepon Didi secara berkala?”
“Memang.” Yesi Mo mengangguk, “Kalau tidak, tidak mungkin bisa menyembunyikan masalah semacam ini dari Didi untuk waktu yang lama.”
Yesi Mo belum sempat menyelesaikan ucapannya, namun sebuah pikiran pun terbersit dalam benaknya dan raut wajahnya berubah, “Tunggu, maksudmu...”
“Ya, memang begitu maksudku.”
“Tidak boleh, sama sekali tidak boleh. Aku tidak setuju.”
Novel Terkait
Pernikahan Tak Sempurna
Azalea_Cinta Adalah Tidak Menyerah
ClarissaCantik Terlihat Jelek
SherinCinta Tapi Diam-Diam
RossieThat Night
Star AngelEternal Love
Regina WangHarmless Lie
BaigeUnlimited Love×
- Bab 1 Pernikahan
- Bab 2 Dinikahi Orang Tolol Juga Bukan Hal yang Buruk
- Bab 3 Dia Telah Membohongi Semua Orang
- Bab 4 Merasakan Kelembutannya
- Bab 5 Teh Penghormatan Dari Menantu
- Bab 6 Tamu Tak Diundang
- Bab 7 Istri, Aku Datang Melindungimu!
- Bab 8 Dengan Kelembutanmu, Hangatkan Hatiku
- Bab 9 Apakah Karena Cinta?
- Bab 10 Pemilik Cheongsam Sesungguhnya
- Bab 11 Semua Penuh Jebakan
- Bab 12 Menjenguk Katty Yun
- Bab 13 Katty Yun Mengakui Kesalahan
- Bab 14 Aku Masih Belum Siap
- Bab 15 Karena Cinta
- Bab 16 Membawa Masalah Pada Diri Sendiri
- Bab 17 Sebenarnya Apa Itu Kebenaran?
- Bab 18 Kemarahan Stanley Yan
- Bab 19 Menghinanya Karena Dia Bodoh?
- Bab 20 Menerima Hukuman
- Bab 21 Apakah Aku Memaksamu?
- Bab 22 Gawat, Sungguh Memalukan
- Bab 23 Robin Xiao Datang Berkunjung
- Bab 24 Tidak Ada Rahasia Di Hadapannya
- Bab 25 Tidak Dapat Menghindarinya
- Bab 26 Dia Sudah Gila
- Bab 27 Siapapun Tidak Boleh Menyentuh Wanitaku!
- Bab 28 Supnya Bermasalah
- Bab 29 Untuk Apa Dia Datang?
- Bab 30 Stanley Yan, kamu itu koruptor!
- Bab 31 Temani Aku Semalam Maka Dianggap Selesai
- Bab 32 Permusuhan
- Bab 33 Aku Mencintainya Melebihi Segalanya
- Bab 34 Meninggalkan Rumah Keluarga Yan
- Bab 35 Tidak, Jangan Mendekat!
- Bab 36 Hati Yang Teramat Gelisah (1)
- Bab 36 Hati Yang Teramat Gelisah (2)
- Bab 37 Dia Pergi, Aku Juga Pergi! (1)
- Bab 37 Dia Pergi, Aku Juga Pergi! (2)
- Bab 38 Stanley Yang Cinta Mati Kepada Istrinya (1)
- Bab 38 Stanley Yang Cinta Mati Kepada Istrinya (2)
- Bab 39 Jangan Mencari Perhatian Istriku (1)
- Bab 39 Jangan Mencari Perhatian Istriku (2)
- Bab 40 Bertamu Ke Rumah Robin Xiao (1)
- Bab 40 Bertamu Ke Rumah Robin Xiao (2)
- Bab 41 Meraih Bintang Memberikannya Untukmu (1)
- Bab 41 Meraih Bintang Memberikannya Untukmu (2)
- Bab 42 Kamu Bisa-Bisanya Memperlakukanku Seperti Itu! (1)
- Bab 42 Kamu Bisa-Bisanya Memperlakukanku Seperti Itu! (2)
- Bab 43 Mereka Tinggal Bersama Sepanjang Malam (1)
- Bab 43 Mereka Tinggal Bersama Sepanjang Malam (2)
- Bab 44 Kecewa Pada Stanley Yan (1)
- Bab 44 Kecewa Pada Stanley Yan (2)
- Bab 45 Siapa Yang Istrimu? Lepaskan! (1)
- Bab 45 Siapa Yang Istrimu? Lepaskan! (2)
- Bab 46 Aku Tidak Punya Teman Seperti Kamu (1)
- Bab 46 Aku Tidak Punya Teman Seperti Kamu (2)
- Bab 47 Tidakkah Pria, Akan Tahu Jika Sudah Mencoba? (1)
- Bab 47 Tidakkah Pria, Akan Tahu Jika Sudah Mencoba? (2)
- Bab 48 Kemarahan (1)
- Bab 48 Kemarahan (2)
- Bab 49 Konflik Pecah (1)
- Bab 49 Konflik Pecah (2)
- Bab 49 Konflik Pecah (3)
- Bab 50 Suka? Ambil Saja Untukmu! (1)
- Bab 50 Suka? Ambil Saja Untukmu! (2)
- Bab 51 Buku Nikah (1)
- Bab 51 Buku Nikah (2)
- Bab 51 Buku Nikah (3)
- Bab 52 Menjadi seorang ayah! (1)
- Bab 52 Menjadi seorang ayah! (2)
- Bab 52 Menjadi seorang ayah! (3)
- Bab 53 Berada Dalam Berkah Tapi Tidak Merasa Berkah (1)
- Bab 53 Berada Dalam Berkah Tapi Tidak Merasa Berkah (2)
- Bab 53 Berada Dalam Berkah Tapi Tidak Merasa Berkah (3)
- Bab 54 Biarkan dia tidak pernah kembali (1)
- Bab 54 Biarkan dia tidak pernah kembali (2)
- Bab 55 Sakit Perut (1)
- Bab 55 Sakit Perut (2)
- Bab 55 Sakit Perut (3)
- Bab 56 Kepanikan Yang Berlebihan (1)
- Bab 56 Kepanikan Yang Berlebihan (2)
- Bab 57 Siapa Yang Melakukannya? (1)
- Bab 57 Siapa Yang Melakukannya? (2)
- Bab 57 Siapa Yang Melakukannya? (3)
- Bab 58 Rasa Yang Tidak Nyaman (1)
- Bab 58 Rasa Yang Tidak Nyaman (2)
- Bab 58 Rasa Yang Tidak Nyaman (3)
- Bab 59 Aku Tidak Ingin Melihatmu Lagi (1)
- Bab 59 Aku Tidak Ingin Melihatmu Lagi (2)
- Bab 59 Aku Tidak Ingin Melihatmu Lagi (3)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (1)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (2)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (3)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (4)
- Bab 61 Jangan Pernah Berpikir Untuk Meninggalkanku (1)
- Bab 61 Jangan Pernah Berpikir Untuk Meninggalkanku (2)
- Bab 62 Kesalahpahaman Harus Dikatakan Dengan Jelas (1)
- Bab 62 Kesalahpahaman Harus Dikatakan Dengan Jelas (2)
- Bab 63 Problema Diantara Suami Dan Istri (1)
- Bab 63 Problema Diantara Suami Dan Istri (2)
- Bab 64 Putriku? Lucu Sekali! (1)
- Bab 64 Putriku? Lucu Sekali! (2)
- Bab 65 Balasan Yang Pantas (1)
- Bab 65 Balasan Yang Pantas (2)
- Bab 66 Aku Akan Melahirkan (1)
- Bab 66 Aku Akan Melahirkan (2)
- Bab 67 Seorang Tuan Muda Kecil (1)
- Bab 67 Seorang Tuan Muda Kecil (2)
- Bab 68 Bibit Siapa Sebenarnya (1)
- Bab 68 Bibit Siapa Sebenarnya (2)
- Bab 69 Menjadi Abu (1)
- Bab 69 Menjadi Abu (2)
- Bab 70 Tinggalkan Dia (1)
- Bab 70 Tinggalkan Dia (2)
- Bab 71 Bisa Percaya pada Siapa lagi? (1)
- Bab 71 Bisa Percaya pada Siapa lagi? (2)
- Bab 71 Bisa Percaya pada Siapa lagi? (3)
- Bab 72 Kakak, Ibu (1)
- Bab 72 Kakak, Ibu (2)
- Bab 72 Kakak, Ibu (3)
- Bab 73 Ibu, Untukmu (1)
- Bab 73 Ibu, Untukmu (2)
- Bab 74 Menjadi Ibu Untuknya (1)
- Bab 74 Menjadi Ibu Untuknya (2)
- Bab 74 Menjadi Ibu Untuknya (3)
- Bab 75 Cappuccino? Apakah Ini Kebetulan? (1)
- Bab 75 Cappuccino? Apakah Ini Kebetulan? (2)
- Bab 76 Apa Ini Juga Sebuah Kebetulan? (1)
- Bab 76 Apa Ini Juga Sebuah Kebetulan? (2)
- Bab 77 Istriku Benarkah Ini Dirimu? (1)
- Bab 77 Istriku Benarkah Ini Dirimu? (2)
- Bab 78 Kamu Adalah Duniaku (1)
- Bab 78 Kamu Adalah Duniaku (2)
- Bab 79 Stanley Yan Datang Berkunjung (1)
- Bab 79 Stanley Yan Datang Berkunjung (2)
- Bab 80 Dia Seakan Telah Kembali! (1)
- Bab 80 Dia Seakan Telah Kembali! (2)
- Bab 81 Tanda Lahir (1)
- Bab 81 Tanda Lahir (2)
- Bab 82 Apa Yang Akan Kamu Lakukan Padanya? (1)
- Bab 82 Apa Yang Akan Kamu Lakukan Padanya? (2)
- Bab 83 Kebencian Tak Beralasan (1)
- Bab 83 Kebencian Tak Beralasan (2)
- Bab 84 Teman Lama Yang Saling Bertemu Namun Tidak Saling Mengenal (1)
- Bab 84 Teman Lama Yang Saling Bertemu Namun Tidak Saling Mengenal (2)
- Bab 85 Mengkhawatirkannya (1)
- Bab 85 Mengkhawatirkannya (2)
- Bab 86 Mengikuti Permainannya (1)
- Bab 86 Mengikuti Permainannya (2)
- Bab 87 Yesi Mo Adalah Angie Qin, Kalau Begitu Siapa Dia? (1)
- Bab 87 Yesi Mo Adalah Angie Qin, Kalau Begitu Siapa Dia? (2)
- Bab 88 Dia Tidak Memiliki Masa Lalu (1)
- Bab 88 Dia Tidak Memiliki Masa Lalu (2)
- Bab 89 Rahasia Mereka (1)
- Bab 89 Rahasia Mereka (2)
- Bab 90 Yesi Mo, Kamulah Angie Qin Yang Sebenarnya (1)
- Bab 90 Yesi Mo, Kamulah Angie Qin Yang Sebenarnya (2)
- Bab 91 Di Saat Terdesak, Ingatan Masa Lalu Hidup Kembali! (1)
- Bab 91 Di Saat Terdesak, Ingatan Masa Lalu Hidup Kembali! (1)
- Bab 92 Aku Tidak Setuju (1)
- Bab 92 Aku Tidak Setuju (2)
- Bab 93 Menikah Denganku, Dia akan Kulepaskan (1)
- Bab 93 Menikah Denganku, Dia akan Kulepaskan (2)
- Bab 94 Undangan Pernikahan (1)
- Bab 94 Undangan Pernikahan (2)
- Bab 95 Sudah Terlambat untuk Menyesalinya (1)
- Bab 95 Sudah Terlambat untuk Menyesalinya (2)
- Bab 96 Selalu Akan Ada Pertemuan Kembali Setelah Perpisahan (1)
- Bab 96 Selalu Akan Ada Pertemuan Kembali Setelah Perpisahan (2)
- Bab 97 Nenek Luar Kakek Luar Bukan Orang Lain (1)
- Bab 97 Nenek Luar Kakek Luar Bukan Orang Lain (2)
- Bab 98 Susah Dikatakan (1)
- Bab 98 Susah Dikatakan (2)
- Bab 99 Istri, Aku Yang Dibohongimu Sangat Menderita (1)
- Bab 99 Istri, Aku Yang Dibohongimu Sangat Menderita (2)
- Bab 100 Rico Mu, Kamu Pantas Mati (1)
- Bab 100 Rico Mu, Kamu Pantas Mati (2)
- Bab 101 Pertukaran Identitas, Mengorbankan Diri Untuk Orang Lain (1)
- Bab 101 Pertukaran Identitas, Mengorbankan Diri Untuk Orang Lain (2)
- Bab 102 Satu Keluarga Berkumpul (1)
- Bab 102 Satu Keluarga Berkumpul (2)
- Bab 103 Rico Mu Datang Mencari (1)
- Bab 103 Rico Mu Datang Mencari (2)
- Bab 104 Kesempatan Yang Diambil Sia-sia (1)
- Bab 104 Kesempatan Yang Diambil Sia-sia (2)
- Bab 105 Dijebak (1)
- Bab 105 Dijebak (2)
- Bab 106 Terbongkar (1)
- Bab 106 Terbongkar (2)
- Bab 107 Pertarungan Dua Wanita (1)
- Bab 107 Pertarungan Dua Wanita (2)
- Bab 108 Undangan Dengan Niat Buruk (1)
- Bab 108 Undangan Dengan Niat Buruk (2)
- Bab 109 Yang Lebih Peduli, Lebih Menderita (1)
- Bab 109 Yang Lebih Peduli, Lebih Menderita (2)
- Bab 110 Dia Bisa Menyerah? (1)
- Bab 110 Dia Bisa Menyerah? (2)
- Bab 111 Tidak Bisa Tersingkir (1)
- Bab 111 Tidak Bisa Tersingkir (2)
- Bab 112 Cengkeraman Dia (1)
- Bab 112 Cengkeraman Dia (2)
- Bab 113 Kamu Barang Palsu Ini (1)
- Bab 113 Kamu Barang Palsu Ini (2)
- Bab 114 Siapa yang Mengancam Siapa? (1)
- Bab 114 Siapa yang Mengancam Siapa? (2)
- Bab 115 Selesai Sudah (1)
- Bab 115 Selesai Sudah (2)
- Bab 116 Berita Kematian (1)
- Bab 116 Berita Kematian (2)
- Bab 117 Kebetulan? Siapa Percaya (1)
- Bab 117 Kebetulan? Siapa Percaya (2)
- Bab 118 Tunggu Sebentar (1)
- Bab 118 Tunggu Sebentar (2)
- Bab 119 Salah Sendiri (1)
- Bab 119 Salah Sendiri (2)
- Bab 120 Tidak Ada Hal Buruk yang Terjadi sejak Perpisahan (1)
- Bab 120 Tidak Ada Hal Buruk yang Terjadi sejak Perpisahan (2)
- Bab 121 Pendatang Yang Buruk (1)
- Bab 121 Pendatang Yang Buruk (2)
- Bab 122 Ini Hanya Permulaan (1)
- Bab 122 Ini Hanya Permulaan (2)
- Bab 122 Ini Hanya Permulaan (3)
- Bab 123 Memikat Musuh Keluar Dari Markas (1)
- Bab 123 Memikat Musuh Keluar Dari Markas (2)
- Bab 123 Memikat Musuh Keluar Dari Markas (3)
- Bab 124 Bencana Stanley Yan (1)
- Bab 124 Bencana Stanley Yan (2)
- Bab 124 Bencana Stanley Yan (3)
- Bab 125 Keputusan Yesi Mo (1)
- Bab 125 Keputusan Yesi Mo (2)
- Bab 125 Keputusan Yesi Mo (3)
- Bab 126 Tertangkap Basah (1)
- Bab 126 Tertangkap Basah (2)
- Bab 126 Tertangkap Basah (3)
- Bab 127 Kenyataan sangat Kejam (1)
- Bab 127 Kenyataan sangat Kejam (1)
- Bab 127 Kenyataan sangat Kejam (3)
- Bab 128 Kebaikan yang Tak Terlupakan (1)
- Bab 128 Kebaikan yang Tak Terlupakan (2)
- Bab 128 Kebaikan yang Tak Terlupakan (3)
- Bab 129 Roh Gentayangan di Kolam (1)
- Bab 129 Roh Gentayangan di Kolam (2)
- Bab 129 Roh Gentayangan di Kolam (3)
- Bab 130 Melewati Batas (1)
- Bab 130 Melewati Batas (2)
- Bab 130 Melewati Batas (3)
- Bab 131 Membalas Peach Dengan Plum (1)
- Bab 131 Membalas Peach Dengan Plum (2)
- Bab 131 Membalas Peach Dengan Plum (3)
- Bab 132 Orang Yang Terdesak Akan Melakukan Apapun (1)
- Bab 132 Orang Yang Terdesak Akan Melakukan Apapun (2)
- Bab 132 Orang Yang Terdesak Akan Melakukan Apapun (3)
- Bab 133 Setiap Rencana Jahat (1)
- Bab 133 Setiap Rencana Jahat (2)
- Bab 134 Menginginkan Uang Dan Lebih Menginginkan Nyawa (1)
- Bab 134 Menginginkan Uang Dan Lebih Menginginkan Nyawa (2)
- Bab 134 Menginginkan Uang Dan Lebih Menginginkan Nyawa (3)
- Bab 135 Harga Sebuah Keserakahan (1)
- Bab 135 Harga Sebuah Keserakahan (2)
- Bab 135 Harga Sebuah Keserakahan (3)
- Bab 136 Benar, Memang Sedang Mempermainkannya (1)
- Bab 136 Benar, Memang Sedang Mempermainkannya (2)
- Bab 136 Benar, Memang Sedang Mempermainkannya (3)
- Bab 137 Sebuah Tamparan Untuknya (1)
- Bab 137 Sebuah Tamparan Untuknya (2)
- Bab 137 Sebuah Tamparan Untuknya (3)
- Bab 138 Kabar dari Stanley Yan (1)
- Bab 138 Kabar dari Stanley Yan (2)
- Bab 138 Kabar dari Stanley Yan (3)
- Bab 139 Dia Ternyata sudah melamarnya (1)
- Bab 139 Dia Ternyata sudah melamarnya (2)
- Bab 139 Dia Ternyata sudah melamarnya (3)
- Bab 140 Berubah Pikiran (1)
- Bab 140 Berubah Pikiran (2)
- Bab 140 Berubah Pikiran (3)
- Bab 141 Itu Adalah Dia! (1)
- Bab 141 Itu Adalah Dia! (1)
- Bab 141 Itu Adalah Dia! (3)
- Bab 142 Tidak Peduli Akan Apapun Juga Untuk Melindunginya (1)
- Bab 142 Tidak Peduli Akan Apapun Juga Untuk Melindunginya (2)
- Bab 142 Tidak Peduli Akan Apapun Juga Untuk Melindunginya (3)
- Bab 143 Tidak Sabar (1)
- Bab 143 Tidak Sabar (2)
- Bab 143 Tidak Sabar (3)
- Bab 144 Tidak Bisa Menghindar dari Musuh (1)
- Bab 144 Tidak Bisa Menghindar dari Musuh (2)
- Bab 145 Di Bawah Atap yang Sama (1)
- Bab 145 Di Bawah Atap yang Sama (2)
- Bab 145 Di Bawah Atap yang Sama (3)
- Bab 146 Stanley Miliknya (1)
- Bab 146 Stanley Miliknya (2)
- Bab 146 Stanley Miliknya (3)
- Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (1)
- Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (2)
- Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (3)
- Bab 148 Retribusi (1)
- Bab 148 Retribusi (2)
- Bab 148 Retribusi (3)
- Bab 149 Kejam (1)
- Bab 149 Kejam (2)
- Bab 149 Kejam (3)
- Bab 150 Menikah! Mana Mungkin? (1)
- Bab 150 Menikah! Mana Mungkin? (2)
- Bab 150 Menikah! Mana Mungkin? (3)
- Bab 151 Bagaimana Mungkin Ia Tega Mengkhianati Keluarga Ini? (1)
- Bab 151 Bagaimana Mungkin Ia Tega Mengkhianati Keluarga Ini? (2)
- Bab 151 Bagaimana Mungkin Ia Tega Mengkhianati Keluarga Ini? (3)
- Bab 152 Siapa Yang Bisa Memahami Rasa Sakitnya? (1)
- Bab 152 Siapa Yang Bisa Memahami Rasa Sakitnya? (2)
- Bab 152 Siapa Yang Bisa Memahami Rasa Sakitnya? (3)
- Bab 153 Semua Lancar (1)
- Bab 153 Semua Lancar (2)
- Bab 153 Semua Lancar (3)
- Bab 154 Gali Lubang, Tutup Lubang (1)
- Bab 154 Gali Lubang, Tutup Lubang (2)
- Bab 154 Gali Lubang, Tutup Lubang (3)
- Bab 155 Jebakan Andrew Ling (1)
- Bab 155 Jebakan Andrew Ling (2)
- Bab 155 Jebakan Andrew Ling (3)
- Bab 156 Ia Pernah Menyelamatkanku (1)
- Bab 156 Ia Pernah Menyelamatkanku (2)
- Bab 157 Melindunginya (1)
- Bab 157 Melindunginya (2)
- Bab 158 Berkah Setelah Kemalangan Untuk Stanley Yan (1)
- Bab 158 Berkah Setelah Kemalangan Untuk Stanley Yan (2)
- Bab 159 Tunggu Aku Kembali (1)
- Bab 159 Tunggu Aku Kembali (2)
- Bab 160 Di Luar Kendali (1)
- Bab 160 Di Luar Kendali (2)
- Bab 161 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja
- Bab 162 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja (2)
- Bab 163 Ada Aku di Sini/ Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja (2)
- Bab 164 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja (3)
- Bab 165 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja
- Bab 166 Rencana yang Telah Gagal
- Bab 167 Jangan Tinggalkan Aku/ Ucapan Cinta Semalam Berubah Menjadi Akhir Dunia
- Bab 168 Pengurus Rumah
- Bab 169 Bebas
- Bab 170 Mengapa Mereka Juga Datang?
- Bab 171 Ia Selalu Disini
- Bab 172 Kamu Tidak Bisa Membohongiku
- Bab 173 Apa Aku Melakukan Kesalahan?
- Bab 174 Kesalahan Yang Jelas
- Bab 175 Tunggu Aku
- Bab 176 Akhir Yang Luar Biasa (Awal)
- Bab 177 Akhir Yang Luar Biasa (Tengah)
- Bab 178 Akhir Yang Luar Biasa (Akhir)