Unlimited Love - Bab 144 Tidak Bisa Menghindar dari Musuh (2)

Stanley Yan berpura-pura melihat Vivian Luo dengan heran, wajahnya kosong.

Vivian Luo tahu dengan jelas alasan Stanley Yan berpura-pura tidak tahu, dia menghela nafas, dan di saat yang bersamaan, dalam hati semakin merasa bersalah padanya.

"Apa kamu sekarang juga akan pindah keluar? Aku akan mengantarmu."

"Tidak usah, kamu beristirahat saja di rumah. Sudah ada mereka yang mengantarku. "Stanley Yan yang wajahnya terlihat kelelahan itu memaksakan sebuah senyum sambil menunjuk dua orang pengawal yang sedang membawakan kopernya.

"Tapi aku ingin mengetahui di mana kamu tinggal, kalau tidak, aku tidak akan tahu ke mana aku harus mencarimu. "

Vivian Luo merengek pada Stanley Yan, matanya memerah.

"Aku ini hanya berpindah tempat tinggal, bukan mati, jangan menangis, nanti akan ditertawakan orang. "Stanley Yan menjulurkan tangannya sambil mencubit pelan hidungnya, "Sudah, kamu di rumah saja. Nanti setelah aku sampai, aku akan membagikan lokasiku. "

Melihat Stanley Yan yang sudah sangat kelelahan itu, Vivian Luo cemberut, namun akhirnya mengangguk.

Sesampainya di tempat tinggal barunya, Stanley Yan membagikan lokasinya pada Vivian Luo, berbaring di atas tempat tidur, lalu tertidur sampai petang, dan bangun ketika dia merasa lapar.

Begitu membuka pintu, aroma harum masakan langsung menusuk hidung Stanley Yan. Di dalam dapur rupanya ada dua orang wanita yang tengah sibuk memasak.

Apa mereka ini adalah teman sekamarku untuk beberapa waktu ini?

Stanley Yan berpikir sambil berjalan mendekat, dia rasa karena hari ini adalah hari pertama dirinya pindah ke situ, dialah yang harus bertegur sapa terlebih dahulu.

Saat dia membuka pintu dapur, dua wanita yang sedang memasak itu menoleh bersamaan ke arahnya, tidak hanya Stanley Yan yang bengong, mereka juga bengong.

"Presdir Mo, Manajer Bai, kalian......kenapa bisa ada di sini? "

Stanley Yan tercengang melihat mereka berdua, dia juga tidak berani mempercayai mereka menjadi teman sekamarnya.

Ini omong kosong macam apa, Yesi Mo dan Manajer Bai mana mungkin semiskin itu sampai perlu tinggal di kamar sewa bersama-sama?

"Jennie tinggal di sini, aku hanya datang kemari untuk bermain. "Yesi Mo menjelaskan sembarangan, dia dengan bingun menatap Stanley Yan lalu menatap Jennie Bai, dia menyeritkan dahinya, "Tuan Lu, kamu bagaimana bisa berada di sini? "

"Aku? Aku tinggal di sini. "Stanley Yan tersenyum sambil menjelaskan.

"Kamu tinggal di sini? Apa kamu yakin? "

Yesi Mo curiga dirinya salah dengar, setelah meyakinkan dirinya beberapa kali, dia baru menyadari semua itu benar.

Kalau sungguh dipikir-pikir, ini semua sungguh seperti sedang dalam mimpi, menjadi calon menantu Maxim Luo, calon suami Vivian Luo, Felix Lu akan terus tinggal di rumah kediaman keluarga Luo, ini sepertinya semua orang yang mengenal Maxim Luo dan Vivian Luo mengetahuinya.

Tapi Felix Lu ternyata pindah ke sini, mengapa?

Apa karena dia sendiri yang berinisiatif untuk pindah keluar, atau karena dia berbuat sesuatu yang membuat Maxim Luo marah, sehingga membuatnya diusir keluar?

Yesi Mo tiba-tiba mulai mencurigai moral lelaki bernama Felix Lu ini, dia curiga apa dia pantas untuk dirinya jadikan asistennya, dilihatnya sorot matanya juga ada perubahan.

"Felix Lu, bukankah kamu sudah baik-baik tinggal di rumah calon istrimu? Kenapa kamu mendadak pindah ke sini? "Jennie Bai bertanya dengan penasaran pada Stanley Yan.

Dia tahu hari ini akan ada orang yang pindah ke situ, tapi dia tidak tahu apakah calon teman sekamar barunya itu lelaki atau perempuan, berumur berapa, seperti apa, toh ketika dia setuju untuk menyewa tempat itu, dia hanya menghubungi penyewa yang sebelumnya melalui media sosial.

Penyewa sebelumnya dengan cepat memberinya uang, dan dalam jumlah yang jauh lebih tinggi dari ekspektasinya. Jennie Bai juga tidak banyak bertanya tentangnya.

Tapi sungguh tidak menyangka dunia ternyata sangatlah kecil, yang pindah ke situ ternyata adalah calon menantu Maxim Luo, calon suami Vivian Luo, asisten Yesi Mo, Felix Lu.

"Aku sedang mengalami hilang ingatan, maka aku ingin tinggal di luar supaya bisa bertemu dengan lebih banyak orang. "

"Sungguh? Bukan karena kamu melakukan sesuatu yang asusila yang membuat Maxim Luo marah dan mengusirmu? "

"Kenapa begitu? "

Stanley Yan mencibir dan terus mencibir.

Dia tidak sebodoh itu dan membeberkan semuanya.

Kejadian semalam sungguh memalukan, ditambah lagi, masalah seperti ini kalau sampai bocor keluar, maka akan berpengaruh buruk pada reputasi Keluarga Luo.

Jennie Bai menginterogasinya dengan ketat, Yesi Mo dengan segera memberinya sebuah tatapan, barulah Jennie Bai menghentikan interogasinya.

"Oh iya, kalian berdua mengapa memasak demikian banyak masakan? Apa akan kedatangan tamu? "

Stanley Yan merasa malu dan canggung, maka dia dengan cepat mengganti topik pembicaraan.

"Tentu ada tamu. Kamu dan kakak iparku, bukan begitu? "Jennie Bai tersenyum sambil menjelaskan.

"Kamu jangan menyeret-nyeret aku, aku ini kakak iparmu, dan juga bisa dibilang setengah pemilik rumah, ok? "

Yesi Mo bercanda untuk mencairkan suasana.

"Benar, benar, aku sudah salah. Kakak ipar kamu ini bukan tamu, tapi pemilik rumah. "Jennie Bai terkikih, lalu berkata pada Stanley Yan, "Sebenarnya, masakan ini kami siapkan untukmu. Lebih tepatnya kami siapkan untuk penyewa baru. Bagaimana? Pemilik apartemen seperti aku ini ok bukan? "

Jennie Bai tersenyum polos pada Felix Lu, Yesi Mo dalam hati ada suatu perasaan, dia dengan khawatir sesekali menatap Stanley Yan, sesekali menatap Jennie Bai.

"Sangat baik, mendapat pemilik apartemen seperti Manajer Bai, sungguh suatu keberuntungan bagiku. Kalau begitu......apa yang perlu aku bantu? "

"Baiklah. Kebetulan kami juga sudah lelah, selanjutnya aku serahkan padamu. "Setelah berkata demikian, Jennie Bai melepas celemeknya dan menarik Yesi Mo pergi.

Yesi Mo melirik Stanley Yan, kemudian berbisik pada Jennie Bai, "Apa dengan begini itu bagus? Ini adalah hari pertamanya pindah ke sini. "

"Kenapa tidak, dia sendiri yang bersedia melakukannya. "

Jennie Bai berkata demikian sambil menarik Yesi Mo pergi ke ruang tamu sembari mengawasi Stanley Yan yang tengah sibuk memasak. Mereka duduk di sofa ruang tamu, lalu menyalakan televisi.

Yesi Mo mellirik ke arah Stanley Yan yang tengah sibuk di dapur, tanpa sengaja dia mendapatinya sedang curi-curi makan, dan terkadang terlihat malas-malasan, seketika penilaiannya terhadap Stanley Yan berkurang beberapa poin.

"Kakak ipar, kenapa kamu mengawasi dia? Tidak mungkin kamu teringat kakak kembali bukan? "Jennie Bai bertanya dengan cemas pada Yesi Mo.

Yesi Mo menggelengkan kepala, "Tidak, aku hanya melihat-lihat. Jennie, mulai dari hari ini, ketika kamu tidur setiap malamnya, kamu harus mengunci pintumu, paham? "

"Mengapa? "

"Masih perlu bertanya mengapa? Kenapa kamu tidak bisa memikirkannya? Felix Lu baik-baik tinggal di rumah kediaman keluarga Luo, kenapa dia tiba-tiba pindah keluar? Psati dia sudah melakukan sesuatu yang tidak benar. Kamu ini, harus lebih berhati-hati, jangan sampai menyesal di kemudian hari. "

Menanggapi peringatan dari Yesi Mo, raut wajah Jennie Bai juga berubah, "Kakak ipar, lantas bagaimana? Bagaimana kalau aku mengembalikan uangnya kepadanya, dan suruh dia untuk pindah sekarang juga? Mendengar apa yang kamu katakan aku jadi merasa tidak tenang. Tahu begitu, aku akan menanyakan lebih jelas, baru menyewakan kamar itu. "

"Sekarang mengatakan semua ini apa gunanya? Kita lihat dulu malam ini, sudah selarut ini, kamu suruh dia pindah, dia juga tidak akan mau. "

"Nanti aku akan mencari agen yang mencarikanku apartemen, dia sudah keterlaluan dengan memberiku bom waktu. "Setelah berkata demikian wajahnya berubah pahit, "Kakak ipar, kalau begitu bagaimana dengan malam ini? Bagaimana kalau aku tinggal di rumahmu malam ini? Malam ini saja. "

"Gadis bodoh, itu rumah kakakmu yang berarti juga rumahmu, jangankan semalam, kamu terus tinggal di situ pun tidak masalah, Toh kamar tidurmu juga masih dibiarkan begitu saja. "Yesi Mo sengaja memasang muka datar.

"Kak, kamu memang yang terbaik. "Jennie Bai dengan senang memeluk leher Yesi Mo, suaranya terdengar sangat manis.

Stanley Yan yang tengah sibuk di dapur, sama sekali tidak mengerti bahwa di mata Yesi Mo dan Jennie Bai, dirinya sudah disamakan dengan orang jahat.

Kalau dia sampai tahu, dia pasti mengumpat, dia tidak berdaya diusir dari rumah kediaman keluarga Luo yang sama sekali bukan karena kesalahannya. Ok?

Begitu mulai makan, Stanley Yan terlihat rakus bagai serigala kelaparan.

Tadi walaupun di dapur dia sudah makan sedikit makanan, tapi dia sudah kelaparan selama 24 jam, makanan sedikit seperti mana cukup?

Cara makan Stanley Yan membuat Yesi Mo dan Jennie Bai kenyang, keduanya setelah hanya makan dua suap, meletakan sumpitnya, dan menyeritkan dahi sambil menyaksikan Stanley Yan makan.

Selama di meja makan, sekali pun Stanley Yan tidak mengangkat kepalanya, dia terus fokus dengan semua makanan di atas meja.

Setelah kekenyangan dan bersendawa, Stanley Yan baru menyadari Yesi Mo dan Jennie Bai belum menyentuh makanannya.

"Kenapa kalian tidak makan? "

"Kami tidak begitu lapar, apa kamu sudah kenyang? "Yesi Mo bertanya sambil tersenyum.

"Sudah. "

"Baguslah kalau begitu. "Yesi Mo mengangguk, "Sudah larut, aku juga akan pulang. Selamat tinggal Felix Lu. "

"Aku akan mengantarmu. "Stanley Yan baru akan bangkit berdiri, Jennie Bai sudah mencegahnya, "Biar aku saja. Kamu nanti bereskan meja. "

Yesi Mo dan Jennie Bai berjalan beriringan keluar pintu, naik ke lift dan turun.

Yesi Mo menyeritkan dahinya dan bertanya, "Jennie, kenapa kamu tidak berkata kepadanya kamu malam ini tidak akan pulang? "

"Bagaimana cara mengatakannya? "Jennie Bai memutar matanya, "Dia juga tidak bodoh, apa dia akan menanti kepulanganku? "

Setelah berkata demikian, wajahnya berubah, "Kak, apa kamu rasa dia sungguh akan menungguku pulang, lalu...... "

"Lalu apa? Bukankah kamu malam ini akan tinggal di rumah? "Yesi Mo bertanya sambil tersenyum. "Apa kamu sudah berubah pikiran? "

"Mana mungkin? Aku ini hanya belum menjawabmu. "

Keduanya naik ke dalam mobil sambil terkikih, dan bergegas pulang.

Selesai membereskan dapur, Stanley Yan duduk di sofa ruang tamu dan menonton televisi. Dilihatnya waktu sudah menunjukan pukul 1, Jennie Bai belum juga pulang.

Stanley Yan mendadak khawatir sesuatu terjadi pada Jennie Bai, saat dia baru akan meneleponnya, bel pintu berbunyi.

Stanley Yan yang tidak tenang, mendengarnya lega, dia bergegas membukakan pintu, tapi yang berada di hadapannya bukan Jennie Bai, melainkan seorang lelaki yang duduk di atas kursi roda.

Lelaki itu adalah Andrew Ling.

"Halo, permisi, ada perlu apa? "Stanley Yan bertanya dengan bingung pada Andrew Ling.

"Aku mencari Jennie Bai, apa dia sudah pindah? "

Tiba-tiba di apartemen yang disewa Jennie Bai muncul seorang lelaki yang terlihat asing, Andrew Ling seketika menyeritkan dahinya dan bertanya.

"Ternyata kamu sednag mencarinya. Dia belum pindah, hanya saja dia sedang keluar. Sementara ini dia belum pulang. "Stanley Yan menjelaskan padanya dengan singkat, dia kemudian bertanya dengan bingung pada Andrew Ling, "Bagaimana kalau anda nanti kembali lagi?"

"Tidak usah, aku akan menunggunya di dalam. "

Setelah berkata demikian, Andrew Ling memberi isyarat pengawalnya untuk mendorongnya masuk. Raut wajah Stanley Yan berubah seketika, dia menjulurkan tangannya mencegat mereka.

"Maaf, aku tidak bisa membiarkan kalian masuk. Kalau ada yang mendesak, anda boleh meneleponnya. "

"Apa kamu kita aku ini orang jahat? "Andrew Ling cemberut, melihat Stanley Yan yang terus bersikeras, dia menyuruh pengawalnya untuk menelepon Jennie Bai, dan sengaja menyalakan pengeras suara.

"Ini aku, Andrew Ling, di mana kamu? Segera pulang. Aku menunggumu di sini. "

"Baik, aku akan segera pulang. "

"Sekarang kamu sudah percaya aku sungguh mengenal Jennie Bai?" Andrew Ling terlihat tertawa m,enatap Stanley Yan.

Suara Jennie Bai, Stanley Yan tahu, dan lagi, tadi saat meneleponnya, dia dapat melihat nama Jennie Bai. Setelah yakin itu sungguh Jennie Bai, dia mengangguk, dan mempersilahkannya, dia tersenyum dan berkata, "Maafkan aku, silahkan masuk. "

Ini bukan pertama kalinya Andrew Ling memasuki apartemen Jennie Bai, sejak memasukinya, dia melihat ke sekeliling. Saat itu, tidak tahu mengapa, dia melihat postur tubuh Stanley Yan yang tengah menutup pintu.

Sesaat kemudian, Andrew Ling menyeritkan dahinya dalam-dalam. Dia mengingat kembali suara Stanley Yan. Seketika dia menyadari: Stanley Yan, kamu tidak bisa menghindari musuhmu selamanya!

Novel Terkait

After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu