Unlimited Love - Bab 128 Kebaikan yang Tak Terlupakan (2)

Pagi buta, Stanley Yan sudah meninggalkan rumah pergi ke kantor. Dalam perjalanan pulang dari mengantar Didi ke sekolah, Yesi Mo menelepon Mason Luo, dan menyuruhnya untuk menyelidiki tentang keadaan Katty Yun, sambil dengan sengaja berpesan padanya untuk tidak memberi tahu Stanley Yan.

Tanpa mengetahui saat dia menelepon Mason Luo, Stanley Yan sedang berada di sebelahnya, dan ponsel Mason Luo sedang dalam mode pengeras suara.

"Tuan muda, apa saya perlu...... "Mason Luo bertanya dengan tidak yakin pada Stanley Yan.

"Dia sudah menyuruhmu mencari tahu, maka selidikilah. Masalah ini tidak usah kamu laporkan padaku. "

"Baiklah, tuan muda, Kalau begitu aku akan pergi dulu. Oh iya, Semalam...... "Mason Luo menghentikan perkataannya.

"Bantu aku untuk membuat janji dengannya. "Stanley Yan berkata setelah berpikir sejenak.

"Tuan muda, kalau saya boleh berkata jujur, masalah ini kalau sampai diketahui oleh nyonya muda, dia pasti akan salah paham. "Mason Luo berkata dengan cemas.

"Jangan sampai dia tahu. Bisa menyembunyikannya darinya berapa lama, biarkan saja, kalau sudah tidak bisa menyembunyikannya lagi, aku sendiri yang akan menjelaskan padanya. "

Ekspresi wajah Stanley Yan tidak berdaya, kalau bisa, dia juga tidak menginginkan ini semua, tapi kondisinya sekarang......

Kinerja Mason Luo sangat cekatan, dalam waktu kurang dari setengah hari, dia sudah berhasil menyelidiki Katty Yun secara menyeluruh.

Hari sudah mulai petang ketika Yesi Mo sendiri datang ke Yan Business Group untuk mencari Stanley Yan dan mengajaknya pergi ke Amerika.

Stanley Yan tahu dia masih tidak ingin menyerah dengan pernikahan Robin Xiao dan Katty Yun, maka dia mengangguk menyetujuinya, dan menyuruhnya untuk tidak mengkhawatirkan Didi. Dia lalu berkata akan segera menyelesaikan pekerjaannya dan pulang lebih awal.

Yesi Mo pergi menjemput Didi ke sekolahnya, dan setelah membawanya pulang ke rumah, dia sendiri menelepon Jennie Bai, dan menyuruhnya untuk datang membantunya merawat Didi selama beberapa hari.

Setelah berpesan padanya, Yesi Mo baru pergi ke bandara, Didi ingin ikut dengannya, tapi Yesi Mo tetap pada pendiriannya.

Melihat Yesi Mo melewati pemeriksaan keamanan, Didi menangis sambil menyeka ingus dan air matanya dengan baju Jennie Bai, yang akhirnya berhasil menenangkannya.

Ketika Jennie Bai membawa Didi pulang ke rumah, Stanley Yan juga baru saja sampai. Dari tubuhnya tercium bau alkohol, tapi dia tampak sadar.

"Dia sudah pergi? "

"Hmph, setengah jam yang lalu baru naik pesawat. Kak, kenapa kamu begitu santai melepas kakak ipar seorang diri pergi ke Amerika? Itu sangat berbahaya. "Jennie Bai berkata dengan tidak tenang. Stanley Yan tersenyum dan menyuruhnya untuk berhenti mengkhawatirkannya, "Aku sudah menelepon Robin Xiao, dia akan menyuruh orang untuk menjemputnya di bandara, Didi sudah tidur berapa lama? "

Melihat Didi tertidur pulas di pelukan Jennie Bai, Stanley bertanya dengan bingung.

"Sudah hampir satu jam, saat kakak ipar pergi, Didi terus menangis, mungkin dia kelelahan, terus tertidur. Hari sudah malam, kakak pergilah beristirahat, aku akan mengantar Didi naik. "

"Biar aku saja. "Stanley Yan berjalan mendekat hendak mengambil Didi dari pelukan Jennie Bai. Jennie Bai terus menggeleng, "Tidak usah, bau alkohol dari tubuh kakak sangat kuat. Biar aku saja, kamu segeralah mandi dan tidur. "

"Ba-baiklah kalau begitu...... "Stanley Yan ragu sejenak, lalu mengangguk dan naik ke atas.

Seusai mengantar Didi ke kamarnya, Jennie Bai melihat Stanley Yan yang baru selesai mandi berjalan masuk ke ruang bacanya, Jennie Bai menyeritkan dahinya dan mengikutinya masuk.

"Ada apa? "Melihat Jennie Bai berdiri di depan pintu, Stanley Yan bertanya dengan bingung.

"Ada sesuatu. "Jennie Bai berjalan masuk kemudian duduk di sofa ujung, "Kak, duduklah, aku ingin berbincang denganmu. "

"Sudah malam begini, bukannya tidur kamu malah ingin berbincang. Kalau ingin berbincang-bincang, besok aku akan menemanimu berbincang, sekarang aku sedang banyak kerjaan. "

"Tidak bisa, harus sekarang. Aku sudah tidak bisa menunggu sampai besok lagi. "

Jennie Bai menatap Stanley Yan dengan tajam, setelah sekian lama tidak mendapat tanggapan darinya, dia bergeming, yang membuat Stanley Yan tersenyum, dia berjalan kemudian duduk di sebelahnya, "Baiklah, apa yang ingin kamu perbincangkan? "

"Kak, jujurlah, apa kamu di luar punya wanita simpanan? "Jennie Bai menyeritkan dahinya dan bertanya langsung pada Stanley Yan.

"Apa yang kamu bicarakan? Kakak di luar punya wanita lain? Siapa yang menyebarkan gosip ini? "

"Aku tidak menyebarkan gosip. Saat kakak tadi sampai di rumah, aku mencium ada wangi parfum. Walaupun bau alkohol di tubuh kakak sangat kuat, tapi baunya tidak bisa menutupi wangi parfum itu. Kamu pasti ada berhubungan dengan wanita lain. "

Tuduhan Jennie Bai itu membuat Stanley Yan tak berdaya, dia menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

"Kak, apa dengan diam itu berarti sungguh? "Jennie Bai terbelalak, dia tidak percaya Stanley Yan yang seperti itu bisa berselingkuh.

Dari kecil, di matanya, Stanley Yan adalah lelaki yang teguh, pasti tidak akan melakukan hal seperti itu, tapi apa yang terjadi padanya sekarang? Kenapa dia berubah?

"Mengakui apa? Gadis kecil ini, kamu ini juga bukan tidak mengenal kakakmu, apa dia mungkin melakukan hal seperti itu? Dan lagi, kakak iparmu secantik itu, di dunia ini tidak ada wanita yang sebanding dengannya. Mata kakak baik-baik saja, mana mungkin bisa berpaling ke wanita lain? "

"Kalau begitu bagaimana kamu menjelaskan wangi parfum di tubuhmu itu? "Jennie Bai terlihat tidak percaya, dia tidak akan semudah itu melepaskannya.

"Ada masalah di kantor, aku harus meminta bantuan pada seseorang. "

Stanley Yan kemudian menjelaskan dengan singkat padanya, tanpa memberikan detailnya. Tapi Jennie Bai memahaminya, dia mengangguk, lalu berkata, "Kak, aku percaya padamu. Tapi kamu harus berjanji padaku, kalau kamu sampai melakukan sesuatu yang menyakiti kakak ipar, aku tidak akan menganggapmu sebagai kakakku lagi. "

"Gadis kecil ini, berani juga kamu mengancamku. "

Stanley Yan tertawa pahit padanya, kemudian menggeleng tak berdaya.

"Ini bukan ancaman, hanya sebuah pengingat, supaya kakak tidak melakukan kesalahan. "

"Ya ya ya, aku berjanji, Begitu cukup? "

"Lumayan. "

Jennie Bai dengan puas mengangguk lalu bangkit berdiri. Saat dia baru akan melangkah pergi, Stanley Yan memanggilnya. Jennie Bai menghentikan langkahnya dan bertanya dengan bingung, "Kak, ada apa? "

"Aku ingin bertanya padamu, kalau aku tidak salah ingat, beberapa hari lagi, kamu akan berulang tahun ke 22 bukan? Sudah punya pacar? Kapan mau kamu bawa ke sini untuk kamu kenalkan padaku, aku akan membantumu. "

"Kakak ini sedang berbicara apa? Aku masih muda. Pacar apa? "

"Belum punya kalau begitu? Bagaimana kalau kakak kenalkan kamu pada seseorang? Sepertinya kamu mengenalnya. "

Stanley Yan tiba-tiba teringat dengan Robin Xiao. Jennie Bai yang polos, dan baik hatinya, kalau dia menikah dengan Robin Xiao, dia akan baik terhadap Tony.

"Aku masih kecil, sementara ini masih belum memikirkan masalah itu. Sudahlah, sudah malam, aku pergi tidur dulu. "

Melihat Stanley Yan masih akan membuka mulutnya, Jennie Bai segera lari menghindarinya.

"Gadis kecil ini...... "

Stanley Yan menggeleng tak berdaya, dia berjalan kembali ke meja kerjanya.

Ketika Yesi Mo bertemu dengan Robin Xiao, dia sedang tersenyum lebar berdiri di muka pintu penjemputan, sambil tangannya menggenggam seikat bunga.

Melihat Yesi Mo berjalan mendekat, dia tersenyum sambil menyerahkan bunga itu ke tangan Yesi Mo, "Ini aku berikan padamu. Kamu tentunya sudah lelah karena perjalanan jauh. Ayo, aku akan mengantarmu beristirahat. "

Yesi Mo ragu sejenak, melihat bunga mawar yang digenggam kedua tangan Robin Xiao, dia ragu untuk menerimanya.

Robin Xiao membeku, dia kemudian menjelaskan sambil tersenyum, "Jangan salah sangka, ini asistenku yang menyiapkannya. Menurutnya, memberikan bunga saat menjemput orang itu adalah hal yang baik, menandakan sebuah kehangatan.... "

"Aku tahu, terima kasih. "

Yesi Mo tidak berbincang lebih jauh lagi dengan Robin Xiao. Menurut tradisi orang Amerika mawar merah digunakan dalam kondisi seperti ini bukanlah hal yang aneh.

Melihat Yesi Mo menerimanya dengan lapang dada, Robin Xiao tersenyum kemudian mempersilahkannya jalan.

Sepanjang perjalanan kedua orang itu berbincang-bincang, suasananya sangat santai.

Melihat pemandangan di sekitar semakin bertambah adem, Yesi Mo bertanya dengan bingung, "Ke mana kita akan pergi? "

"Pergi ke tempatmu beristirahat. "

"Ini bukan perjalanan menuju ke hotel. "

"Aku dari awal tidak berencana membiarkanmu tinggal di hotel. Coba lihat sekelilingmu lebih teliti, bukankah terlihat akrab? "Robin Xiao tersenyum dan bertanya pada Yesi Mo.

Yesi Mo melihat keluar jendela, dia dari awal merasa semua terlihat akrab, tapi dia tidak ingat. Sampai saat dia melihat 3 gunung yang terhubung menjadi satu di depannya, Yesi Mo terkejut, lalu menatap Robin Xiao dan bertanya, "Kita sekarang ini di rumah kediaman keluarga Mo? "

"Benar sekali. "

Novel Terkait

King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu