Unlimited Love - Bab 144 Tidak Bisa Menghindar dari Musuh (2)
Stanley Yan berpura-pura melihat Vivian Luo dengan heran, wajahnya kosong.
Vivian Luo tahu dengan jelas alasan Stanley Yan berpura-pura tidak tahu, dia menghela nafas, dan di saat yang bersamaan, dalam hati semakin merasa bersalah padanya.
"Apa kamu sekarang juga akan pindah keluar? Aku akan mengantarmu."
"Tidak usah, kamu beristirahat saja di rumah. Sudah ada mereka yang mengantarku. "Stanley Yan yang wajahnya terlihat kelelahan itu memaksakan sebuah senyum sambil menunjuk dua orang pengawal yang sedang membawakan kopernya.
"Tapi aku ingin mengetahui di mana kamu tinggal, kalau tidak, aku tidak akan tahu ke mana aku harus mencarimu. "
Vivian Luo merengek pada Stanley Yan, matanya memerah.
"Aku ini hanya berpindah tempat tinggal, bukan mati, jangan menangis, nanti akan ditertawakan orang. "Stanley Yan menjulurkan tangannya sambil mencubit pelan hidungnya, "Sudah, kamu di rumah saja. Nanti setelah aku sampai, aku akan membagikan lokasiku. "
Melihat Stanley Yan yang sudah sangat kelelahan itu, Vivian Luo cemberut, namun akhirnya mengangguk.
Sesampainya di tempat tinggal barunya, Stanley Yan membagikan lokasinya pada Vivian Luo, berbaring di atas tempat tidur, lalu tertidur sampai petang, dan bangun ketika dia merasa lapar.
Begitu membuka pintu, aroma harum masakan langsung menusuk hidung Stanley Yan. Di dalam dapur rupanya ada dua orang wanita yang tengah sibuk memasak.
Apa mereka ini adalah teman sekamarku untuk beberapa waktu ini?
Stanley Yan berpikir sambil berjalan mendekat, dia rasa karena hari ini adalah hari pertama dirinya pindah ke situ, dialah yang harus bertegur sapa terlebih dahulu.
Saat dia membuka pintu dapur, dua wanita yang sedang memasak itu menoleh bersamaan ke arahnya, tidak hanya Stanley Yan yang bengong, mereka juga bengong.
"Presdir Mo, Manajer Bai, kalian......kenapa bisa ada di sini? "
Stanley Yan tercengang melihat mereka berdua, dia juga tidak berani mempercayai mereka menjadi teman sekamarnya.
Ini omong kosong macam apa, Yesi Mo dan Manajer Bai mana mungkin semiskin itu sampai perlu tinggal di kamar sewa bersama-sama?
"Jennie tinggal di sini, aku hanya datang kemari untuk bermain. "Yesi Mo menjelaskan sembarangan, dia dengan bingun menatap Stanley Yan lalu menatap Jennie Bai, dia menyeritkan dahinya, "Tuan Lu, kamu bagaimana bisa berada di sini? "
"Aku? Aku tinggal di sini. "Stanley Yan tersenyum sambil menjelaskan.
"Kamu tinggal di sini? Apa kamu yakin? "
Yesi Mo curiga dirinya salah dengar, setelah meyakinkan dirinya beberapa kali, dia baru menyadari semua itu benar.
Kalau sungguh dipikir-pikir, ini semua sungguh seperti sedang dalam mimpi, menjadi calon menantu Maxim Luo, calon suami Vivian Luo, Felix Lu akan terus tinggal di rumah kediaman keluarga Luo, ini sepertinya semua orang yang mengenal Maxim Luo dan Vivian Luo mengetahuinya.
Tapi Felix Lu ternyata pindah ke sini, mengapa?
Apa karena dia sendiri yang berinisiatif untuk pindah keluar, atau karena dia berbuat sesuatu yang membuat Maxim Luo marah, sehingga membuatnya diusir keluar?
Yesi Mo tiba-tiba mulai mencurigai moral lelaki bernama Felix Lu ini, dia curiga apa dia pantas untuk dirinya jadikan asistennya, dilihatnya sorot matanya juga ada perubahan.
"Felix Lu, bukankah kamu sudah baik-baik tinggal di rumah calon istrimu? Kenapa kamu mendadak pindah ke sini? "Jennie Bai bertanya dengan penasaran pada Stanley Yan.
Dia tahu hari ini akan ada orang yang pindah ke situ, tapi dia tidak tahu apakah calon teman sekamar barunya itu lelaki atau perempuan, berumur berapa, seperti apa, toh ketika dia setuju untuk menyewa tempat itu, dia hanya menghubungi penyewa yang sebelumnya melalui media sosial.
Penyewa sebelumnya dengan cepat memberinya uang, dan dalam jumlah yang jauh lebih tinggi dari ekspektasinya. Jennie Bai juga tidak banyak bertanya tentangnya.
Tapi sungguh tidak menyangka dunia ternyata sangatlah kecil, yang pindah ke situ ternyata adalah calon menantu Maxim Luo, calon suami Vivian Luo, asisten Yesi Mo, Felix Lu.
"Aku sedang mengalami hilang ingatan, maka aku ingin tinggal di luar supaya bisa bertemu dengan lebih banyak orang. "
"Sungguh? Bukan karena kamu melakukan sesuatu yang asusila yang membuat Maxim Luo marah dan mengusirmu? "
"Kenapa begitu? "
Stanley Yan mencibir dan terus mencibir.
Dia tidak sebodoh itu dan membeberkan semuanya.
Kejadian semalam sungguh memalukan, ditambah lagi, masalah seperti ini kalau sampai bocor keluar, maka akan berpengaruh buruk pada reputasi Keluarga Luo.
Jennie Bai menginterogasinya dengan ketat, Yesi Mo dengan segera memberinya sebuah tatapan, barulah Jennie Bai menghentikan interogasinya.
"Oh iya, kalian berdua mengapa memasak demikian banyak masakan? Apa akan kedatangan tamu? "
Stanley Yan merasa malu dan canggung, maka dia dengan cepat mengganti topik pembicaraan.
"Tentu ada tamu. Kamu dan kakak iparku, bukan begitu? "Jennie Bai tersenyum sambil menjelaskan.
"Kamu jangan menyeret-nyeret aku, aku ini kakak iparmu, dan juga bisa dibilang setengah pemilik rumah, ok? "
Yesi Mo bercanda untuk mencairkan suasana.
"Benar, benar, aku sudah salah. Kakak ipar kamu ini bukan tamu, tapi pemilik rumah. "Jennie Bai terkikih, lalu berkata pada Stanley Yan, "Sebenarnya, masakan ini kami siapkan untukmu. Lebih tepatnya kami siapkan untuk penyewa baru. Bagaimana? Pemilik apartemen seperti aku ini ok bukan? "
Jennie Bai tersenyum polos pada Felix Lu, Yesi Mo dalam hati ada suatu perasaan, dia dengan khawatir sesekali menatap Stanley Yan, sesekali menatap Jennie Bai.
"Sangat baik, mendapat pemilik apartemen seperti Manajer Bai, sungguh suatu keberuntungan bagiku. Kalau begitu......apa yang perlu aku bantu? "
"Baiklah. Kebetulan kami juga sudah lelah, selanjutnya aku serahkan padamu. "Setelah berkata demikian, Jennie Bai melepas celemeknya dan menarik Yesi Mo pergi.
Yesi Mo melirik Stanley Yan, kemudian berbisik pada Jennie Bai, "Apa dengan begini itu bagus? Ini adalah hari pertamanya pindah ke sini. "
"Kenapa tidak, dia sendiri yang bersedia melakukannya. "
Jennie Bai berkata demikian sambil menarik Yesi Mo pergi ke ruang tamu sembari mengawasi Stanley Yan yang tengah sibuk memasak. Mereka duduk di sofa ruang tamu, lalu menyalakan televisi.
Yesi Mo mellirik ke arah Stanley Yan yang tengah sibuk di dapur, tanpa sengaja dia mendapatinya sedang curi-curi makan, dan terkadang terlihat malas-malasan, seketika penilaiannya terhadap Stanley Yan berkurang beberapa poin.
"Kakak ipar, kenapa kamu mengawasi dia? Tidak mungkin kamu teringat kakak kembali bukan? "Jennie Bai bertanya dengan cemas pada Yesi Mo.
Yesi Mo menggelengkan kepala, "Tidak, aku hanya melihat-lihat. Jennie, mulai dari hari ini, ketika kamu tidur setiap malamnya, kamu harus mengunci pintumu, paham? "
"Mengapa? "
"Masih perlu bertanya mengapa? Kenapa kamu tidak bisa memikirkannya? Felix Lu baik-baik tinggal di rumah kediaman keluarga Luo, kenapa dia tiba-tiba pindah keluar? Psati dia sudah melakukan sesuatu yang tidak benar. Kamu ini, harus lebih berhati-hati, jangan sampai menyesal di kemudian hari. "
Menanggapi peringatan dari Yesi Mo, raut wajah Jennie Bai juga berubah, "Kakak ipar, lantas bagaimana? Bagaimana kalau aku mengembalikan uangnya kepadanya, dan suruh dia untuk pindah sekarang juga? Mendengar apa yang kamu katakan aku jadi merasa tidak tenang. Tahu begitu, aku akan menanyakan lebih jelas, baru menyewakan kamar itu. "
"Sekarang mengatakan semua ini apa gunanya? Kita lihat dulu malam ini, sudah selarut ini, kamu suruh dia pindah, dia juga tidak akan mau. "
"Nanti aku akan mencari agen yang mencarikanku apartemen, dia sudah keterlaluan dengan memberiku bom waktu. "Setelah berkata demikian wajahnya berubah pahit, "Kakak ipar, kalau begitu bagaimana dengan malam ini? Bagaimana kalau aku tinggal di rumahmu malam ini? Malam ini saja. "
"Gadis bodoh, itu rumah kakakmu yang berarti juga rumahmu, jangankan semalam, kamu terus tinggal di situ pun tidak masalah, Toh kamar tidurmu juga masih dibiarkan begitu saja. "Yesi Mo sengaja memasang muka datar.
"Kak, kamu memang yang terbaik. "Jennie Bai dengan senang memeluk leher Yesi Mo, suaranya terdengar sangat manis.
Stanley Yan yang tengah sibuk di dapur, sama sekali tidak mengerti bahwa di mata Yesi Mo dan Jennie Bai, dirinya sudah disamakan dengan orang jahat.
Kalau dia sampai tahu, dia pasti mengumpat, dia tidak berdaya diusir dari rumah kediaman keluarga Luo yang sama sekali bukan karena kesalahannya. Ok?
Begitu mulai makan, Stanley Yan terlihat rakus bagai serigala kelaparan.
Tadi walaupun di dapur dia sudah makan sedikit makanan, tapi dia sudah kelaparan selama 24 jam, makanan sedikit seperti mana cukup?
Cara makan Stanley Yan membuat Yesi Mo dan Jennie Bai kenyang, keduanya setelah hanya makan dua suap, meletakan sumpitnya, dan menyeritkan dahi sambil menyaksikan Stanley Yan makan.
Selama di meja makan, sekali pun Stanley Yan tidak mengangkat kepalanya, dia terus fokus dengan semua makanan di atas meja.
Setelah kekenyangan dan bersendawa, Stanley Yan baru menyadari Yesi Mo dan Jennie Bai belum menyentuh makanannya.
"Kenapa kalian tidak makan? "
"Kami tidak begitu lapar, apa kamu sudah kenyang? "Yesi Mo bertanya sambil tersenyum.
"Sudah. "
"Baguslah kalau begitu. "Yesi Mo mengangguk, "Sudah larut, aku juga akan pulang. Selamat tinggal Felix Lu. "
"Aku akan mengantarmu. "Stanley Yan baru akan bangkit berdiri, Jennie Bai sudah mencegahnya, "Biar aku saja. Kamu nanti bereskan meja. "
Yesi Mo dan Jennie Bai berjalan beriringan keluar pintu, naik ke lift dan turun.
Yesi Mo menyeritkan dahinya dan bertanya, "Jennie, kenapa kamu tidak berkata kepadanya kamu malam ini tidak akan pulang? "
"Bagaimana cara mengatakannya? "Jennie Bai memutar matanya, "Dia juga tidak bodoh, apa dia akan menanti kepulanganku? "
Setelah berkata demikian, wajahnya berubah, "Kak, apa kamu rasa dia sungguh akan menungguku pulang, lalu...... "
"Lalu apa? Bukankah kamu malam ini akan tinggal di rumah? "Yesi Mo bertanya sambil tersenyum. "Apa kamu sudah berubah pikiran? "
"Mana mungkin? Aku ini hanya belum menjawabmu. "
Keduanya naik ke dalam mobil sambil terkikih, dan bergegas pulang.
Selesai membereskan dapur, Stanley Yan duduk di sofa ruang tamu dan menonton televisi. Dilihatnya waktu sudah menunjukan pukul 1, Jennie Bai belum juga pulang.
Stanley Yan mendadak khawatir sesuatu terjadi pada Jennie Bai, saat dia baru akan meneleponnya, bel pintu berbunyi.
Stanley Yan yang tidak tenang, mendengarnya lega, dia bergegas membukakan pintu, tapi yang berada di hadapannya bukan Jennie Bai, melainkan seorang lelaki yang duduk di atas kursi roda.
Lelaki itu adalah Andrew Ling.
"Halo, permisi, ada perlu apa? "Stanley Yan bertanya dengan bingung pada Andrew Ling.
"Aku mencari Jennie Bai, apa dia sudah pindah? "
Tiba-tiba di apartemen yang disewa Jennie Bai muncul seorang lelaki yang terlihat asing, Andrew Ling seketika menyeritkan dahinya dan bertanya.
"Ternyata kamu sednag mencarinya. Dia belum pindah, hanya saja dia sedang keluar. Sementara ini dia belum pulang. "Stanley Yan menjelaskan padanya dengan singkat, dia kemudian bertanya dengan bingung pada Andrew Ling, "Bagaimana kalau anda nanti kembali lagi?"
"Tidak usah, aku akan menunggunya di dalam. "
Setelah berkata demikian, Andrew Ling memberi isyarat pengawalnya untuk mendorongnya masuk. Raut wajah Stanley Yan berubah seketika, dia menjulurkan tangannya mencegat mereka.
"Maaf, aku tidak bisa membiarkan kalian masuk. Kalau ada yang mendesak, anda boleh meneleponnya. "
"Apa kamu kita aku ini orang jahat? "Andrew Ling cemberut, melihat Stanley Yan yang terus bersikeras, dia menyuruh pengawalnya untuk menelepon Jennie Bai, dan sengaja menyalakan pengeras suara.
"Ini aku, Andrew Ling, di mana kamu? Segera pulang. Aku menunggumu di sini. "
"Baik, aku akan segera pulang. "
"Sekarang kamu sudah percaya aku sungguh mengenal Jennie Bai?" Andrew Ling terlihat tertawa m,enatap Stanley Yan.
Suara Jennie Bai, Stanley Yan tahu, dan lagi, tadi saat meneleponnya, dia dapat melihat nama Jennie Bai. Setelah yakin itu sungguh Jennie Bai, dia mengangguk, dan mempersilahkannya, dia tersenyum dan berkata, "Maafkan aku, silahkan masuk. "
Ini bukan pertama kalinya Andrew Ling memasuki apartemen Jennie Bai, sejak memasukinya, dia melihat ke sekeliling. Saat itu, tidak tahu mengapa, dia melihat postur tubuh Stanley Yan yang tengah menutup pintu.
Sesaat kemudian, Andrew Ling menyeritkan dahinya dalam-dalam. Dia mengingat kembali suara Stanley Yan. Seketika dia menyadari: Stanley Yan, kamu tidak bisa menghindari musuhmu selamanya!
Novel Terkait
After The End
Selena BeeIstri ke-7
Sweety GirlCinta Adalah Tidak Menyerah
ClarissaCinta Yang Tak Biasa
WennieSuami Misterius
LauraAwesome Guy
RobinUnlimited Love×
- Bab 1 Pernikahan
- Bab 2 Dinikahi Orang Tolol Juga Bukan Hal yang Buruk
- Bab 3 Dia Telah Membohongi Semua Orang
- Bab 4 Merasakan Kelembutannya
- Bab 5 Teh Penghormatan Dari Menantu
- Bab 6 Tamu Tak Diundang
- Bab 7 Istri, Aku Datang Melindungimu!
- Bab 8 Dengan Kelembutanmu, Hangatkan Hatiku
- Bab 9 Apakah Karena Cinta?
- Bab 10 Pemilik Cheongsam Sesungguhnya
- Bab 11 Semua Penuh Jebakan
- Bab 12 Menjenguk Katty Yun
- Bab 13 Katty Yun Mengakui Kesalahan
- Bab 14 Aku Masih Belum Siap
- Bab 15 Karena Cinta
- Bab 16 Membawa Masalah Pada Diri Sendiri
- Bab 17 Sebenarnya Apa Itu Kebenaran?
- Bab 18 Kemarahan Stanley Yan
- Bab 19 Menghinanya Karena Dia Bodoh?
- Bab 20 Menerima Hukuman
- Bab 21 Apakah Aku Memaksamu?
- Bab 22 Gawat, Sungguh Memalukan
- Bab 23 Robin Xiao Datang Berkunjung
- Bab 24 Tidak Ada Rahasia Di Hadapannya
- Bab 25 Tidak Dapat Menghindarinya
- Bab 26 Dia Sudah Gila
- Bab 27 Siapapun Tidak Boleh Menyentuh Wanitaku!
- Bab 28 Supnya Bermasalah
- Bab 29 Untuk Apa Dia Datang?
- Bab 30 Stanley Yan, kamu itu koruptor!
- Bab 31 Temani Aku Semalam Maka Dianggap Selesai
- Bab 32 Permusuhan
- Bab 33 Aku Mencintainya Melebihi Segalanya
- Bab 34 Meninggalkan Rumah Keluarga Yan
- Bab 35 Tidak, Jangan Mendekat!
- Bab 36 Hati Yang Teramat Gelisah (1)
- Bab 36 Hati Yang Teramat Gelisah (2)
- Bab 37 Dia Pergi, Aku Juga Pergi! (1)
- Bab 37 Dia Pergi, Aku Juga Pergi! (2)
- Bab 38 Stanley Yang Cinta Mati Kepada Istrinya (1)
- Bab 38 Stanley Yang Cinta Mati Kepada Istrinya (2)
- Bab 39 Jangan Mencari Perhatian Istriku (1)
- Bab 39 Jangan Mencari Perhatian Istriku (2)
- Bab 40 Bertamu Ke Rumah Robin Xiao (1)
- Bab 40 Bertamu Ke Rumah Robin Xiao (2)
- Bab 41 Meraih Bintang Memberikannya Untukmu (1)
- Bab 41 Meraih Bintang Memberikannya Untukmu (2)
- Bab 42 Kamu Bisa-Bisanya Memperlakukanku Seperti Itu! (1)
- Bab 42 Kamu Bisa-Bisanya Memperlakukanku Seperti Itu! (2)
- Bab 43 Mereka Tinggal Bersama Sepanjang Malam (1)
- Bab 43 Mereka Tinggal Bersama Sepanjang Malam (2)
- Bab 44 Kecewa Pada Stanley Yan (1)
- Bab 44 Kecewa Pada Stanley Yan (2)
- Bab 45 Siapa Yang Istrimu? Lepaskan! (1)
- Bab 45 Siapa Yang Istrimu? Lepaskan! (2)
- Bab 46 Aku Tidak Punya Teman Seperti Kamu (1)
- Bab 46 Aku Tidak Punya Teman Seperti Kamu (2)
- Bab 47 Tidakkah Pria, Akan Tahu Jika Sudah Mencoba? (1)
- Bab 47 Tidakkah Pria, Akan Tahu Jika Sudah Mencoba? (2)
- Bab 48 Kemarahan (1)
- Bab 48 Kemarahan (2)
- Bab 49 Konflik Pecah (1)
- Bab 49 Konflik Pecah (2)
- Bab 49 Konflik Pecah (3)
- Bab 50 Suka? Ambil Saja Untukmu! (1)
- Bab 50 Suka? Ambil Saja Untukmu! (2)
- Bab 51 Buku Nikah (1)
- Bab 51 Buku Nikah (2)
- Bab 51 Buku Nikah (3)
- Bab 52 Menjadi seorang ayah! (1)
- Bab 52 Menjadi seorang ayah! (2)
- Bab 52 Menjadi seorang ayah! (3)
- Bab 53 Berada Dalam Berkah Tapi Tidak Merasa Berkah (1)
- Bab 53 Berada Dalam Berkah Tapi Tidak Merasa Berkah (2)
- Bab 53 Berada Dalam Berkah Tapi Tidak Merasa Berkah (3)
- Bab 54 Biarkan dia tidak pernah kembali (1)
- Bab 54 Biarkan dia tidak pernah kembali (2)
- Bab 55 Sakit Perut (1)
- Bab 55 Sakit Perut (2)
- Bab 55 Sakit Perut (3)
- Bab 56 Kepanikan Yang Berlebihan (1)
- Bab 56 Kepanikan Yang Berlebihan (2)
- Bab 57 Siapa Yang Melakukannya? (1)
- Bab 57 Siapa Yang Melakukannya? (2)
- Bab 57 Siapa Yang Melakukannya? (3)
- Bab 58 Rasa Yang Tidak Nyaman (1)
- Bab 58 Rasa Yang Tidak Nyaman (2)
- Bab 58 Rasa Yang Tidak Nyaman (3)
- Bab 59 Aku Tidak Ingin Melihatmu Lagi (1)
- Bab 59 Aku Tidak Ingin Melihatmu Lagi (2)
- Bab 59 Aku Tidak Ingin Melihatmu Lagi (3)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (1)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (2)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (3)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (4)
- Bab 61 Jangan Pernah Berpikir Untuk Meninggalkanku (1)
- Bab 61 Jangan Pernah Berpikir Untuk Meninggalkanku (2)
- Bab 62 Kesalahpahaman Harus Dikatakan Dengan Jelas (1)
- Bab 62 Kesalahpahaman Harus Dikatakan Dengan Jelas (2)
- Bab 63 Problema Diantara Suami Dan Istri (1)
- Bab 63 Problema Diantara Suami Dan Istri (2)
- Bab 64 Putriku? Lucu Sekali! (1)
- Bab 64 Putriku? Lucu Sekali! (2)
- Bab 65 Balasan Yang Pantas (1)
- Bab 65 Balasan Yang Pantas (2)
- Bab 66 Aku Akan Melahirkan (1)
- Bab 66 Aku Akan Melahirkan (2)
- Bab 67 Seorang Tuan Muda Kecil (1)
- Bab 67 Seorang Tuan Muda Kecil (2)
- Bab 68 Bibit Siapa Sebenarnya (1)
- Bab 68 Bibit Siapa Sebenarnya (2)
- Bab 69 Menjadi Abu (1)
- Bab 69 Menjadi Abu (2)
- Bab 70 Tinggalkan Dia (1)
- Bab 70 Tinggalkan Dia (2)
- Bab 71 Bisa Percaya pada Siapa lagi? (1)
- Bab 71 Bisa Percaya pada Siapa lagi? (2)
- Bab 71 Bisa Percaya pada Siapa lagi? (3)
- Bab 72 Kakak, Ibu (1)
- Bab 72 Kakak, Ibu (2)
- Bab 72 Kakak, Ibu (3)
- Bab 73 Ibu, Untukmu (1)
- Bab 73 Ibu, Untukmu (2)
- Bab 74 Menjadi Ibu Untuknya (1)
- Bab 74 Menjadi Ibu Untuknya (2)
- Bab 74 Menjadi Ibu Untuknya (3)
- Bab 75 Cappuccino? Apakah Ini Kebetulan? (1)
- Bab 75 Cappuccino? Apakah Ini Kebetulan? (2)
- Bab 76 Apa Ini Juga Sebuah Kebetulan? (1)
- Bab 76 Apa Ini Juga Sebuah Kebetulan? (2)
- Bab 77 Istriku Benarkah Ini Dirimu? (1)
- Bab 77 Istriku Benarkah Ini Dirimu? (2)
- Bab 78 Kamu Adalah Duniaku (1)
- Bab 78 Kamu Adalah Duniaku (2)
- Bab 79 Stanley Yan Datang Berkunjung (1)
- Bab 79 Stanley Yan Datang Berkunjung (2)
- Bab 80 Dia Seakan Telah Kembali! (1)
- Bab 80 Dia Seakan Telah Kembali! (2)
- Bab 81 Tanda Lahir (1)
- Bab 81 Tanda Lahir (2)
- Bab 82 Apa Yang Akan Kamu Lakukan Padanya? (1)
- Bab 82 Apa Yang Akan Kamu Lakukan Padanya? (2)
- Bab 83 Kebencian Tak Beralasan (1)
- Bab 83 Kebencian Tak Beralasan (2)
- Bab 84 Teman Lama Yang Saling Bertemu Namun Tidak Saling Mengenal (1)
- Bab 84 Teman Lama Yang Saling Bertemu Namun Tidak Saling Mengenal (2)
- Bab 85 Mengkhawatirkannya (1)
- Bab 85 Mengkhawatirkannya (2)
- Bab 86 Mengikuti Permainannya (1)
- Bab 86 Mengikuti Permainannya (2)
- Bab 87 Yesi Mo Adalah Angie Qin, Kalau Begitu Siapa Dia? (1)
- Bab 87 Yesi Mo Adalah Angie Qin, Kalau Begitu Siapa Dia? (2)
- Bab 88 Dia Tidak Memiliki Masa Lalu (1)
- Bab 88 Dia Tidak Memiliki Masa Lalu (2)
- Bab 89 Rahasia Mereka (1)
- Bab 89 Rahasia Mereka (2)
- Bab 90 Yesi Mo, Kamulah Angie Qin Yang Sebenarnya (1)
- Bab 90 Yesi Mo, Kamulah Angie Qin Yang Sebenarnya (2)
- Bab 91 Di Saat Terdesak, Ingatan Masa Lalu Hidup Kembali! (1)
- Bab 91 Di Saat Terdesak, Ingatan Masa Lalu Hidup Kembali! (1)
- Bab 92 Aku Tidak Setuju (1)
- Bab 92 Aku Tidak Setuju (2)
- Bab 93 Menikah Denganku, Dia akan Kulepaskan (1)
- Bab 93 Menikah Denganku, Dia akan Kulepaskan (2)
- Bab 94 Undangan Pernikahan (1)
- Bab 94 Undangan Pernikahan (2)
- Bab 95 Sudah Terlambat untuk Menyesalinya (1)
- Bab 95 Sudah Terlambat untuk Menyesalinya (2)
- Bab 96 Selalu Akan Ada Pertemuan Kembali Setelah Perpisahan (1)
- Bab 96 Selalu Akan Ada Pertemuan Kembali Setelah Perpisahan (2)
- Bab 97 Nenek Luar Kakek Luar Bukan Orang Lain (1)
- Bab 97 Nenek Luar Kakek Luar Bukan Orang Lain (2)
- Bab 98 Susah Dikatakan (1)
- Bab 98 Susah Dikatakan (2)
- Bab 99 Istri, Aku Yang Dibohongimu Sangat Menderita (1)
- Bab 99 Istri, Aku Yang Dibohongimu Sangat Menderita (2)
- Bab 100 Rico Mu, Kamu Pantas Mati (1)
- Bab 100 Rico Mu, Kamu Pantas Mati (2)
- Bab 101 Pertukaran Identitas, Mengorbankan Diri Untuk Orang Lain (1)
- Bab 101 Pertukaran Identitas, Mengorbankan Diri Untuk Orang Lain (2)
- Bab 102 Satu Keluarga Berkumpul (1)
- Bab 102 Satu Keluarga Berkumpul (2)
- Bab 103 Rico Mu Datang Mencari (1)
- Bab 103 Rico Mu Datang Mencari (2)
- Bab 104 Kesempatan Yang Diambil Sia-sia (1)
- Bab 104 Kesempatan Yang Diambil Sia-sia (2)
- Bab 105 Dijebak (1)
- Bab 105 Dijebak (2)
- Bab 106 Terbongkar (1)
- Bab 106 Terbongkar (2)
- Bab 107 Pertarungan Dua Wanita (1)
- Bab 107 Pertarungan Dua Wanita (2)
- Bab 108 Undangan Dengan Niat Buruk (1)
- Bab 108 Undangan Dengan Niat Buruk (2)
- Bab 109 Yang Lebih Peduli, Lebih Menderita (1)
- Bab 109 Yang Lebih Peduli, Lebih Menderita (2)
- Bab 110 Dia Bisa Menyerah? (1)
- Bab 110 Dia Bisa Menyerah? (2)
- Bab 111 Tidak Bisa Tersingkir (1)
- Bab 111 Tidak Bisa Tersingkir (2)
- Bab 112 Cengkeraman Dia (1)
- Bab 112 Cengkeraman Dia (2)
- Bab 113 Kamu Barang Palsu Ini (1)
- Bab 113 Kamu Barang Palsu Ini (2)
- Bab 114 Siapa yang Mengancam Siapa? (1)
- Bab 114 Siapa yang Mengancam Siapa? (2)
- Bab 115 Selesai Sudah (1)
- Bab 115 Selesai Sudah (2)
- Bab 116 Berita Kematian (1)
- Bab 116 Berita Kematian (2)
- Bab 117 Kebetulan? Siapa Percaya (1)
- Bab 117 Kebetulan? Siapa Percaya (2)
- Bab 118 Tunggu Sebentar (1)
- Bab 118 Tunggu Sebentar (2)
- Bab 119 Salah Sendiri (1)
- Bab 119 Salah Sendiri (2)
- Bab 120 Tidak Ada Hal Buruk yang Terjadi sejak Perpisahan (1)
- Bab 120 Tidak Ada Hal Buruk yang Terjadi sejak Perpisahan (2)
- Bab 121 Pendatang Yang Buruk (1)
- Bab 121 Pendatang Yang Buruk (2)
- Bab 122 Ini Hanya Permulaan (1)
- Bab 122 Ini Hanya Permulaan (2)
- Bab 122 Ini Hanya Permulaan (3)
- Bab 123 Memikat Musuh Keluar Dari Markas (1)
- Bab 123 Memikat Musuh Keluar Dari Markas (2)
- Bab 123 Memikat Musuh Keluar Dari Markas (3)
- Bab 124 Bencana Stanley Yan (1)
- Bab 124 Bencana Stanley Yan (2)
- Bab 124 Bencana Stanley Yan (3)
- Bab 125 Keputusan Yesi Mo (1)
- Bab 125 Keputusan Yesi Mo (2)
- Bab 125 Keputusan Yesi Mo (3)
- Bab 126 Tertangkap Basah (1)
- Bab 126 Tertangkap Basah (2)
- Bab 126 Tertangkap Basah (3)
- Bab 127 Kenyataan sangat Kejam (1)
- Bab 127 Kenyataan sangat Kejam (1)
- Bab 127 Kenyataan sangat Kejam (3)
- Bab 128 Kebaikan yang Tak Terlupakan (1)
- Bab 128 Kebaikan yang Tak Terlupakan (2)
- Bab 128 Kebaikan yang Tak Terlupakan (3)
- Bab 129 Roh Gentayangan di Kolam (1)
- Bab 129 Roh Gentayangan di Kolam (2)
- Bab 129 Roh Gentayangan di Kolam (3)
- Bab 130 Melewati Batas (1)
- Bab 130 Melewati Batas (2)
- Bab 130 Melewati Batas (3)
- Bab 131 Membalas Peach Dengan Plum (1)
- Bab 131 Membalas Peach Dengan Plum (2)
- Bab 131 Membalas Peach Dengan Plum (3)
- Bab 132 Orang Yang Terdesak Akan Melakukan Apapun (1)
- Bab 132 Orang Yang Terdesak Akan Melakukan Apapun (2)
- Bab 132 Orang Yang Terdesak Akan Melakukan Apapun (3)
- Bab 133 Setiap Rencana Jahat (1)
- Bab 133 Setiap Rencana Jahat (2)
- Bab 134 Menginginkan Uang Dan Lebih Menginginkan Nyawa (1)
- Bab 134 Menginginkan Uang Dan Lebih Menginginkan Nyawa (2)
- Bab 134 Menginginkan Uang Dan Lebih Menginginkan Nyawa (3)
- Bab 135 Harga Sebuah Keserakahan (1)
- Bab 135 Harga Sebuah Keserakahan (2)
- Bab 135 Harga Sebuah Keserakahan (3)
- Bab 136 Benar, Memang Sedang Mempermainkannya (1)
- Bab 136 Benar, Memang Sedang Mempermainkannya (2)
- Bab 136 Benar, Memang Sedang Mempermainkannya (3)
- Bab 137 Sebuah Tamparan Untuknya (1)
- Bab 137 Sebuah Tamparan Untuknya (2)
- Bab 137 Sebuah Tamparan Untuknya (3)
- Bab 138 Kabar dari Stanley Yan (1)
- Bab 138 Kabar dari Stanley Yan (2)
- Bab 138 Kabar dari Stanley Yan (3)
- Bab 139 Dia Ternyata sudah melamarnya (1)
- Bab 139 Dia Ternyata sudah melamarnya (2)
- Bab 139 Dia Ternyata sudah melamarnya (3)
- Bab 140 Berubah Pikiran (1)
- Bab 140 Berubah Pikiran (2)
- Bab 140 Berubah Pikiran (3)
- Bab 141 Itu Adalah Dia! (1)
- Bab 141 Itu Adalah Dia! (1)
- Bab 141 Itu Adalah Dia! (3)
- Bab 142 Tidak Peduli Akan Apapun Juga Untuk Melindunginya (1)
- Bab 142 Tidak Peduli Akan Apapun Juga Untuk Melindunginya (2)
- Bab 142 Tidak Peduli Akan Apapun Juga Untuk Melindunginya (3)
- Bab 143 Tidak Sabar (1)
- Bab 143 Tidak Sabar (2)
- Bab 143 Tidak Sabar (3)
- Bab 144 Tidak Bisa Menghindar dari Musuh (1)
- Bab 144 Tidak Bisa Menghindar dari Musuh (2)
- Bab 145 Di Bawah Atap yang Sama (1)
- Bab 145 Di Bawah Atap yang Sama (2)
- Bab 145 Di Bawah Atap yang Sama (3)
- Bab 146 Stanley Miliknya (1)
- Bab 146 Stanley Miliknya (2)
- Bab 146 Stanley Miliknya (3)
- Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (1)
- Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (2)
- Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (3)
- Bab 148 Retribusi (1)
- Bab 148 Retribusi (2)
- Bab 148 Retribusi (3)
- Bab 149 Kejam (1)
- Bab 149 Kejam (2)
- Bab 149 Kejam (3)
- Bab 150 Menikah! Mana Mungkin? (1)
- Bab 150 Menikah! Mana Mungkin? (2)
- Bab 150 Menikah! Mana Mungkin? (3)
- Bab 151 Bagaimana Mungkin Ia Tega Mengkhianati Keluarga Ini? (1)
- Bab 151 Bagaimana Mungkin Ia Tega Mengkhianati Keluarga Ini? (2)
- Bab 151 Bagaimana Mungkin Ia Tega Mengkhianati Keluarga Ini? (3)
- Bab 152 Siapa Yang Bisa Memahami Rasa Sakitnya? (1)
- Bab 152 Siapa Yang Bisa Memahami Rasa Sakitnya? (2)
- Bab 152 Siapa Yang Bisa Memahami Rasa Sakitnya? (3)
- Bab 153 Semua Lancar (1)
- Bab 153 Semua Lancar (2)
- Bab 153 Semua Lancar (3)
- Bab 154 Gali Lubang, Tutup Lubang (1)
- Bab 154 Gali Lubang, Tutup Lubang (2)
- Bab 154 Gali Lubang, Tutup Lubang (3)
- Bab 155 Jebakan Andrew Ling (1)
- Bab 155 Jebakan Andrew Ling (2)
- Bab 155 Jebakan Andrew Ling (3)
- Bab 156 Ia Pernah Menyelamatkanku (1)
- Bab 156 Ia Pernah Menyelamatkanku (2)
- Bab 157 Melindunginya (1)
- Bab 157 Melindunginya (2)
- Bab 158 Berkah Setelah Kemalangan Untuk Stanley Yan (1)
- Bab 158 Berkah Setelah Kemalangan Untuk Stanley Yan (2)
- Bab 159 Tunggu Aku Kembali (1)
- Bab 159 Tunggu Aku Kembali (2)
- Bab 160 Di Luar Kendali (1)
- Bab 160 Di Luar Kendali (2)
- Bab 161 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja
- Bab 162 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja (2)
- Bab 163 Ada Aku di Sini/ Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja (2)
- Bab 164 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja (3)
- Bab 165 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja
- Bab 166 Rencana yang Telah Gagal
- Bab 167 Jangan Tinggalkan Aku/ Ucapan Cinta Semalam Berubah Menjadi Akhir Dunia
- Bab 168 Pengurus Rumah
- Bab 169 Bebas
- Bab 170 Mengapa Mereka Juga Datang?
- Bab 171 Ia Selalu Disini
- Bab 172 Kamu Tidak Bisa Membohongiku
- Bab 173 Apa Aku Melakukan Kesalahan?
- Bab 174 Kesalahan Yang Jelas
- Bab 175 Tunggu Aku
- Bab 176 Akhir Yang Luar Biasa (Awal)
- Bab 177 Akhir Yang Luar Biasa (Tengah)
- Bab 178 Akhir Yang Luar Biasa (Akhir)