Unlimited Love - Bab 153 Semua Lancar (3)

Setelah sedikit kekacauan itu, Andrew Ling yang duduk di kursi rodanya dengan acuh tak acuh mendekati Yesi Mo, dia tersenyum padanya dan di saat yang bersamaan dengan tangan kirinya menunjuk ke kursi di sebelah Yesi Mo sambil mengangguk, "Di sini bagus. "

Perkataannya yang datar itu membuat seorang bos gemuk yang duduk di dekat Yesi Mo gemetar, dan dengan segera mempersilahkan Andrew Ling duduk di situ, kemudian berlari ke sebuah meja yang masih kosong dan duduk di sana.

Dari sejak awal ekspresi di wajahnya seakan dia baru saja mengambil tahi, dan itu membuat orang lain tidak senang hati, banyak dari mereka yang merasa kecewa, tapi di saat yang bersamaan juga senang.

Duduk di meja yang sama dengan seseorang dengan derajat setinggi Andrew Ling, itu bagi mereka membuka kesempatan yang tak terhitung jumlahnya, kesempatan untuk mendapatkan keuntungan besar.

Mereka memutuskan untuk secara berhati-hati membuat Andrew Ling senang, semisal tidak bisa langsung mendapatkan kesempatan untuk menghasilkan uang banyak dari Andrew Ling, paling tidak mereka sudah berusaha sebisanya untuk memberikan kesan baik pada Andrew Ling, paling tidak membuatnya mengingat wajah mereka.

Menghadapi penjilatan seperti itu dari mereka, Andrew Ling merasa tidak sabar, wajahnya perlahan berubah dingin, dan bersamaan dengannya, keramaian di meja itu perlahan menjadi tenang, semua orang menutup mulutnya dengan patuh.

Andrew Ling menyapukan pandangannya pada mereka, pandangannya akhirnya berhenti pada Yesi Mo, dari wajahnya yang datar itu perlahan muncul sebuah senyum.

"Tidak kusangka dapat bertemu denganmu di sini. "

"Aku sendiri juga tidak menyangkanya, "Yesi Mo tertawa, dia lantas menanyakan kabar Sonson. Andrew Ling baru akan membuka mulutnya ketika acara resepsi dimulai.

Melihat Stanley Yan yang duduk di atas kursi roda tanpa ekspresi, Yesi Mo tanpa sadar menggigit pelan bibirnya, sorot matanya berubah tegar.

Sewaktu semua pandangan orang tertuju pada panggung, Andrew Ling sengaja memelankan suaranya dan berkata, "Apa kamu tidak berencana melakukan sesuatu? Hanya duduk diam menyaksikan dia menjadi suami wanita lain? "

"Semua sudah terjadi, apa lagi yang bisa aku perbuat? "Yesi Mo tersenyum pahit sambil bertanya balik.

Walaupun setelah operasi Sonson hubungan antara Yesi Mo dan Andrew Ling sudah jauh lebih akrab, namun dia masih tidak berencana untuk memberitahukan rencananya pada Andrew Ling.

Semakin banyak orang yang mengetahui rencananya itu, hanya Tuhan yang tahu apa yang akan terjadi kemudian.

"Ada banyak yang bisa kamu lakukan. "Andrew Ling menyeritkan dahinya, "Misalnya, mengacaukan pernikahan ini...... "

Tanpa menunggu jawaban dari Yesi Mo, Andrew Ling meneruskan, "Kalau kamu tidak sanggup melakukannya, biarkan aku yang melakukannya. "

Yesi Mo menatap Andrew Ling dengan bingung, hatinya bergetar: Apa yang terjadi dengan Andrew Ling? Kenapa dia tidak seperti biasa?

"Tidak usah, biarkan saja semua terjadi seperti yang seharusnya terjadi. "

Yesi Mo takut dia mengacaukan semuanya, sorot matanya tegas, dia menggeleng padanya dengan pelan.

"Apa kamu yakin? "Mata Andrew Ling berbinar, "Tenang saja, aku sudah mempersiapkan orangku. Keamanannya pasti terjamin, dan lagi orang-orang tidak akan mencurigaimu. "

"Aku paham kebaikanmu. "

Percakapan keduanya baru saja selesai, acara pertama malam hari itu juga selesai, pemimpin acara mempersilahkan Stanley Yan dan Vivian Luo menuruni panggung dengan disambut tepuk tangan meriah.

Selanjutnya, acara interaktif, yang ingin melihat Stanley Yan dan Vivian Luo harus menunggu sampai acara ketiga, yang juga merupakan puncak acara malam itu, mempelai bersulang dengan para handai tolan.

Yesi Mo makan beberapa suap, dia menyaksikan suasana di atas panggung yang sangat hangat, pemimpin acara bercengkrama dengan asik dengan para tamu hadirin. Yesi Mo tiba-tiba bangkit berdiri. Andrew Ling menoleh dan bertanya dengan penasaran, "Mau pergi ke mana? "

"Toilet. "

Setelah berkata demikian, Yesi Mo mengangguk pada yang lain dan berjalan keluar.

Di sudut ruangan yang jauh dari keramaian, Yesi Mo melihat Mason Luo yang sudah menduluinya keluar, dia memeriksa sekelilingnya dengan was-was, setelah dipastikan tidak ada orang di sekitarnya, dia bertanya dengan pelan, "Apa semua sudah siap? "

"Semua sudah siap di posisi masing-masing. "Mason Luo melihat jam tangannya, dia mengangkat kepalanya kemudian berkata, "5 menit lagi, semua akan beraksi. "

"Hmph. "Yesi Mo mengangguk, "Suruh mereka untuk berhati-hati, jangan sampai mengacaukan semuanya. Kalau tidak kita hanya bisa merebutnya dengan paksa. Aku sungguh tidak ingin Stanley Yan dalam bahaya. "

"Nyonya muda, tenang saja, kita sudah mempertimbangkan semua kemungkinan yang ada, tuan muda tidak ada dalam bahaya apa pun. "

Mason Luo menjamin dengan mantap, Yesi Mo menatapnya cukup lama, lal mengangguk tanpa mengatakan apa-apa.

Dalam hati dia merasa tidak tenang, tapi itu tidak ada gunanya, itu tidak akan membuatnya bisa melakukan semua itu sendiri bukan?

Kalau sampai orang suruhan Vivian Luo mendapati dia tidak berada di tempatnya, semua akan jadi merepotkan, sangat merepotkan.

Sesampainya di tempat duduknya, acara interaktif antara pemimpin acara dan tamu undangan masih berlangsung, Andrew Ling tersenyum sambil bertanya, "Kamu tidak apa-apa? "

Yesi Mo menggelengkan kepalanya, di duduk perlahan, matanya kemudian tertuju pada keramaian dari pemimpin acara dan anak-anak tamu undangan di atas panggung, dalam hati dia memikirkan rencana yang sudah dia rancang bersama dengan Mason Luo sepanjang malam.

Setelah mengulas semua rencananya, melihat semua kemungkinan sudah dia pertimbangkan, batu di dalam hati Yesi Mo terangkat sebagian.

Tapi melihat Andrew Ling di sebelahnya terus-terusan tersenyum, dalam hati dia mendadak merasa cemas.

Dia sudah mempertimbangkan segala kemungkinan, hanya satu kemungkinan yang belum dia pertimbangkan, kehadiran Andrew Ling.

Bagi rencana Yesi Mo, Andrew Ling adalah sebuah variabel, sebuah variabel yang tidak bisa dikontrol.

Tapi dia sudah tidak punya waktu untuk merubah rencananya, satu-satunya yang bisa dia perbuat adalah untuk berharap Andrew Ling menghargai bantuannya untuk merawat Sonson selama di Amerika, dan tidak bertindak sembarangan.

Di dalam ballroom yang dipenuhi tarian dan nyanyian itu, tidak ada orang yang tahu, 6 lantai dari situ, sedang ada seseorang yang merencanakan untuk membawa kabur Stanley Yan, mempelai pria malam itu.

Waktu detik demi detik berlalu, jarak dengan acara ketiga tinggal 3-5 menit lagi, pemimpin acara sudah memulai pemanasan di atas panggung, Yesi Mo masih belum menerima kabar dari Mason Luo.

Dia tidak tahan untuk melihat ke arah meja Mason Luo, menggunakan matanya untuk berkomunikasi dengannya, menanyakan perkembangan situasi.

Berjarak demikian jauh, Mason Luo mencoba untuk mengirimkan isyarat mata pada Yesi Mo, menyuruhnya untuk tidak gugup, dia melambaikan ponselnya di udara untuk memberithunya untuk menunggu kabar darinya.

Seiring berjalannya waktu, detak jantung Yesi Mo bertambah cepat, tubuhnya menegang.

Kalau sebelum acara ketiga dimulai masih belum bisa membawa lari Stanley Yan, membawa lari Stanley Yan tanpa sepengetahuan orang lain akan menjadi sebuah impian, dia hanya bisa merebutnya dengan paksa.

Dengan berbuat demikian, tidak hanya akan membuat Maxim Luo marah, tapi juga akan membahayakan keselamatan Stanley Yan.

Kalau memang harus begitu pun, Yesi Mo tidak ingin melakukannya, tapi sekarang tampaknya dia sudah tidak ada pilihan lain.

Pemimpin acara sudah selesai melaksanakan tugasnya, lampu sorot seketika ditujukan ke pintu utama, seluruh mata tamu hadirin tertuju pada dua daun pintu itu.

Perlahan pintu terbuka. Vivian Luo muncul dengan gaun merahnya, kali ini semua mata tertuju pada kecantikan Vivian Luo.

Dia bak sebuah magnet, menarik perhatian semua orang, saat ini, masih tidak ada orang yang memperhatikan di luar ruangan hanya Vivian seorang diri. Mempelai pengantin yang lainnya tidak ada di situ.

Tapi Mason Luo dan Yesi Mo mengetahuinya, Andrew Ling juga.

Yesi Mo sangat tegang, dia sesekali memeriksa ponselnya, sesekali melihat Mason Luo yang juga sedang memperhatikan ponselnya.

Di saat yang menegangkan itu, Mason Luo dari kejauhan tiba-tiba menunjuk ke layar ponselnya sambil tersenyum pada Yesi Mo.

Di waktu yang bersamaan, layar ponsel Yesi Mo mendadak menyala, sebuah pesan diterima.

"Semua berjalan lancar. "

Walaupun hanya 3 kata, tapi pesan itu membuat Yesi Mo girang bukan kepalang, dia sungguh ingin sekarang juga pergi dari situ dan bertemu dengan Stanley Yan.

Novel Terkait

Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu