Unlimited Love - Bab 177 Akhir Yang Luar Biasa (Tengah)

Seperti yang kita ketahui, Bank Swiss adalah bank teraman di dunia. Bukan hanya karena kemampuannya untuk menjaga privasi para nasabahnya serta sistem penjagaannya yang sangat sempurna dan sangat ketat, tapi terlebih karena identitasnya sebagai negara yang netral secara permanen.

Hal ini menjamin bahwa Swiss tidak mungkin campur tangan dalam peperangan. Harta benda dan uang yang disimpan dalam Bank Swiss tidak mungkin luruh karena waktu. Tidak akan ada kehilangan atau kerugian apapun karena faktor peperangan.

Selama kamu dapat membawa jaminan kepercayaan atau kunci, kamu bisa mengambil kembali harta benda yang bahkan sudah ratusan tahun tersimpan dalam bank. Harta benda itu dijamin akan kembali dengan utuh dan tidak kekurangan apapun.

Sebenarnya awalnya Yesi Mo masih merasa khawatir akan terjadi sesuatu yang di luar dugaan di Bank Swiss, namun kenyataannya semua hal berjalan lancar seperti yang dikatakan.

Saat Yesi Mo menunjukkan kunci brankas yang waktu itu diserahkan Nenek Yan kepadanya lalu mengeluarkan kata sandi brankas, ia pun dapat dengan mudah masuk ke dalam gudang brankas bank setelah pegawai bank menyetujuinya.

Ia menggunakan kunci yang sudah tua itu untuk membuka kotak brankas yang sudah usang. Dalam sekali pandang, ia dapat langsung melihat barang yang diletakkan dalam brankas itu—sebuah kotak persegi berwarna cokelat. Sebuah karya kerajinan tangan yang sangat indah dan orisinil.

Yesi Mo tidak membuka kotak itu melainkan langsung memasukkannya ke dalam tas yang ia bawa. Setelah itu, barulah ia diantar dengan aman oleh pegawai untuk meninggalkan gudang brankas.

“Barangnya sudah diambil?”

Yesi Mo menjawab pertanyaan Stanley Yan dengan anggukan kecil dan pria itu pun balas mengangguk, “Kalau begitu, ayo kita pulang.”

“Baiklah.”

Yesi Mo menyetujui singkat dan sebuah mobil komersil hitam pun melaju ke depan pintu bank dari belakang.

“Marson, kita pergi ke bandara.”

Mendengar perintah dari Stanley Yan itu, Yesi Mo pun sontak mengernyit, “Kita pulang secepat ini?”

“Aku sudah tidak sabar untuk menyelesaikan semua perkara ini.”

“Apa benar boleh begitu?” Yesi Mo sedikit tidak yakin.

“Tentu saja.” Stanley Yan tersenyum penuh percaya diri. Yesi Mo sedikit merenggangkan tautan alisnya. Ia lalu mengulurkan tangannya masuk ke dalam tas yang dijinjingnya untuk mengeluarkan kotak itu, namun Stanley Yan menggeleng padanya, “Biar kamu dulu saja yang pegang.”

“Kamu tidak ingin tahu barang apa yang aku ambil dari brankas?”

“Tanpa perlu lihat pun aku sudah tahu, itu adalah sebuah kotak. Kotak yang sedari awal sudah diinginkan oleh Andrew.”

“Bagaimana kamu bisa tahu?” Yesi Mo membelalak. Stanley Yan balas tersenyum kecil dan bertanya, “Apakah tebakanku benar?”

“Tepat. Memang sebuah kotak.”

Yesi Mo mengangguk, tangannya yang ada di dalam tas meraba kotak itu. Ia sedikit memicingkan matanya, “Aku sangat penasaran sebenarnya ada benda apa di dalam kotak ini. Kenapa Andrew begitu berjuan dengan ratusan ribu cara untuk mendapatkannya?”

Melihat Yesi Mo hendak mengeluarkan kotak itu dan membukanya untuk melihat isinya, Stanley Yan pun menggunakan sorot matanya untuk menghentikan Yesi Mo, “Lebih baik tidak usah dilihat. Apa yang ada di dalam tidak ada hubungan apapun dengan kita, melihatnya hanya akan membawa masalah untuk diri kita sendiri.”

“Kamu berencana untuk memberikan kotak ini pada Andrew? Kenapa?”

Yesi Mo tidak lupa dengan perkataan Nenek Yan saat ia menyerahkan kunci brankas padanya. Kotak ini berisikan kunci yang menentukan bisa atau tidaknya keluarga Yan bangkit kembali. Apa Stanley Yan sudah gila?

“Percaya pada kata-kataku dan jangan tanya apapun sekarang. Aku jamin kebenarannya tidak lama lagi akan terungkap.”

Yesi Mo ragu sejenak, namun kemudian tangannya yang sedang memegang kotak dalam tasnya itu perlahan melonggar dan ia mengangguk pada Stanley Yan, “Baiklah.”

Jarak Amerika dengan kota R tidaklah dekat, kurang lebih harus memakan waktu 15-16 jam. Saat mendarat Didi tetap tidak terbangun, dengan napas sedikit memburu tetap tertidur lelap.

Stanley Yan mengisyaratkan Yesi Mo untuk menyerahkan Didi pada Robin Xiao yang menjemput mereka di bandara dan meminta pria itu untuk membantu menjaga Didi sementara waktu.

“Stanley, kamu ini...” Yesi Mo menatap Stanley Yan dengan penasaran.

“Masih ada sedikit urusan yang harus kita urusan.”

“Kamu...” Mata Yesi Mo seketika membelalak lebar, dengan sangat terkejut dan tidak yakin menatap Stanley Yan. Ia tidak menyangka Stanley Yan akan begitu terburu-buru.

“Ayo.”

Setelah tatapannya mengantar Robin Xiao yang meninggalkan bandara sambil menggendong Didi yang tertidur lelap, Stanley Yan menoleh dan tersenyum pada Yesi Mo. Ia menjulurkan tangannya untuk menggenggam jemari Yesi Mo yang lentik.

Mobil mereka pun melaju meninggalkan parkiran bandara dan Yesi Mo bertanya dengan penasaran, “Kamu tahu sekarang ia ada dimana?”

“Tentu saja.” Stanley Yan mengangguk, lalu menunjukkan raut wajah yang serius sambil menggenggam tangan Yesi Mo, “Setelah memberikan benda itu padanya, kita akan langsung kembali. Sudah saatnya kita santai-santai dengan damai.”

“Benar-benar tidak apa-apa?”

Yesi Mo tidak yakin Andrew Ling akan langsung lepas tangan setelah mengambil kotak itu, tapi Stanley Yan tersenyum datar, “Tentu saja.”

Semenjak Stanley Yan dan Yesi Mo meninggalkan bandara, Andrew Ling menyadari bahwa mereka akan menemuinya. Segala rencana awal yang sudah dirancang dengan baik pun dihentikan untuk sementara waktu. Ia ingin tahu apa yang sebenarnya ingin Stanley Yan dan Yesi Mo lakukan.

Stanley Yan dan Yesi Mo sama sekali tidak membiarkan ia menunggu terlalu lama. Satu jam kemudian, mereka sudah duduk di sofa ruang tamu vila Andrew Ling.

Melihat Andrew Ling yang turun dari lift menggunakan kursi roda elektrik khusus yang dibuatkan untuknya, Yesi Mo pun samar-samar mengernyitkan alisnya. Sebaliknya, Stanley Yan malah terlihat sangat tenang.

“Aku tidak menyangka ternyata kalian akan mencariku di saat seperti ini.” Bersamaan dengan kursi rodanya yang berputar, suara Andrew Ling pun merambat ke telinga Yesi Mo dan Stanley Yan.

“Kalau tidak datang sekarang, takutnya tidak akan ada kesempatan lagi nanti. Penjara bukanlah tempat yang baik untuk bertemu.”

Stanley Yan masih mempertahankan nada bicaranya sambil menatap Andrew Ling, matanya memancarkan sinar yang bijak.

“Setengah kalimatmu yang di depan benar, namun setengahnya lagi yang di belakang... Sepertinya itu hanya pikiranmu saja. Apakah menurutmu aku akan gagal?”

Raut wajah Andrew Ling menjadi dingin, terlihat jelas bahwa ia tidak senang.

“Bukankah kamu sudah gagal?” Stanley Yan mengangkat sedikit sudut bibirnya, “Apakah kemunculanku disini masih tidak membuktikan sesuatu?”

“Kamu...” Andrew Ling mengernyitkan alisnya, ia menggertakkan giginya kuat-kuat sampai bunyinya terdengar.

Ini jelas-jelas adalah sebuah provokasi, namun Andrew Ling sama sekali tidak tahu harus bagaimana membalasnya.

Sesaat, Andrew Ling tiba-tiba merasa menyesal. Ia menyesal tidak menyuruh orangnya untuk menghabisi Stanley Yan dan Yesi Mo di perjalanan tadi.

“Sudahlah, aku kesini menemuimu bukan untuk hal ini.”

Stanley Yan mengibaskan tangannya dan memberi isyarat pada Andrew Ling untuk tetap tenang.

Raut wajah Andrew Ling perlahan melembut dan dengan begitu tenang balas menatap Stanley Yan, “Katakanlah, untuk apa mencariku?”

“Untuk mengantarkanmu sebuah benda. Aku harap setelah mendapat benda ini, semua hutang budi dan dendam diantara kita terhitung lunas. Kamu jalanlah di jalan kemegahanmu dan aku akan berjalan di papan kayuku. Mulai saat ini, kamu jangan lagi mengganggu kehidupanku.”

Setelah itu, Stanley Yan mengisyaratkan Yesi Mo untuk mengeluarkan kotak itu dan memberikannya pada Andrew Ling.

Yesi Mo ragu sejenak, namun pada akhirnya ia tetap mengeluarkan kotak tersebut dari dalam tasnya dan menyerahkannya pada Andrew Ling.

Novel Terkait

Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu