Unlimited Love - Bab 146 Stanley Miliknya (2)

Melihat Vivian Luo yang kembali menyenderkan kepalanya, Stanley Yan pun merasa tidak berdaya untuk sesaat. Ia lalu mendorong kepalanya menjauh dengan perlahan dan berujar, “Vivian, di luar terlalu panas. Bagaimana kalau kita pulang saja?”

“Baiklah, kita pulang ke rumah. Aku akan menyuruh orang untuk memasak, supaya kita bisa makan enak dan puas.”

Rupa Vivian Luo yang girang ini terlihat seperti anak kecil, ia lalu bangkit berdiri dan tanpa bicara apapun langsung menarik Stanley Yan pergi.

Stanley Yan pun hanya bisa tersenyum getir. Awalnya ia berpikir agar mereka berdua berpisah disini dan pulang ke rumah masing-masing. Siapa sangka ternyata Vivian Luo malah salah paham.

Stanley Yan bermaksud menjelaskan, namun akhirnya membatalkan niatnya setelah berpikir ulang.

Ketika jam makan siang sudah tiba, Jennie Bai yang melihat bahwa Stanley Yan belum pulang pun bermaksud untuk meneleponnya namun keburu dihentikan oleh Yesi Mo.

“Kakak ipar, apa yang kamu lakukan?” Jennie Bai mengangkat kepalanya dan bertanya penasaran.

“Apa yang kamu lakukan?” Yesi Mo balas bertanya sambil tersenyum

“Menelepon Felix. Sekarang sudah jam berapa, tapi pria ini belum juga pulang. Apa ia tidak ingin makan?”

“Aku sarankan lebih baik jangan menelponnya. Kamu jangan lupa ia keluar untuk menemui siapa.” Melihat respon Jennie Bai, Yesi Mo pun tersenyum dan melanjutkan, “Sekarang ia adalah tunangan Vivian. Aku rasa ia tidak akan kembali malam ini. Apa hatimu merasakan perasaan tertentu dengan begini?”

“Perasaan apa?” Jennie Bai bertanya kaget.

“Menurutmu?” Yesi Mo balik bertanya sambil tersenyum.

“Kakak ipar, aku baru menyadari sepertinya kamu kurang kerjaan. Daritadi hanya mengolok-olokku.”

Jennie Bai menatap Yesi Mo dengan tatapan tidak senang, sedangkan Yesi Mo hanya menggeleng tidak berdaya, “Yang menonton malah lebih bersemangat daripada yang terlibat. Sudahlah, ini masalahmu. Aku tidak ikut campur lagi.”

Stanley Yan tidak menginap di rumah keluarga Luo dan kembali ke rumah keluarga Yan saat tengah malam. Ia baru saja masuk ke ruang tamu ketika kebetulan melihat Yesi Mo yang sedang mematikan televisi dan bersiap untuk naik ke atas. Ia segera menyapanya, “Presdir Mo, kenapa sudah selarut ini belum tidur?”

“Aku baru saja mau tidur. Lalu kenapa kamu pulang?”

“Tentu saja aku pulang untuk beristirahat. Sekarang sudah begitu larut, bukan?” Stanley Yan balas bertanya sambil tertawa.

“Maksudku bukan begitu. Maksudku, kamu tidak menghabiskan malam ini dengan tunanganmu?”

Stanley Yan menggeleng pelan, membuat Yesi Mo menaikkan alisnya dan mengerutkan bibirnya dengan tidak percaya, “Aku benar-benar tidak bisa memahami kalian. Sudah larut, istirahatlah lebih cepat.”

Melihat punggung Yesi Mo, Stanley Yan pun secara otomatis menaikkan alisnya. Ia teringat akan kejadian kemarin malam dan berbisik pada dirinya sendiri dengan ragu, “Jangan-jangan ia belum tidur saat sudah selarut ini itu karena ia sedang menungguku?”

Kenyataannya, memang Yesi Mo belum tidur saat selarut ini karena ia sedang menunggu Stanley Yan. Tapi di saat yang bersamaan, ia juga tidak sedang menunggunya.

Stanley Yan sekarang adalah Felix Lu, sedangkan yang Yesi Mo tunggu adalah Stanley Yan yang sudah menghilang selama enam bulan.

Setelah kembali selama beberapa hari terakhir ini, Yesi Mo selalu menunggu di ruang tamu hingga pukul 12 malam. Lebih dari sekali, ia membayangkan bahwa pada suatu malam, Stanley Yan tiba-tiba membuka pintu dan berjalan masuk lalu berujar padanya, “Sisi, aku pulang.”

Tapi, setiap hari pula Yesi Mo hanya mendapatkan kekecewaan. Walaupun hampir tidak ada kemungkinan untuk terjadi hal seperti ini, Yesi Mo tetap tidak ingin mengubah kebiasaannya itu.

Keesokan paginya, Yesi Mo baru saja ingin naik ke atas setelah sarapan ketika Stanley Yan tiba-tiba memanggilnya.

“Ada apa?” Yesi Mo menoleh dan bertanya.

“Begini, Presdir Mo... Tunanganku ingin bertemu denganku, jadi aku tidak tahu...” Awalnya Stanley Yan ingin bertanya apakah ini membuatnya tidak nyaman, namun belum sempat ia menyelesaikan ucapannya, Yesi Mo langsung menyahut, “Baiklah.”

Melihat Yesi Mo yang langsung melesat ke atas, Stanley Yan pun melihat ke arah Jennie Bai dengan penasaran dan bertanya, “Manajer Bai, kenapa Presdir Mo begitu terburu-buru? Apa terjadi sesuatu?”

“Ah tidak, kakak ipar hanya naik ke atas untuk melakukan panggilan video dengan Didi.” Jennie Bai menjawab santai.

“Siapa itu Didi?”

“Putra kakak ipar dan kakakku.”

“Oh, begitu. Tapi, bukankah sekarang masih terlalu pagi untuk mengobrol lewat video? Sekarang baru pukul delapan lebih sedikit, apakah putra Presdir Mo bangun sepagi ini?”

“Bangun? Mereka bahkan belum tidur.”

“Apa? Belum tidur? Semalaman tidak tidur?”

Saat itulah Jennie Bai baru menyadari bahwa Stanley Yan sama sekali tidak tahu kondisinya. Ia pun menjelaskan sambil tersenyum, “Didi ada di Amerika. Disana, sekarang langit baru saja menggelap.”

Stanley Yan tiba-tiba menyadari apa yang terjadi dan ia tidak bertanya apapun lagi. Ia lalu pamit pada Jennie Bai dan pergi ke ruang tamu, mengeluarkan ponselnya dan menelepon Vivian Luo untuk menanyakan keberadaannya.

Di kamar atas, Yesi Mo menatap wajah Didi di layar komputer dan mengobrol dengannya. Mereka sudah mengobrol selama dua tiga jam dan Yesi Mo menyadari bahwa waktu di Amerika sana sudah pukul 11 malam. Yesi Mo pun ingin segera menyudahi panggilan video itu.

Didi yang berada di ujung sana dengan cepat menyahut, “Ibu, tunggu dulu.”

“Ada apa, Didi?”

“Ibu, sekarang sedang libur musim panas. Apa ibu bisa membawaku pergi bertemu ayah? Sudah enam bulan aku tidak bertemu ayah, aku sangat rindu padanya.”

Hati Yesi Mo sangat sakit mendengarnya, namun ia masih bisa berpura-pura tersenyum dan berkata, “Didi anak baik, ayah sangat sibuk dengan pekerjaannya. Meskipun ibu membawa Didi pergi bertemu, tapi belum tentu juga Didi bisa bertemu dengan ayah. Bagaimana kalau Didi sabar saja menunggu? Tunggu sampai ayah sudah menyelesaikan pekerjaannya, ia pasti akan datang menemui Didi.”

Entah sudah keberapa kalinya Yesi Mo mengatakan kebohongan itu. Ketika Didi menjadi keras kepala dan bersikeras untuk bertemu Stanley Yan, ia kembali mengulangi perkataan itu. Didi hanyalah anak kecil, sehingga sangat mudah membujuknya. Walaupun setiap kali harus menelan kekecewaan dan tidak terlihat begitu senang, untung saja tetap tidak ada masalah apapun yang muncul.

Yesi Mo berpikir kali ini ia bisa membujuk Didi lagi. Ia tidak menyangka Didi malah sama sekali tidak setuju dan merengek memintanya untuk membawanya pergi menemui Stanley Yan.

Yesi Mo membujuk untuk waktu yang sangat lama, Katty Yun yang berada di ujung sana juga membantunya membujuk Didi. Membutuhkan usaha yang sangat besar untuk menenangkan Didi kembali.

“Ibu, kalau begitu kapan aku bisa bertemu ayah? Aku benar-benar sangat merindukannya.”

Didi merengek dan ia bertanya dengan wajah yang terlihat menyedihkan.

“Ibu juga tidak tahu soal itu. Bagaimana kalau kapan-kapan saat ayah menelepon Didi, Didi menanyakannya sendiri pada ayah?”

“Oh... Baiklah... Kalau begitu, sampai jumpa, ibu. Didi tidur dulu.”

“Anakku sayang, selamat malam.”

Melihat layar panggilan video yang berubah menjadi gelap, barulah Yesi Mo menghela napas. Ia baru menyadari betapa punggungnya berkeringat gugup sampai membasahi pakaiannya.

Yesi Mo sudah menyembunyikan perihal Stanley Yan dari Didi selama lebih dari setengah tahun. Ketika barusan Didi merengek memintanya membawanya pergi menemui Stanley Yan, firasat Yesi Mo mengatakan bahwa ia tidak bisa lebih lama lagi menyembunyikan hal ini dari putranya.

Tapi, Yesi Mo benar-benar tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi begitu Didi tahu bahwa ayahnya menghilang dan tidak kunjung ditemukan selama setengah tahun...

Apa yang harus kulakukan? Pikir Yesi Mo tak henti dalam hati, namun ia tidak terpikirkan satu cara pun.

Jennie Bai lalu datang mengetuk pintu, membuat Yesi Mo tersadar dari dilemanya. Melihat Jennie Bai yang membuka pintu dan berjalan masuk, Yesi Mo pun bertanya penasaran, “Kenapa kamu kesini?”

“Tentu saja untuk memanggilmu turun makan. Coba lihat sekarang sudah jam berapa, aku sudah kelaparan.” Jennie Bai lalu mengernyitkan alisnya, “Kakak ipar, apa yang sedang kamu pikirkan barusan? Kenapa baru menjawab setelah aku mengetuk lama sekali?”

“Aku barusan sedang berpikir...” Yesi Mo ragu sesaat sebelum berujar, “Bagaimana aku bisa meyakinkan Didi bahwa kakakmu masih hidup dan sekarang masih melakukan perjalanan bisnis di Afrika.”

“Situasi macam apa ini? Maksudmu, Didi sekarang curiga?” Jennie Bai bertanya terkejut, “Tidak mungkin. Mana mungkin Didi yang baru berusia lima tahun bisa begitu?”

“Aku juga tidak tahu, tapi aku punya semacam firasat yang sangat buruk. Jennie, menurutmu apa yang harus aku lakukan sekarang?”

Yesi Mo bertanya pada Jennie Bai dengan raut wajah getir.

Jennie Bai berpikir serius sejenak lalu berujar, “Sebenarnya, caranya mudah saja. Tergantung apakah kakak ipar bisa mau menerimanya atau tidak.”

Melihat Yesi Mo yang menatap bingung padanya, Jennie Bai menggelengkan kepalanya sambil tersenyum lalu duduk di pinggir ranjang. Dengan suara pelan berkata, “Kalau aku tidak salah ingat, bukankah kakak ipar sudah menemukan seseorang yang suaranya sangat mirip dengan kakak untuk menelepon Didi secara berkala?”

“Memang.” Yesi Mo mengangguk, “Kalau tidak, tidak mungkin bisa menyembunyikan masalah semacam ini dari Didi untuk waktu yang lama.”

Yesi Mo belum sempat menyelesaikan ucapannya, namun sebuah pikiran pun terbersit dalam benaknya dan raut wajahnya berubah, “Tunggu, maksudmu...”

“Ya, memang begitu maksudku.”

“Tidak boleh, sama sekali tidak boleh. Aku tidak setuju.”

Novel Terkait

Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu