Unlimited Love - Bab 152 Siapa Yang Bisa Memahami Rasa Sakitnya? (1)

Saat Marson Luo yang berada di belakang tersadar, Yesi Mo sudah sampai di depan pintu kantor catatan sipil.

Marson Luo takut tidak bisa membereskan segala kekacauan yang terjadi, sehingga ia langsung meluncur menghampiri Yesi Mo. Bahkan saat ia sampai-sampai menabrak pejalan kaki yang sedang berjalan di trotoar, ia hanya melemparkan pandangannya sekilas dan kata-kata maaf terbuang begitu saja di pojokan kepalanya dalam kondisinya yang tergesa-gesa.

Aula kantor catatan sipil sangat besar. Setelah melihat begitu banyak pasangan yang mengantri di depan konter tempat pendaftaran pernikahan untuk mengurus akta pernikahan, sontka Yesi Mo tersadar bahwa sepertinya ia terlalu panik.

Memotret foto pernikahan sama sekali bukan berarti bisa mendapatkan buku akta pernikahan dengan segera. Asalkan berkasnya belum dimasukkan ke dalam sistem internal biro sipil, buku akta pernikahan itu sama sekali tidak bisa keluar. Bahkan kalau bisa terbit pun, itu hanya dua lembar kertas yang tidak berarti yang ditempelkan foto bukti pernikahan mereka.

Begitu banyak pasangan yang sedang menunggu di depan konter pendaftaran pernikahan sambil membawa berkas mereka masing-masing, entah kapan giliran Stanley Yan dan Vivian Luo akan tiba.

Ada kemungkinan bahwa pagi ini giliran mereka juga belum sampai. Terpikir akan hal ini, sebersit niat untuk mundur pun muncul dalam benak Yesi Mo.

Ini tidak perlu sampai menggunakan usaha terakhirnya. Ia tidak ingin Vivian Luo merasakan niatnya, tidak ingin Vivian Luo membuat terlalu banyak halangan untuknya walaupun sekarang kondisinya Vivian Luo terus-menerus menghalanginya.

Ada beberapa hal yang sebenarnya tidak diharapkan seperti itu malah terjadi seperti yang dibayangkan. Saat Yesi Mo ingin mundur dan beranjak pergi, Vivian Luo malah keluar dari ruang foto untuk pernikahan sambil mendorong Stanley Yan yang berada di kursi roda. Ditambah lagi, pandangannya secara kebetulan malah melihat Yesi Mo yang sedang membalikkan tubuhnya menuju pintu keluar.

Entah apa maksud hati Vivian Luo, namun ia dengan sengaja memanggil Yesi Mo. Saat itu, Yesi Mo hanya bisa menebalkan muka untuk menghentikan langkahnya dan berbalik menyapa Vivian Luo.

“Oh ya Presdir Mo, ada urusan apa kamu kemari? Apakah kamu juga bermaksud sama seperti kami yaitu datang untuk mengurus pernikahan?” Vivian Luo menatap datar ke arah belakang Yesi Mo, kemudian mengerjapkan matanya, “Dengan Direktur Luo?”

Mendengar kata-kata dan melihat tatapan Vivian Luo, Yesi Mo sama sekali tidak menoleh. Sedari awal, ia tahu bahwa Marson Luo pasti akan datang mengejarnya.

“Mana mungkin?” Sorot mata Yesi Mo berpaling dari wajah Vivian Luo ke wajah Stanley Yan. Ia ingin melihat ekspresi apa yang muncul pada wajah pria itu, namun ia tidak dapat melihat apapun.

Stanley Yan sedikit menundukkan kepalanya, sama sekali tidak mengangkatnya untuk menatap Yesi Mo semenjak wanita itu menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya untuk berhadapan dengannya. Ia benar-benar tidak menganggap keberadaan Yesi Mo ini nyata.

“Bukan begitu?” Vivian Luo berpura-pura kaget dan menaikkan alisnya, “Aku kira ada hal baik yang datang dari Presdir Mo. Tapi kalau dipikir-pikir, suamimu juga sudah menghilang selama lebih dari setengah tahun. Apakah sampai sekarang tidak ada kabar sama sekali? Kalau menurutku, kamu tidak usah menunggunya lagi. Lebih baik kamu melupakan masa lalu dan memulai hidup yang baru. Dengan begini, bukankah kamu juga bisa merasa lebih bahagia? Sebenarnya, Direktur Luo juga lumayan...”

Kata-kata yang diucapkan Vivian Luo semakin lama semakin tidak berdasar, semakin bicara semakin keterlaluan. Yesi Mo tidak terlalu terpengaruh, namun Marson Luo yang ada di belakangnya sudah sangat kelam. Ia merasa sangat geram. Kalau bukan karena ada Yesi Mo disitu, Marson Luo pasti dari awal sudah melangkah maju dan memberikan sebuah tamparan pada wanita itu.

Yesi Mo tidak menunggu sampai Vivian Luo menyelesaikan kata-katanya untuk memberikan sebuah penjelasan singkat. Ia berujar, “Nona Luo tidak perlu repot-repot mengurusi urusanku.”

“Presdir Mo adalah atasannya Felix dan biasanya juga sangat menjaga Felix kami, bagaimana mungkin aku tidak perhatian padamu?” Selesai bicara, mata Vivian Luo dengan sengaja menyoroti Yesi Mo dan Marson Luo yang berada di belakangnya. Ia lalu kembali bertanya dengan setengah ragu dan setengah yakin, “Presdir Mo, kamu benar-benar datang kesini bukan untuk mendaftarkan pernikahan dengan Direktur Luo?”

Wajah Marson Luo semakin lama semakin tidak enak dilihat. Napasnya seketika menjadi kasar, entah sejak kapan tinjunya mulai terkepal.

Vivian Luo sekarang ini sedang jelas-jelas menghina Yesi Mo, seolah sedang menyiramkan air kotor padanya. Yang lebih licik lagi, ia melakukannya di hadapan Stanley Yan.

Hembusan napas kasar Marson Luo mengejutkan Yesi Mo. Ia langsung menoleh dan memberikan isyarat halus pada Marson Luo supaya pria itu tenang dan jangan terlalu gegabah.

Jika orang lain yang memberikan isyarat, Marson Luo pasti tidak akan menggubrisnya. Tapi Yesi Mo tidaklah sama.

Yesi Mo adalah nyonya muda keluarga Yan, ia adalah istri Stanley Yan. Walaupun sekarang status Marson Luo bukan lagi sebagai pengawal Stanley Yan dan tidak memiliki hubungan apapun dengan keluarga Yan, namun dalam lubuk hatinya, ia selalu menganggap dirinya adalah bawahan keluarga Yan. Ia sungguh-sungguh tulus menganggap Stanley Yan sebagai tuan mudanya dan Yesi Mo sebagai nyonya mudanya.

Jadi saat ini, ia hanya bisa bersabar sekali lagi dan membiarkan Yesi Mo menghadapi Vivian Luo.

Tapi, ia telah bersiap. Jika Vivian Luo yang tidak tahu diri ini terus membuka mulutnya untuk menghina dan mempermalukan Yesi Mo, atau mempermalukan Stanley Yan, walaupun tindakannya mungkin tidak akan disukai Yesi Mo, namun ia tetap harus membuat wanita itu merasakan tinjunya.

“Aku datang untuk memperbaharui akta pernikahanku.” Yesi Mo mengatupkan bibirnya, lalu berjalan menuju konter informasi. Ia berpura-pura bertanya tentang beberapa hal kepada pegawai disana, lalu membalikkan tubuhnya dan berjalan keluar.

Ia tidak menyangka Vivian Luo akan tetap menatapnya, bahkan kali ini juga mendorong kursi Stanley Yan untuk bersama datang mendekatinya. Vivian Luo lalu bertanya penasaran, “Kenapa baru sampai sudah langsung pergi? Tidak jadi memperbaharui akta pernikahanmu?”

“Ada berkas yang lupa kubawa, jadi aku mau pulang untuk mengambilnya dulu.” jawab Yesi Mo asal.

“Berkas apa? Bagaimana kalau suruh Direktur Luo saja untuk pulang mengambilnya?”

“Ia tidak tahu dimana letak berkas itu.”

“Bukankah tinggal kamu beritahu biar ia tahu dimana letak berkasnya?” Vivian Luo tersenyum manis sambil menatap Yesi Mo.

Yesi Mo pun samar-samar mengangkat alisnya. Sebenarnya, apa maksud Vivian Luo ini? Ia ingin membuatnya tinggal disini, membuatnya melihat dengan mata kepalanya sendiri saat Vivian Luo dan Stanley Yan mengurus akta pernikahan, ingin membuat lelucon untuknya?

Sepertinya Vivian Luo terlalu percaya diri. Apakah ia benar-benar menganggap kantor catatan sipil adalah rumahnya? Sehingga ia boleh menyerobot semaunya?

“Percuma saja aku memberitahunya, berkasnya aku simpan di dalam lemari brankas dan hanya aku seorang yang tahu apa kata kuncinya.” Yesi Mo tidak ingin terus menunggu. Sebelum nomor urutannya sampai pada giliran Stanley Yan dan Vivian Luo, ia harus secepatnya menjalankan rencananya. Ia sama sekali tidak boleh membiarkan proses pendaftaran mereka berjalan dengan lancar.

“Kalau begitu sayang sekali. Awalnya aku berniat untuk menjadikan Presdir Mo sebagai saksi pernikahanku dengan Felix.”

Dengan raut menyesal Vivian Luo menghela napas, sedangkan Yesi Mo hanya tersenyum datar, “Sepertinya aku tidak seberuntung itu. Aku buru-buru mengejar waktu, aku pergi dulu.”

Selesai bicara, Yesi Mo pun melangkah lebar-lebar keluar dari pintu kantor catatan sipil. Ia sampai di samping Marson Luo dan pria itu juga kebetulan sedang membalikkan tubuhnya, kedua orang itu hendak beralan keluar. Saat itulah firasat Yesi Mo tiba-toba mengatakan bahwa Stanley Yan sedang menatapnya. Ia pun secara spontan menoleh.

Stanley Yan mengangkat kepalanya dan matanya menatap Yesi Mo. Yesi Mo dapat melihat raut yang rumit dari pancaran mata Stanley Yan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Saat Stanley Yan melihat Yesi Mo menoleh untuk menatapnya, ia pun dengan secepat kilat kembali menundukkan kepalanya dan memalingkan wajahnya untuk menghindari tatapan membara Yesi Mo.

“Ada apa, Presdir Mo?”

Vivian Luo dapat melihat semua kejadian ini dengan jelas, ia bertanya sambil tersenyum samar.

“Aku pergi terlalu terburu-buru, hampir saja melupakan urusan yang terpenting.” Yesi Mo tersenyum sambil menatap mereka berdua, “Nona Luo, Asisten Lu, selamat atas pernikahan kalian. Semoga kalian berbahagia selalu.”

Selesai berkata, Yesi Mo langsung beranjak pergi tanpa menoleh lagi. Marson Luo mengernyit dan menatap Vivian Luo dengan tajam, lalu ikut membalikkan tubuhnya dan pergi dari situ.

Tepat pada saat mereka keluar dari pintu kantor catatan sipil, Stanley Yan yang sedari tadi terus menundukkan kepalanya pun dengan secepat kilat mengangkatnya untuk menatap punggung Yesi Mo. Wajahnya penuh dengan raut getir dan ketidakberdayaan.

“Kenapa? Tidak rela? Kalau tidak rela, kamu boleh tidak melanjutkan pernikahan hari ini.”

Kata-kata Vivian Luo terus terngiang dalam telinga Stanley Yan. Stanley Yan menoleh dengan refleks dan melihat senyum dingin yang tersungging di sudut bibir Vivian Luo. Setelah termangu sejenak, Stanley Yan pun menggelengkan kepalanya.

Melihat respon Stanley Yan yang seperti ini, Vivian Luo pun merasa puas dan mengangguk. Ia tersenyum dengan bahagia.

Di luar kantor catatan sipil, Yesi Mo dan Marson Luo secara beriringan masuk ke dalam mobil. Yesi Mo lalu menyuruh supir untuk melajukan mobil ke tempat parkir terdekat.

Di perjalanan, Marson Luo pun meluapkan kekecewaannya kenapa tadi Yesi Mo menghentikannya, “Rendahan sekali mulut Vivian itu. Menurutku, seharusnya kita membereskannya dengan cara rendahan juga.”

“Aku tahu hatimu tidak senang.” Yesi Mo mengangguk setuju, “Sebenarnya kalau dibandingkan, aku lebih tidak senang hati dibanding dirimu. Tapi dalam kondisi seperti tadi, mau tidak mau aku harus menghentikanmu.”

“Kenapa?”

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu