Unlimited Love - Bab 144 Tidak Bisa Menghindar dari Musuh (1)

Bagi lelaki normal mana pun, yang dikatakan Vivian Luo tidak bisa lebih jelas lagi, memiliki arti nakal.

Stanley Yan berkedip, bak seekor singa yang kelaparan karena sudah lama tidak makan dan secara tiba-tiba melihat seekor buruan yang sedap di hadapannya.

Vivian Luo terkejut dengan tatapan mata Stanley Yan, dia belum pernah melihatnya seperti itu, tanpa disadarinya, dia mundur beberapa langkah dan mulai melepaskan Stanley Yan. Dia ketakutan.

Walaupun Vivian Luo sudah tidak muda lgi, tapi karena pendidikan rumahnya, sampai sekarang dia belum pernah mencicipi buah terlarang. Dia diam-diam merasa ketakutan dan di saat yang bersamaan merasa tidak sabar.

Tak selang berapa lama, hubungannya dengan Stanley Yan akan mencapai ke tahap tertingginya, dan saat itu tiba, dia tidak perlu khawatir Stanley Yan akan direbut darinya lagi, tidak perlu khawatir Stanley Yan akan meninggalkannya.

Vivian Luo tidak mengerti masa lalu Stanley Yan, tapi setelah setengah tahun bersamanya, dia sudah mendapat garis besar sifat-sifatnya.

Bahkan saat dia mengingat semuanya, saat dia bukan lagi Felix Lu dan berubah menjadi orang lain, semua ini tidak akan merubah pikirannya.

Faktanya, Stanley Yan sekarang adalah Felix Lu, selanjutnya dia hanya bisa menjadi Felix Lu, dia tidak mungkin lagi berubah menjadi orang lain.

Walaupun demikian, mengapa Vivian Luo masih tidak merasa tenang untuk memberikan dirinya seutuhnya kepadanya?

Melihat Stanley Yan yang sudah mulai terlihat ganas, dan tidak sabar untuk melahapnya, Vivian Luo memejamkan matanya perlahan, dari sudut matanya terbesit senyum suka cita, mulai dari Stanley Yan merobek busananya......

Vivian Luo dapat merasakan desiran udara dingin. Tapi darah di dalam tubuhnya yang mengalir dengan derasnya perlahan membuat rasa dingin itu menghilang, sampai tidak terasa sama sekali. Kedua tangan Vivian Luo mencengkram sprei tempat tidurnya dengan erat sambil menunggu serangan Stanley Yan yang buas itu.....

Yang Vivian Luo bayangkan semuanya sangat sempurna, tapi kenyataan yang terjadi sangatlah mengerikan.

Rencana yang disusunnya dirusak orang, tepatnya oleh dua orang pengawal wanita di rumahnya.

Vivian Luo mendadak merasa tubuhnya menjadi ringan, saat dia membuka matanya, dia melihat selembar kain sedang direntangkan ke atas tubuhnya.

Ketika tubuhnya yang halus itu dibungkus, dia juga melihat Stanley Yan yang sudah tergolek pingsan tidak jauh darinya.

"Keluar, semua keluar. "

Vivian Luo secara terus-menerus memaki dan berteriak pada pengawal wanita itu. Tapi yang diteriakinya, tidak mengatakan apa-apa, seakan tidak bisa mendengar yang dia teriakan. Salah seorang dari mereka menggulung badan Vivian Luo di dalam selimut erat-erat, yang lainnya, menggunakan seutas tali mengikatnya bersama dengan Stanley Yan.

"Apa yang sedang kalian lakukan? Lepaskan dia, pergi, "Vivian Luo berteriak dengan parau, meronta, tapi sama sekali tidak membuat perubahan, "Apa kalian tuli? Tidak dengar apa yang aku katakan? Pergi, aku suruh kalian pergi. "

"Apa sudah cukup? "

Melihat Vivian Luo meronta semakin liar, dan berteriak semakin keras, Maxim Luo berjalan masuk dengan wajah muram, di belakangnya kepala pelayan mengikuti dengan hati-hati.

Di dunia ini satu-satunya yang Vivian Luo paling takutkan adalah Maxim Luo.

Walau tampaknya, biasanya Maxim Luo sangat memanjakannya, tapi menghadapi rengekannya, Maxim Luo sungguh tegas. Maxim Luo hanya perlu memandangnya dengan tajam dan Vivian Luo sudah kehilangan keberanian untuk maju berperang.

Tapi demi mempertahankan Stanley Yan, Vivian Luo masih saja memberanikan diri untuk bernegosiasi dengan Maxim Luo.

"Ayah, aku tidak ribut. Apa ayah bisa menyuruh mereka keluar? Urusanku belum selesai. "

"Belum selesai? Apa kamu sadar apa yang sedang kamu katakan? Apa kamu menyadari apa yang sedang kamu perbuat? "Maxim Luo mendengus dengan marah, kemudian menyuruh kepala pelayannya untuk mengambilkannya kursi dan duduk.

"Aku tahu apa yang aku katakan. Aku juga mengerti apa yang sedang aku perbuat. Ayah, aku sudah dewasa, bukan anak kecil yang tidak tahu apa-apa lagi. Tolong ayah jangan ikut campur dengan urusanku. "

"Jangan ikut campur? "Maxim Luo mendengus lagi, dia marah sampai bibirnya bergetar tidak terhenti, "Kamu memang sudah dewasa, sayapmu sudah cukup kuat untuk membawamu terbang. Tapi ayah beritahu, bagaimanapun juga kamu adalah anak perempuanku, semua urusanmu, aku berhak mencampuri. Kamu ingin aku untuk tidak mencampuri urusanmu, boleh, lakukan sesuatu yang bisa diandalkan. Tunjukan padaku apa yang bisa kamu lakukan? "

Menunjuk Stanley Yan yang tubuhnya mulai memerah dan masih dalam keadaan pingsan itu, nada bicara Maxim Luo tanpa sadar bertambah keras.

"Hal sehina ini pun kamu bersedia melakukannya, kalau sampai hal seperti ini bocor keluar, kamu mau meletakan muka ayah di mana? " Maxim Luo berkata demikian sambil tangannya menepuk wajahnya perlahan.

"Asalkan orang yang ada di sini sekarang tidak mengatakan apa-apa, orang-orang lain tidak akan...... "tahu.

"Cukup! Kamu mungkin sudah tidak tahu malu, tapi aku masih perlu muka. Aku beritahu, selama aku masih hidup, behati-hatilah dalam bertindak, kalau sampai aku mendapati kamu berbuat seperti hari ini lagi, aku tidak akan menganggapmu sebagai anaku lagi. "Maxim Luo bangkit berdiri sambil melotot dengan sadis pada Vivian Luo, memelototinya sampai dia tidak berani mengangkat wajahnya.

"Bawa dia pergi. "Maxim Luo beranjak pergi dari situ sambil memberi perintah pada kedua orang pengawal wanita itu.

"Ayah, ayah mau membawanya ke mana? "Vivian Luo mengangkat kepalanya tiba-tiba, lalu memohon padanya, "Ayah, jangan bawa dia pergi. Aku mohon, jangan sakiti dia. Ini semua salahku, akulah yang..... "

Melihat anak perempuannya memohon seperti itu, hati Maxim Luo juga terasa tidak enak.

Dia memejamkan matanya, menarik nafas panjang, kemudian berkata, "Tenang saja, aku tidak akan melakukan apa-apa padanya. Di mata orang banyak, dia ini adalah calon menantuku. Tapi...... "

"Tapi apa? "Vivian Luo menegang, dia menatap wajah tanpa ekspresi Maxim Luo itu.

"Besok dia harus tinggal di luar. Mulai dari sekarang sampai hari pernikahan kalian berdua, kalian tidak boleh bertemu empat mata, lebih-lebih berduaan di dalam kamar. "

Maxim Luo tidak bisa dibilang berhenti membencinya, tapi ini semua telah menggagalkan semua rencana Vivian Luo.

Vivian Luo menatap ayahnya dengan bengong dan tidak percaya.

Sampai Maxim Luo beranjak pergi dari situ, Vivian Luo baru tersadar kembali, dia melepaskan ikatannya, dan mengejarnya keluar. Dia mengejar sampai ke ruang baca Maxim Luo. Mereka berbincang cukup lama. Akhirnya, Vivian Luo tidak juga berhasil untuk merubah pikiran ayahnya, sehingga dia hanya bisa pulang ke kamarnya sambil menggerutu.

Di ujung koridor lantai dua, di mana kamar mandi dan kamar tamu yang ditempati Stanley Yan berada, Stanley Yan yang terbungkus seperti lontong terbaring di dalam bath-up yang penuh dengan air dingin, wajahnya yang sudah mulai lusuh itu masih terus meneteskan air.

Tidak jauh dari situ, dua orang pengawal pria menjaganya, sepanjang malam Stanley Yan disiksa tanpa henti. Semua itu berakhir setelah matahari mulai tampak di ufuk timur.

Dia tidak mengucapkan apa-apa sejak dia sadar, walaupun dia ingin membuka mulutnya, tapi dia menahan semuanya itu.

"Lepaskan aku. "

Stanley Yan yang mulai gemetar akhirnya membuka mulut, sekujur tubuhnya yang sepanjang malam basah sudah mulai berkerut, tapi sorot matanya masih tetap tajam.

Seorang pengawal menghampirinya dan memeriksanya. Setelah memastikan Stanley Yan sudah benar-benar sadar sepenuhnya, dia baru mengeluarkannya dari bath-up, melepas ikatannya, dan berkata, "Tuan Lu, maafkan kita. Kita hanya menjalankan perintah. "

Bibir Stanley Yan masih gemetar, dia menggelengkan kepalanya dengan kuat, "Aku tidak menyalahkan kalian. Keluarlah, aku akan berganti baju terlebih dulu. "

"Baiklah, kami akan menunggu di luar pintu, kalau ada apa-apa, panggil kami. "

Setelah pengawal itu keluar, Stanley Yan dengan susah payah berjalan terhuyung ke lemari pakaiannya, saat dia membukanya, lemari pakaiannya kosong.

Dia menyapukan pandangannya ke sekeliling ruangan, lalu dia mendapati di atas tempat tidurnya, dua buah koper tergeletak di sana.

Di dalamnya, sudah tertata dengan rapi baju-baju bersih. Selesai bertukar baju, Stanley Yan merasa matanya sangat berat, Stanley Yan baru akan membaringkan diri ke atas tempat tidur dan beristirahat sejenak, ketika terdengar suara ketukan pintu.

Maxim Luo berjalan masuk, dia menyeritkan dahinya dan mengangguk pada Stanley Yan, "Tampaknya, kamu sudah sadar sepenuhnya. Apa kamu tahu apa yang terjadi semalam? "

"Kira-kira. "Stanley Yan mengangguk, "Tuan Luo, terima kasih atas apa yang anda lakukan semalam. "

"Tidak usah berterima kasih. "Maxim Luo menggelengkan kepalanya dengan dingin, "Aku tidak ingin anak perempuanku kehilangan harga dirinya. "

Stanley Yan mengangguk, "Aku paham. "

"Baguslah kalau begitu, aku sudah menyewakan sebuah apartemen untukmu, sebuah apartemen dengan 2 kamar, di situ kamu akan tinggal bersama dengan penyewa yang lain. Sekarang kamu langsung pindah ke sana. Sebelum pernikahanmu dengan Vivivan, aku tidak ingin terjadi hubungan seperti itu di antara kalian berdua. "Maxim Luo mengedipkan matanya, "Sebaiknya kamu ingat baik-baik, kalau kamu tidak bisa mengatur diri, aku hanya bisa mengaturmu, kalau sampai demikian, sebaiknya kamu tidak menyesal. "

Ancaman Maxim Luo dapat terdengar dengan jelas dari perkataannya, tapi Stanley Yan tidak memperdulikannya, dia hanya tersenyum pahit, "Sesungguhnya, aku juga tidak ingin hal seperti itu terjadi. Maka anda tidak usah khawatir. "

"Aku tidak mengkhawatirkanmu, aku mengkhawatirkan Vivian. Aku kira kamu mengerti maksudku. "Setelah berkata demikian, ekspresi Maxim Luo berubah tenang, "Baiklah, kamu sekarang pindahlah ke sana. Aku akan menyuruh orang untuk mengantarmu. "

Dengan kepergian Maxim Luo, dua orang pengawal yang menjaga di luar, berjalan masuk, kemudian membantu Stanley Yan membawakan kopernya.

Saat sampai di lantai bawah, dari kejauhan, dilihatnya Vivian Luo sedang duduk di sofa ruang tamu. Stanley Yan dengan wajah seperti biasa, menyapanya sambil mengangguk, "Selamat pagi Vivian. "

"Felix, selamat pagi. Kejadian semalam...... "Wajah Vivian Luo memerah, dia tertunduk malu, dan berkata, "Maafkan aku, sudah menyakitimu...... "

"Apa yang terjadi semalam? Kenapa aku tidak ingat sama sekali? "

Novel Terkait

The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu