Unlimited Love - Bab 94 Undangan Pernikahan (1)

"Yesi! "

Suara Levy Song menyadarkan Yesi Mo dari lamunannya, dia menoleh, dan dilihatnya Levy Song sedang menyeritkan dahi dan berjalan mendekatinya. Yesi Mo menahan diri dan memaksakan sebuah senyum lalu bertanya, "Ibu, ada apa? "

"ibu dengar dari Rico Mu, katanya kamu sudah menerima lamarannya?" Levy Song meihat Yesi Mo dengan bingung lalu bertanya, "Yesi, apa kamu sudah memikirkannya matang-matang? Pernikahan bagi seorang wanita adalah sesuatu yang sangat penting, tidak boleh sembarang memutuskan, kalau tidak, seumur hidupnya akan kacau! "

"Ibu, aku... "Yesi Mo tidak tahu harus mengatakan apa.

Apa Levy Song memahami apa yang dia katakan, tapi apa dia sekarang punya pilihan lain?

Dia bisa saja tidak menikah dengan Rico Mu, tapi yang terlihat di depannya sekarang setiap dia membuka matanya hanyalah gambaran Stanley Yan yang mendekam di penjara, Stanley Yan yang terluka, dan bahkan kehilangan nyawanya.

Dia tidak menginginkan sesuatu terjadi pada Stanley Yan. Dia lebih tidak ingin lagi, Sandy di umurnya yang masih kecil sudah tidak memiliki ayah.

Demi Stanley Yan, demi Sandy, apapun akan dilakukannya, bagaimana pun besar kesedihan yang akan dia alami, dia hanya bisa menyerah pada Rico Mu, karena tidak ada pilihan lain.

"Yesi, ibu tahu kamu tidak memiliki perasaan apa pun pada Rico Mu, maka beberapa tahun ini, ibu dan ayahmu juga tidak pernah memaksamu! Bahkan sebisa mungkin menunda pernikahanmu, karena ibu tidak ingin kamu menyesal di kemudian hari! "Levy Song duduk di sebelah Yesi Mo, dia meraih tangannya dan berkata, "Yesi, apa kamu yakin kamu sudah mempertimbangkannya baik-baik? "

"Aku... "Yesi Mo menatap wajah Levy Song yang penuh perhatian, dia kemudian dengan berat hati mengangguk, "Sudah aku pikirkan baik-baik! "

"Sungguh sudah kamu pikirkan baik-baik? "Levy Song masih tidak merasa puas dengan jawaban Yesi Mo, sehingga dia bertanya sekali lagi.

"Sungguh, aku sudah memikirkannya baik-baik! Rico adalah calon suamiku, aku sebenarnya sekarang pun sudah terhitung menikah dengannya! Aku sudah membuatnya menunggu sekian lama, tidak mungkin bagiku untuk secara egois membuatnya menunggu lebih lama lagi! Seperti ini tidak adil baginya, dan juga... "Yesi Mo tertawa pahit, "Umurku sudah tidak muda lagi, aku seharusnya sudah membina rumah tanggaku sendiri! "

"Kamu sungguh berpikir seperti itu? Tapi bukannya kamu selama ini tidak memiliki perasaan apa pun pada Rico Mu? "

Levy Song menatap dalam-dalam Yesi Mo sambil bertanya, hati Yesi Mo tergerak dibuatnya, tapi dia masih bersikukuh menjawab, "Perasaan akan bisa ditumbuhkan seiring berjalannya waktu! Rico Mu sangat baik terhadapku, aku yakin, suatu saat nanti aku juga akan punya perasaan padanya! "

"Tapi... "Levy Song seakan mau mengatakan sesuatu, tapi pada akhirnya mengurungkan niatnya.

"Kamu sebaiknya memikirkannya lagi baik-baik! Apa pun keputusanmu, ibu dan ayahmu akan mendukungmu, dan memberimu dukungan yang paling kuat! "Mata Levy Song berkilat-kilat menatap Yesi Mo, lalu dengan lembut berkata, "Harapan terbesar ibu dan ayahmu dalam kehidupan ini adalah kebahagiaan untukmu, tidak ada yang lebih penting daripada itu! "

"Hmph! Terima kasih, ibu! "Yesi Mo masuk ke dalam pelukan Levy Song, dia merasa air matanya mulai membasahi pipi.

Setelah keluar dari kamar Yesi Mo, Levy Song menghela nafas tak berdaya, dia lantas pergi ke kamar Wirawan Mo.

"Wirawan! "

"Kamu sudah kembali? "Wirawan Mo mendongak menatapnya dan bertanya dengan halus.

"Hmph! "Levy Song mengangguk lalu duduk di sebelahnya.

"Apa kata Yesi Mo? "

"Yesi Mo, dia berkata... "

Levy Song menceritakan semua yang dia perbincangkan dengan Yesi Mo. Dia kemudian menyeritkan dahinya dan bertanya, "Wirawan, menurutmu kenapa Yesi Mo bisa tiba-tiba berpikiran terbuka? "

"Bukankah itu hal yang bagus? "Wirawan Mo bertanya balik sambil tersenyum.

"Baik, tapi Wirawan, Yesi, dia adalah... "Levy Song berhenti di tengah kalimatnya, dia lalu menghela nafas, "Aku khawatir dia akan menyesalinya! Wirawan, bagaimana kalau besok kamu membantuku untuk menasehatinya lagi, aku tidak ingin Yesi hidupnya tidak bahagia!"

"Menasehatinya tidak akan berguna! "Wirawan Mo menggelengkan kepalanya, dan berkata tanpa ekspresi.

"Lantas apa yang harus kita lakukan? Apa kita harus membiarkannya sembarangan seperti ini, menikah dengan Rico? Bagaimana kalau setelah menikah, Yesi teringat dengan masa lalunya? Yesi pasti akan bersedih. Sebagai seorang wanita, aku bisa memahami cara pikir

Yesi! "

Wirawan Mo menarik tangan Levy Song, dia kemudian tersenyum, "Baiklah, jangan khawatir! Sebenarnya masalah seperti ini sangat mudah solusinya. Besok aku akan berbicara dengan Yesi! "

"Wir, apa kamu sedang berencana untuk... "Levy Song menatap Wirawan Mo dengan tajam, "Apa Yesi Mo tidak akan ada pilihan lain selain menyetujuinya? '

"Tidak peduli apakah dia akan menyetujuinya, itu adalah masa lalunya, itu adalah haknya untuk mengetahuinya! Mengenai pilihannya setelah itu, itu semua hak dia, dan aku akan menghargai pilihannya itu!" Mata Wirawan Mo berkilat sambil mengatakan itu semua.

Semalaman, tidur Yesi Mo tidak tenang, dia memimpikan dirinya menikah dengan Rico Mu, dia memimpikan Sandy yang tiba-tiba muncul di pesta pernikahannya, dan menangis sambil memanggil-mangil dia ibu, memohon padanya untuk tidak menikah dengan Rico Mu, berkata dia tidak ingin dirinya tumbuh tanpa seorang ibu.

Sandy cilik di mimpinya yang menangis sedih membuat hati Yesi Mo teriris, saat dia terbangun, air mata membasahi wajahnya, membasahi bantalnya.

Dia duduk di atas tempat tidur, memikirkan kejadian di dalam mimpinya, Yesi Mo sangat sedih, tetes demi tetes air mata mulai berjatuhan.

Keesokan harinya, Yesi Mo baru bangkit duduk di atas kasurnya, dan saat dia berjalan ke kamar mandi, dilihatnya bayanganya di cermin, matanya memerah, kantung matanya menebal, Yesi Mo berusaha menekan dan menyembunyikan kesedihannya itu dalam-dalam.

Saat akan keluar dari kamarnya, dia sengaja mengenakan kacamata berwarna, dia tidak ingin Wirawan Mo dan Levy Song melihatnya seperti itu dan membuat mereka khawatir.

Sesampainya di ruang makan, Wirawan Mo dan Levy Song baru saja duduk, ketika mereka melihat Yesi Mo, Levy Song bertanya dengan cemas, "Yesi, kenapa kamu pagi-pagi begini sudah mengenakan kacamata? "

Menanggapi pertanyaannya itu, Yesi Mo menjawab, "Mataku sedikit tidak enak, tidak tahan terkena paparan cahaya terang! "

"Bagaimana bisa? Sini tunjukan pada ibu! "Levy Song berkata demikian sambil berjalan mendekat, hendak melepaskan kacamata Yesi Mo. Yesi Mo yang terkejut, segera mundur beberapa langkah dan menggeleng, "Ibu, aku tidak apa-apa. Sepertinya hanya sedikit iritasi, nanti aku akan menetesinya dengan obat tetes mata! "

"Sungguh? "Levy Song masih tidak tenang, "Begini saja, nanti ibu akan menemanimu ke rumah sakit untuk periksa. Dengan begitu ibu akan tenang. "

"Tidak usah! Aku nanti akan pergi memilih gaun pengantin bersama dengan Rico, tidak ada waktu untuk pergi ke rumah sakit! "

"Bagaimana bisa seperti itu? Mana yang lebih penting, kesehatanmu atau memilih gaun nikah? Gaun nikah bisa sewaktu-waktu dipilih, kalau sampai ada masalah kesehatan, maka itu akan jadi masalah seumur hidupmu! "

Bagi Levy Song, tidka ada yang lebih penting daripada anak perempuannya ini.

"Ibu, aku tahu! Ini bukan masalah besar, nanti aku... "Kalimatnya belum selesai dia ucapkan, ketika Rico Mu berjalan masuk ke ruang makan, "Paman, bibi, Yesi, kalian belum makan? "

"Rico, kamu sudah datang! "Levy Song mengangguk, dia mengangkat alisnya kemudian berkata, "Rico, mata Yesi sedang sakit dan sensitif terhadap cahaya terang, hari ini kalian tidak usah pergi memilih gaun pengantin terlebh dahulu! Aku akan membawanya periksa ke rumah sakit! "

"Apa? Mata Yesi sakit? "Wajah Rico Mu cemas, "Apa yang terjadi, Yesi? "

"Aku tidak apa-apa "Yesi Mo menggeleng, "Ibuku terlalu berlebihan, ini hanya sedikit iritasi saja, tidak usah pergi ke rumah sakit, sedikit obat tetes mata juga akan menyelesaikan masalahnya! "

"Mana bisa seperti itu? Ini harus segera di bawa ke rumah sakit! Masalah kesehatan tidak boleh dianggap remeh! "

Sikap Rico Mu membuat Levy Song puas, dia menatap Yesi Mo dan berkata, "Kamu lihat, Rico Mu sendiri saja juga mengatakan hal yuang sama, kamu jangan keras kepala! Dengarkan ibu! Segera makan, nanti kita akan pergi ke rumah sakit! "

"Rico, apa kamu sudah makan? Tinggalah di sini dan ikut makan bersama kami! "

"Baik! "Rico Mu menyetujui dengan patuh. Setelah makan, Levy Song baru akan naik dan bertukar baju, Rico Mu mencegahnya, "Bibi tidak usah repot! Biar aku saja yang mengantar Yesi ke rumah sakit! "

"Baiklah kalau begitu! "Levy Song ragu sejenak lalu mengangguk, Rico Mu berjalan mendekat Yesi Mo dan meraih tangannya, "Yesi, ayo kita pergi! "

Yesi Mo awalnya berniat menarik tangannya, tapi Rico Mu lebih cepat, dia dengan segera menggenggam tangan Yesi Mo dengan erat, dan menariknya keluar.

"Hati-hati di jalan, beri aku kabar begitu tahu apa yang terjadi! "

Dari belakang mereka dapat mendengar suara Levy Song berpesan, Rico Mu menoleh dan tersenyum lalu berjanji, "Baiklah bibi, bibi tidak perlu khawatir! "

Setelah masuk ke mobil dan meninggalkan rumah keluarga Mo, senyum di wajah Rico Mu perlahan pudar, perlahan dia menaikan alis dan bertanya dengan cemas, "Matamu tidak kenapa-kenapa? Sini tunjukan padaku! "

Melihat tangan Rico Mu yang terjulur hendak melepas kacamatanya, Yesi Mo dengan segera menepis tanganya, "Aku tidak apa-apa! "

"Tidak apa-apa bagaimana? Jangan bergerak! "

Rico Mu secepat kilat melepas kacamata Yesi Mo, melihat matanya memerah, dia menyeritkan dahi dan bertanya, "Kamu tidak bisa tidur semalam? "

"Aku insom! "Yesi Mo menghela nafas, menjawab.

"Kalau begitu, tidurlah sekarang! Nanti sesampainya di rumah sakit, aku akan membangunkanmu! "Rico Mu menyerahkan kacamatanya kembali pada Yesi Mo, dan menyuruhnya tidur.

Yesi Mo mengenakan kacamata itu dan menggeleng, "Tidak usah. Aku tidak apa-apa! Kita tidak perlu pergi ke rumah sakit! Aku hanya tidak tidur nyenyak! "

"Tidak bisa begitu, kita harus pergi ke rumah sakit! Kalau tidak bibi bisa khawatir! "

Novel Terkait

Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
3 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu