Unlimited Love - Bab 151 Bagaimana Mungkin Ia Tega Mengkhianati Keluarga Ini? (1)
“Kakak ipar... Kamu... Kamu bilang apa?” Jennie Bai menatap Yesi Mo dengan raut tidak percaya, matanya membelalak seperti lonceng.
Kali ini, keterkejutan dalam hati Jennie Bai tidak lagi dapat digambarkan dengan kata-kata.
“Kakak dan Vivian akan menikah? Ini kamu yang salah ucap atau aku yang salah dengar? Bagaimana hal ini mungkin terjadi?”
Dari mulut Yesi Mo, Jennie Bai sudah mengetahui semua hal yang terjadi saat ia meninggalkan kota R beberapa hari ini. Ia juga tahu bahwa Felix Lu adalah Stanley Yan. Terlebih lagi, ia juga tahu bahwa Stanley Yan sudah mengetahui identitasnya yang sebenarnya.
Dengan situasi yang seperti ini, kenapa Stanley Yan bisa-bisanya menikahi Vivian Luo? Bagaimana mungkin ia tega memperistri Vivian Luo?
“Aku juga berharap ini semua tidak benar, tapi Marson sendiri yang menelepon dan memberitahuku. Undangan dari keluarga Luo sudah sampai di tangan Marson, semua berita di koran juga menulis tentang kabar pernikahan mereka. Ini tidak mungkin salah.”
Saat mengatakan semua hal ini, raut wajah Yesi Mo sangat tidak karuan. Semua isi benaknya hancur tidak karuan seperti bubur.
“Kalau begitu...” Jennie Bai ragu sejenak, lalu sontak menengadah dan berujar mendesak, “Kakak ipar tidak cepat pulang? Gawat, terlambat sudah. Kakakku sudah menjadi milik wanita lain.”
“Aku sudah menyuruh orang untuk memesankan tiket pesawat paling pagi untukku besok.” Yesi Mo mengangguk pelan, menatap Jennie Bai yang sedang balas menatapnya dengan panik lalu memaksakan seulas senyum, “Upacara pernikahan mereka akan diadakan tiga hari lagi, jadi masih keburu. Tenag saja, aku sudah pernah kehilangan kakakmu sekali jadi aku tidak akan kehilangan dirinya untuk kedua kalinya. Walaupun aku harus mengerahkan segalanya bahkan sampai mempertaruhkan nyawaku, aku akan menghentikan pernikahan ini.”
Barulah setelah itu Jennie Bai menghela napas. Sesaat barusan, ia hampir saja mengira bahwa Yesi Mo akan menyerah.
Untungnya, Yesi Mo tidak mengecewakannya. Cinta Yesi Mo terhadap Stanley Yan benar-benar tidak luntur dan tidak lekang oleh waktu.
“Begini saja, kakak ipar. Malam ini, kamu jangan tinggal disini. Sebaiknya kamu kembali dulu ke rumah utama. Kalau tidak, lebih baik istirahat semalam di hotel dekat bandara supaya kamu memiliki tenaga untuk menghadapi masalah kakakku.
Jennie Bai menatap Yesi Mo lurus-lurus. Yesi Mo ragu sejenak dan mengernyit. “Apakah kamu tidak apa-apa sendirian disini? Kalau tidak, lebih baik aku tinggal disini dulu saja. Lagipula, aku juga bisa tidur di pesawat.”
“Tidak boleh begitu, apakah kamu bisa tidur dengan nyenyak di pesawat? Duduk di pesawat hanya akan membuatmu bertambah lelah, lagipula jangan lupa masih ada perbedaan waktu. Sekarang kakakku adalah masalah yang utama, jangan sampai kamu lengah. Kamu sama sekali tidak perlu mengkhawatirkan masalah di rumah sakit. Bukankah masih ada perawat yang berjaga? Tidak mungkin ada masalah.”
Yesi Mo berpikir dalam sejenak, lalu menganggukkan kepala dengan pelan, “Kalau begitu begini saja, nanti kamu telepon Andrew. Panggil ia untuk datang membantumu menjaga Sonson. Kalau tidak, aku benar-benar tidak bisa tenang.”
Jennie Bai mengiyakan dan barulah Yesi Mo mengangguk lalu pergi meninggalkan rumah sakit.
Alih-alih kembali ke rumah utama, Yesi Mo justru memesan sebuah kamar di sebuah hotel di dekat bandaraa sesuai saran Jennie Bai. Ketika langit baru saja menjelang pagi, ia langsung bangun dan bergegas ke bandara.
Sebelum pesawatnya lepas landas, Yesi Mo menelepon Jennie Bai dan menanyakan keadaan Sonson semalam. Setelah ia mendengar bahwa kondisi Sonson lumayan baik, barulah ia merasa tenang.
Perjalanan panjang di pesawat benar-benar menguras tenaga seseorang. Detik saat Yesi Mo turun dari pesawat, ia melihat matahari yang terbit perlahan dari ufuk timur. Wajahnya terlihat sangat lelah.
Dalam hitungan belasan jam ini, sepertinya Yesi Mo sama sekali tidak terlelap barang semenit pun.
Bukannya tidak ingin tidur, tapi memang Yesi Mo tidak bisa tidur. Hanya ada satu pertanyaan yang terus berputar dalam pikirannya, yaitu kenapa Stanley Yan masih tetap ingin menikah dengan Vivian Luo meskipun pria itu jelas-jelas sudah tahu tentang jati diri sebenarnya?
Apakah mungkin Stanley Yan berniat untuk mengucapkan selamat tinggal pada masa lalunya? Berniat untuk menelantarkan Yesi Mo dan Didi? Berniat untuk melepaskan semua hal yang mulanya adalah tanggung jawabnya?
Apakah mungkin karena hilang ingatan makanya sifat Stanley Yan pun menjadi berubah dan akhirnya mengubah segala sesuatunya?
Yesi Mo memikirkannya selama perjalanan, namun ia tidak menemukan jawaban apapun sampai akhir.
Yang naik ke pesawat semuanya adalah orang yang tidak ia kenal. Tidak ada seorang pun yang bisa bertukar pikiran dengannya, membuat Yesi Mo hanya bisa merasa buntu seorang diri.
Saat memikirkan akan hal yang melukai hatinya ini, Yesi Mo pun tidak bisa menahan tetesan air matanya. Sampai saat ini, matanya masih sedikit memerah.
Marson Luo sudah sedari tadi menunggu Yesi Mo di pintu keluar bandara. Begitu ia melihat Yesi Mo yang mengenakan kacamata hitam, ia pun langsung berlari menghampiri. Ia mengambil koper dari tangan Yesi Mo dan mengernyit, “Nyonya muda, apakah sepupu tuan muda tidak menyuruh orang untuk menemanimu?”
“Mereka masih belum tahu kalau aku pulang.” Mendengar itu, Marson Luo merasa sedikit marah. Tapi saat ia ingin menyelesaikan ucapannya, ia malah melihat Yesi Mo yang menguap sedang berjalan ke arah parkiran mobil. Marson Luo pun mengatupkan mulutnya dan bergegas mengikuti Yesi Mo.
Sepanjang perjalanan, Yesi Mo menginterogasi Marson Luo mengenai semua hal yang sudah berlalu dengan detail. Sebelum mobil yang mereka kendarai berhenti di depan pintu gerbang vila kediaman keluarga Yan, barulah Marson Luo selesai melaporkan segala sesuatunya dengan jelas.
Tapi hal ini sama sekali tidak mengenyahkan kabut dalam benak dan hati Yesi Mo. Malah, suasana hatinya semakin berantakan.
“Nyonya muda, ini...”
Marson Luo baru membuka mulutnya, namun Yesi Mo sudah memotongnya dengan mengibaskan tangannya, “Kamu kembali dulu ke kantor dan bereskan pekerjaanmu, biarkan aku menenangkan hati seorang diri.”
Marson Luo ragu sejenak, namun saat ia melihat kantung mata yang sedikit terlihat merah dan mata yang penuh dengan guratan aliran darah dibalik kacamata hitam Yesi Mo, raut terkejut langsung memenuhi wajahnya. Ia pun mengangguk dalam diam, menyarankan Yesi Mo untuk beristirahat dengan baik dan jangan terlalu panik. Barulah setelah itu ia beranjak pergi dengan tidak rela sambil terus menoleh untuk memeriksa kondisi Yesi Mo.
Walaupun Yesi Mo tidak mengatakan apapun, namun Marson Luo sedari awal sudah melakukan persiapan untuk menghancurkan pernikahan Stanley Yan dan Vivian Luo. Awalnya ia berniat untuk mensinkronisasikannya kembali dengan Yesi Mo, mungkin ada beberapa hal yang harus disempurnakan.
Tapi kondisi Yesi Mo yang sekarang benar-benar tidak memungkinkan untuk membicarakan hal ini. Yang paling ia butuhkan sekarang adalah istirahat yang baik.
Yesi Mo yang sekarang berada di kediaman keluarga Yan juga mengerti akan hal ini, namun ia tetap tidak dapat terlelap apapun yang terjadi.
Lima menit belum juga berlalu saat Yesi Mo yang semula berbaring diatas kasur tiba-tiba langsung terduduk. Ia mengambil ponsel yang terletak di lemari di dekat kepala kasurnya dan melompat turun dari ranjang.
Kali pertama ia menelepon Stanley Yan, panggilan itu berdering cukup lama namun tidak kunjung diangkat. Yesi Mo memutus panggilannya, kemudian kembali mengulang meneleponnya.
Ia menelepon belasan kali secara beruntun, namun tetap tidak ada yang diangkat. Yesi Mo pun mengenryit: Kenapa Stanley Yan tidak mengangkat teleponnya? Apakah pria itu belum bangun? Ini sudah jam berapa, bagaimana bisa ia tidur selelap ini?
Karena teleponnya tidak tersambung, Yesi Mo akhirnya mengirimkan pesan suara ke Stanley Yan melalui Wechat. Ia harus tahu sikap Stanley Yan, apa yang sebenarnya dipikirkan oleh pria itu.
Belasan pesan suara pun terkirim, namun Stanley Yan hanya membalasnya dengan singkat. Itupun bukan pesan suara, melainkan sebuah pesan tertulis: Yang berlalu biarlah berlalu, lupakanlah.
Yesi Mo sangat geram sampai ingin membanting ponselnya, namun pada akhirnya ia tetap bisa menahan keinginannya itu. Ia lalu kembali mengirimkan pesan suara, “Apakah kamu sudah benar-benar memikirkannya? Kamu benar-benar mau mengkhianati masa lalumu, mengkhianati aku, mengkhianati Didi, mengkhianati keluarga ini?”
Balasan Stanley Yan sangat sederhana, hanya beberapa patah kata yang singkat: Terserah kamu mau bilang apa. Sudah, ya.
Tidak peduli seberapa banyak pesan suara yang dikirimkan lagi oleh Yesi Mo, Stanley Yan sama sekali tidak membalasnya. Pada akhirnya, ia pun diblokir oleh Stanley Yan.
Melihat tanda seru berwarna merah di depan pesan suara yang ia kirimkan, melihat tulisan ‘Kontak ini bukan teman anda’ di layar ponselnya, amarah Yesi Mo yang belum meluap pun meledak.
Tanpa henti ia mencoba menelepon Stanley Yan. Ia sama sekali tidak mempertanyakan apa sebabnya, dari posturnya terlihat bahwa ia tidak akan menyerah.
Beberapa menit kemudian, terdengar suara dari ujung telepon, “Maaf, nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif”. Tapi, hal ini tidak dapat membuat Yesi Mo menyerah. Ia justru menelepon Vivian Luo.
Tapi setelah membolak-balik daftar panggilannya, Yesi Mo tetap tidak dapat menemukan nama Vivian Luo. Barulah ia menyadari bahwa ia tidak memiliki nomor wanita itu.
Dibawah napasnya yang memburu, Yesi Mo membuka pintu dan berjalan keluar. Sesampainya di lantai bawah, ia kebetulan berpapasan dengan pengurus rumah Chen yang setengah tahun lalu baru direkrut.
Melihat Yesi Mo yang terburu-buru dengan raut wajahnya yang begitu gelisah, pengurus rumah Chen pun langsung menghampirinya, “Nyonya muda, ada apa? Nyonya muda tidak apa-apa, bukan?”
“Tidak apa, segera siapkan mobil untukku. Aku mau keluar.” perintah Yesi Mo sambil berjalan keluar.
“Sekarang?” Pengurus rumah Chen tercenung sesaat, “Nyonya muda bahkan baru saja pulang. Bagaimana kalau nyonya muda istirahat dulu sekarang dan baru mengurus urusan nyonya muda setelah bangun nanti?”
“Apa perkataanku di rumah ini sudah tidak dianggap lagi?” Yesi Mo sontak menghentikan langkhanya, dengan wajah geram menatap pengurus rumah Chen.
Novel Terkait
Lelah Terhadap Cinta Ini
Bella CindyCintaku Pada Presdir
NingsiBretta’s Diary
DanielleMeet By Chance
Lena TanPengantin Baruku
FebiTernyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelUnlimited Love×
- Bab 1 Pernikahan
- Bab 2 Dinikahi Orang Tolol Juga Bukan Hal yang Buruk
- Bab 3 Dia Telah Membohongi Semua Orang
- Bab 4 Merasakan Kelembutannya
- Bab 5 Teh Penghormatan Dari Menantu
- Bab 6 Tamu Tak Diundang
- Bab 7 Istri, Aku Datang Melindungimu!
- Bab 8 Dengan Kelembutanmu, Hangatkan Hatiku
- Bab 9 Apakah Karena Cinta?
- Bab 10 Pemilik Cheongsam Sesungguhnya
- Bab 11 Semua Penuh Jebakan
- Bab 12 Menjenguk Katty Yun
- Bab 13 Katty Yun Mengakui Kesalahan
- Bab 14 Aku Masih Belum Siap
- Bab 15 Karena Cinta
- Bab 16 Membawa Masalah Pada Diri Sendiri
- Bab 17 Sebenarnya Apa Itu Kebenaran?
- Bab 18 Kemarahan Stanley Yan
- Bab 19 Menghinanya Karena Dia Bodoh?
- Bab 20 Menerima Hukuman
- Bab 21 Apakah Aku Memaksamu?
- Bab 22 Gawat, Sungguh Memalukan
- Bab 23 Robin Xiao Datang Berkunjung
- Bab 24 Tidak Ada Rahasia Di Hadapannya
- Bab 25 Tidak Dapat Menghindarinya
- Bab 26 Dia Sudah Gila
- Bab 27 Siapapun Tidak Boleh Menyentuh Wanitaku!
- Bab 28 Supnya Bermasalah
- Bab 29 Untuk Apa Dia Datang?
- Bab 30 Stanley Yan, kamu itu koruptor!
- Bab 31 Temani Aku Semalam Maka Dianggap Selesai
- Bab 32 Permusuhan
- Bab 33 Aku Mencintainya Melebihi Segalanya
- Bab 34 Meninggalkan Rumah Keluarga Yan
- Bab 35 Tidak, Jangan Mendekat!
- Bab 36 Hati Yang Teramat Gelisah (1)
- Bab 36 Hati Yang Teramat Gelisah (2)
- Bab 37 Dia Pergi, Aku Juga Pergi! (1)
- Bab 37 Dia Pergi, Aku Juga Pergi! (2)
- Bab 38 Stanley Yang Cinta Mati Kepada Istrinya (1)
- Bab 38 Stanley Yang Cinta Mati Kepada Istrinya (2)
- Bab 39 Jangan Mencari Perhatian Istriku (1)
- Bab 39 Jangan Mencari Perhatian Istriku (2)
- Bab 40 Bertamu Ke Rumah Robin Xiao (1)
- Bab 40 Bertamu Ke Rumah Robin Xiao (2)
- Bab 41 Meraih Bintang Memberikannya Untukmu (1)
- Bab 41 Meraih Bintang Memberikannya Untukmu (2)
- Bab 42 Kamu Bisa-Bisanya Memperlakukanku Seperti Itu! (1)
- Bab 42 Kamu Bisa-Bisanya Memperlakukanku Seperti Itu! (2)
- Bab 43 Mereka Tinggal Bersama Sepanjang Malam (1)
- Bab 43 Mereka Tinggal Bersama Sepanjang Malam (2)
- Bab 44 Kecewa Pada Stanley Yan (1)
- Bab 44 Kecewa Pada Stanley Yan (2)
- Bab 45 Siapa Yang Istrimu? Lepaskan! (1)
- Bab 45 Siapa Yang Istrimu? Lepaskan! (2)
- Bab 46 Aku Tidak Punya Teman Seperti Kamu (1)
- Bab 46 Aku Tidak Punya Teman Seperti Kamu (2)
- Bab 47 Tidakkah Pria, Akan Tahu Jika Sudah Mencoba? (1)
- Bab 47 Tidakkah Pria, Akan Tahu Jika Sudah Mencoba? (2)
- Bab 48 Kemarahan (1)
- Bab 48 Kemarahan (2)
- Bab 49 Konflik Pecah (1)
- Bab 49 Konflik Pecah (2)
- Bab 49 Konflik Pecah (3)
- Bab 50 Suka? Ambil Saja Untukmu! (1)
- Bab 50 Suka? Ambil Saja Untukmu! (2)
- Bab 51 Buku Nikah (1)
- Bab 51 Buku Nikah (2)
- Bab 51 Buku Nikah (3)
- Bab 52 Menjadi seorang ayah! (1)
- Bab 52 Menjadi seorang ayah! (2)
- Bab 52 Menjadi seorang ayah! (3)
- Bab 53 Berada Dalam Berkah Tapi Tidak Merasa Berkah (1)
- Bab 53 Berada Dalam Berkah Tapi Tidak Merasa Berkah (2)
- Bab 53 Berada Dalam Berkah Tapi Tidak Merasa Berkah (3)
- Bab 54 Biarkan dia tidak pernah kembali (1)
- Bab 54 Biarkan dia tidak pernah kembali (2)
- Bab 55 Sakit Perut (1)
- Bab 55 Sakit Perut (2)
- Bab 55 Sakit Perut (3)
- Bab 56 Kepanikan Yang Berlebihan (1)
- Bab 56 Kepanikan Yang Berlebihan (2)
- Bab 57 Siapa Yang Melakukannya? (1)
- Bab 57 Siapa Yang Melakukannya? (2)
- Bab 57 Siapa Yang Melakukannya? (3)
- Bab 58 Rasa Yang Tidak Nyaman (1)
- Bab 58 Rasa Yang Tidak Nyaman (2)
- Bab 58 Rasa Yang Tidak Nyaman (3)
- Bab 59 Aku Tidak Ingin Melihatmu Lagi (1)
- Bab 59 Aku Tidak Ingin Melihatmu Lagi (2)
- Bab 59 Aku Tidak Ingin Melihatmu Lagi (3)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (1)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (2)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (3)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (4)
- Bab 61 Jangan Pernah Berpikir Untuk Meninggalkanku (1)
- Bab 61 Jangan Pernah Berpikir Untuk Meninggalkanku (2)
- Bab 62 Kesalahpahaman Harus Dikatakan Dengan Jelas (1)
- Bab 62 Kesalahpahaman Harus Dikatakan Dengan Jelas (2)
- Bab 63 Problema Diantara Suami Dan Istri (1)
- Bab 63 Problema Diantara Suami Dan Istri (2)
- Bab 64 Putriku? Lucu Sekali! (1)
- Bab 64 Putriku? Lucu Sekali! (2)
- Bab 65 Balasan Yang Pantas (1)
- Bab 65 Balasan Yang Pantas (2)
- Bab 66 Aku Akan Melahirkan (1)
- Bab 66 Aku Akan Melahirkan (2)
- Bab 67 Seorang Tuan Muda Kecil (1)
- Bab 67 Seorang Tuan Muda Kecil (2)
- Bab 68 Bibit Siapa Sebenarnya (1)
- Bab 68 Bibit Siapa Sebenarnya (2)
- Bab 69 Menjadi Abu (1)
- Bab 69 Menjadi Abu (2)
- Bab 70 Tinggalkan Dia (1)
- Bab 70 Tinggalkan Dia (2)
- Bab 71 Bisa Percaya pada Siapa lagi? (1)
- Bab 71 Bisa Percaya pada Siapa lagi? (2)
- Bab 71 Bisa Percaya pada Siapa lagi? (3)
- Bab 72 Kakak, Ibu (1)
- Bab 72 Kakak, Ibu (2)
- Bab 72 Kakak, Ibu (3)
- Bab 73 Ibu, Untukmu (1)
- Bab 73 Ibu, Untukmu (2)
- Bab 74 Menjadi Ibu Untuknya (1)
- Bab 74 Menjadi Ibu Untuknya (2)
- Bab 74 Menjadi Ibu Untuknya (3)
- Bab 75 Cappuccino? Apakah Ini Kebetulan? (1)
- Bab 75 Cappuccino? Apakah Ini Kebetulan? (2)
- Bab 76 Apa Ini Juga Sebuah Kebetulan? (1)
- Bab 76 Apa Ini Juga Sebuah Kebetulan? (2)
- Bab 77 Istriku Benarkah Ini Dirimu? (1)
- Bab 77 Istriku Benarkah Ini Dirimu? (2)
- Bab 78 Kamu Adalah Duniaku (1)
- Bab 78 Kamu Adalah Duniaku (2)
- Bab 79 Stanley Yan Datang Berkunjung (1)
- Bab 79 Stanley Yan Datang Berkunjung (2)
- Bab 80 Dia Seakan Telah Kembali! (1)
- Bab 80 Dia Seakan Telah Kembali! (2)
- Bab 81 Tanda Lahir (1)
- Bab 81 Tanda Lahir (2)
- Bab 82 Apa Yang Akan Kamu Lakukan Padanya? (1)
- Bab 82 Apa Yang Akan Kamu Lakukan Padanya? (2)
- Bab 83 Kebencian Tak Beralasan (1)
- Bab 83 Kebencian Tak Beralasan (2)
- Bab 84 Teman Lama Yang Saling Bertemu Namun Tidak Saling Mengenal (1)
- Bab 84 Teman Lama Yang Saling Bertemu Namun Tidak Saling Mengenal (2)
- Bab 85 Mengkhawatirkannya (1)
- Bab 85 Mengkhawatirkannya (2)
- Bab 86 Mengikuti Permainannya (1)
- Bab 86 Mengikuti Permainannya (2)
- Bab 87 Yesi Mo Adalah Angie Qin, Kalau Begitu Siapa Dia? (1)
- Bab 87 Yesi Mo Adalah Angie Qin, Kalau Begitu Siapa Dia? (2)
- Bab 88 Dia Tidak Memiliki Masa Lalu (1)
- Bab 88 Dia Tidak Memiliki Masa Lalu (2)
- Bab 89 Rahasia Mereka (1)
- Bab 89 Rahasia Mereka (2)
- Bab 90 Yesi Mo, Kamulah Angie Qin Yang Sebenarnya (1)
- Bab 90 Yesi Mo, Kamulah Angie Qin Yang Sebenarnya (2)
- Bab 91 Di Saat Terdesak, Ingatan Masa Lalu Hidup Kembali! (1)
- Bab 91 Di Saat Terdesak, Ingatan Masa Lalu Hidup Kembali! (1)
- Bab 92 Aku Tidak Setuju (1)
- Bab 92 Aku Tidak Setuju (2)
- Bab 93 Menikah Denganku, Dia akan Kulepaskan (1)
- Bab 93 Menikah Denganku, Dia akan Kulepaskan (2)
- Bab 94 Undangan Pernikahan (1)
- Bab 94 Undangan Pernikahan (2)
- Bab 95 Sudah Terlambat untuk Menyesalinya (1)
- Bab 95 Sudah Terlambat untuk Menyesalinya (2)
- Bab 96 Selalu Akan Ada Pertemuan Kembali Setelah Perpisahan (1)
- Bab 96 Selalu Akan Ada Pertemuan Kembali Setelah Perpisahan (2)
- Bab 97 Nenek Luar Kakek Luar Bukan Orang Lain (1)
- Bab 97 Nenek Luar Kakek Luar Bukan Orang Lain (2)
- Bab 98 Susah Dikatakan (1)
- Bab 98 Susah Dikatakan (2)
- Bab 99 Istri, Aku Yang Dibohongimu Sangat Menderita (1)
- Bab 99 Istri, Aku Yang Dibohongimu Sangat Menderita (2)
- Bab 100 Rico Mu, Kamu Pantas Mati (1)
- Bab 100 Rico Mu, Kamu Pantas Mati (2)
- Bab 101 Pertukaran Identitas, Mengorbankan Diri Untuk Orang Lain (1)
- Bab 101 Pertukaran Identitas, Mengorbankan Diri Untuk Orang Lain (2)
- Bab 102 Satu Keluarga Berkumpul (1)
- Bab 102 Satu Keluarga Berkumpul (2)
- Bab 103 Rico Mu Datang Mencari (1)
- Bab 103 Rico Mu Datang Mencari (2)
- Bab 104 Kesempatan Yang Diambil Sia-sia (1)
- Bab 104 Kesempatan Yang Diambil Sia-sia (2)
- Bab 105 Dijebak (1)
- Bab 105 Dijebak (2)
- Bab 106 Terbongkar (1)
- Bab 106 Terbongkar (2)
- Bab 107 Pertarungan Dua Wanita (1)
- Bab 107 Pertarungan Dua Wanita (2)
- Bab 108 Undangan Dengan Niat Buruk (1)
- Bab 108 Undangan Dengan Niat Buruk (2)
- Bab 109 Yang Lebih Peduli, Lebih Menderita (1)
- Bab 109 Yang Lebih Peduli, Lebih Menderita (2)
- Bab 110 Dia Bisa Menyerah? (1)
- Bab 110 Dia Bisa Menyerah? (2)
- Bab 111 Tidak Bisa Tersingkir (1)
- Bab 111 Tidak Bisa Tersingkir (2)
- Bab 112 Cengkeraman Dia (1)
- Bab 112 Cengkeraman Dia (2)
- Bab 113 Kamu Barang Palsu Ini (1)
- Bab 113 Kamu Barang Palsu Ini (2)
- Bab 114 Siapa yang Mengancam Siapa? (1)
- Bab 114 Siapa yang Mengancam Siapa? (2)
- Bab 115 Selesai Sudah (1)
- Bab 115 Selesai Sudah (2)
- Bab 116 Berita Kematian (1)
- Bab 116 Berita Kematian (2)
- Bab 117 Kebetulan? Siapa Percaya (1)
- Bab 117 Kebetulan? Siapa Percaya (2)
- Bab 118 Tunggu Sebentar (1)
- Bab 118 Tunggu Sebentar (2)
- Bab 119 Salah Sendiri (1)
- Bab 119 Salah Sendiri (2)
- Bab 120 Tidak Ada Hal Buruk yang Terjadi sejak Perpisahan (1)
- Bab 120 Tidak Ada Hal Buruk yang Terjadi sejak Perpisahan (2)
- Bab 121 Pendatang Yang Buruk (1)
- Bab 121 Pendatang Yang Buruk (2)
- Bab 122 Ini Hanya Permulaan (1)
- Bab 122 Ini Hanya Permulaan (2)
- Bab 122 Ini Hanya Permulaan (3)
- Bab 123 Memikat Musuh Keluar Dari Markas (1)
- Bab 123 Memikat Musuh Keluar Dari Markas (2)
- Bab 123 Memikat Musuh Keluar Dari Markas (3)
- Bab 124 Bencana Stanley Yan (1)
- Bab 124 Bencana Stanley Yan (2)
- Bab 124 Bencana Stanley Yan (3)
- Bab 125 Keputusan Yesi Mo (1)
- Bab 125 Keputusan Yesi Mo (2)
- Bab 125 Keputusan Yesi Mo (3)
- Bab 126 Tertangkap Basah (1)
- Bab 126 Tertangkap Basah (2)
- Bab 126 Tertangkap Basah (3)
- Bab 127 Kenyataan sangat Kejam (1)
- Bab 127 Kenyataan sangat Kejam (1)
- Bab 127 Kenyataan sangat Kejam (3)
- Bab 128 Kebaikan yang Tak Terlupakan (1)
- Bab 128 Kebaikan yang Tak Terlupakan (2)
- Bab 128 Kebaikan yang Tak Terlupakan (3)
- Bab 129 Roh Gentayangan di Kolam (1)
- Bab 129 Roh Gentayangan di Kolam (2)
- Bab 129 Roh Gentayangan di Kolam (3)
- Bab 130 Melewati Batas (1)
- Bab 130 Melewati Batas (2)
- Bab 130 Melewati Batas (3)
- Bab 131 Membalas Peach Dengan Plum (1)
- Bab 131 Membalas Peach Dengan Plum (2)
- Bab 131 Membalas Peach Dengan Plum (3)
- Bab 132 Orang Yang Terdesak Akan Melakukan Apapun (1)
- Bab 132 Orang Yang Terdesak Akan Melakukan Apapun (2)
- Bab 132 Orang Yang Terdesak Akan Melakukan Apapun (3)
- Bab 133 Setiap Rencana Jahat (1)
- Bab 133 Setiap Rencana Jahat (2)
- Bab 134 Menginginkan Uang Dan Lebih Menginginkan Nyawa (1)
- Bab 134 Menginginkan Uang Dan Lebih Menginginkan Nyawa (2)
- Bab 134 Menginginkan Uang Dan Lebih Menginginkan Nyawa (3)
- Bab 135 Harga Sebuah Keserakahan (1)
- Bab 135 Harga Sebuah Keserakahan (2)
- Bab 135 Harga Sebuah Keserakahan (3)
- Bab 136 Benar, Memang Sedang Mempermainkannya (1)
- Bab 136 Benar, Memang Sedang Mempermainkannya (2)
- Bab 136 Benar, Memang Sedang Mempermainkannya (3)
- Bab 137 Sebuah Tamparan Untuknya (1)
- Bab 137 Sebuah Tamparan Untuknya (2)
- Bab 137 Sebuah Tamparan Untuknya (3)
- Bab 138 Kabar dari Stanley Yan (1)
- Bab 138 Kabar dari Stanley Yan (2)
- Bab 138 Kabar dari Stanley Yan (3)
- Bab 139 Dia Ternyata sudah melamarnya (1)
- Bab 139 Dia Ternyata sudah melamarnya (2)
- Bab 139 Dia Ternyata sudah melamarnya (3)
- Bab 140 Berubah Pikiran (1)
- Bab 140 Berubah Pikiran (2)
- Bab 140 Berubah Pikiran (3)
- Bab 141 Itu Adalah Dia! (1)
- Bab 141 Itu Adalah Dia! (1)
- Bab 141 Itu Adalah Dia! (3)
- Bab 142 Tidak Peduli Akan Apapun Juga Untuk Melindunginya (1)
- Bab 142 Tidak Peduli Akan Apapun Juga Untuk Melindunginya (2)
- Bab 142 Tidak Peduli Akan Apapun Juga Untuk Melindunginya (3)
- Bab 143 Tidak Sabar (1)
- Bab 143 Tidak Sabar (2)
- Bab 143 Tidak Sabar (3)
- Bab 144 Tidak Bisa Menghindar dari Musuh (1)
- Bab 144 Tidak Bisa Menghindar dari Musuh (2)
- Bab 145 Di Bawah Atap yang Sama (1)
- Bab 145 Di Bawah Atap yang Sama (2)
- Bab 145 Di Bawah Atap yang Sama (3)
- Bab 146 Stanley Miliknya (1)
- Bab 146 Stanley Miliknya (2)
- Bab 146 Stanley Miliknya (3)
- Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (1)
- Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (2)
- Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (3)
- Bab 148 Retribusi (1)
- Bab 148 Retribusi (2)
- Bab 148 Retribusi (3)
- Bab 149 Kejam (1)
- Bab 149 Kejam (2)
- Bab 149 Kejam (3)
- Bab 150 Menikah! Mana Mungkin? (1)
- Bab 150 Menikah! Mana Mungkin? (2)
- Bab 150 Menikah! Mana Mungkin? (3)
- Bab 151 Bagaimana Mungkin Ia Tega Mengkhianati Keluarga Ini? (1)
- Bab 151 Bagaimana Mungkin Ia Tega Mengkhianati Keluarga Ini? (2)
- Bab 151 Bagaimana Mungkin Ia Tega Mengkhianati Keluarga Ini? (3)
- Bab 152 Siapa Yang Bisa Memahami Rasa Sakitnya? (1)
- Bab 152 Siapa Yang Bisa Memahami Rasa Sakitnya? (2)
- Bab 152 Siapa Yang Bisa Memahami Rasa Sakitnya? (3)
- Bab 153 Semua Lancar (1)
- Bab 153 Semua Lancar (2)
- Bab 153 Semua Lancar (3)
- Bab 154 Gali Lubang, Tutup Lubang (1)
- Bab 154 Gali Lubang, Tutup Lubang (2)
- Bab 154 Gali Lubang, Tutup Lubang (3)
- Bab 155 Jebakan Andrew Ling (1)
- Bab 155 Jebakan Andrew Ling (2)
- Bab 155 Jebakan Andrew Ling (3)
- Bab 156 Ia Pernah Menyelamatkanku (1)
- Bab 156 Ia Pernah Menyelamatkanku (2)
- Bab 157 Melindunginya (1)
- Bab 157 Melindunginya (2)
- Bab 158 Berkah Setelah Kemalangan Untuk Stanley Yan (1)
- Bab 158 Berkah Setelah Kemalangan Untuk Stanley Yan (2)
- Bab 159 Tunggu Aku Kembali (1)
- Bab 159 Tunggu Aku Kembali (2)
- Bab 160 Di Luar Kendali (1)
- Bab 160 Di Luar Kendali (2)
- Bab 161 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja
- Bab 162 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja (2)
- Bab 163 Ada Aku di Sini/ Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja (2)
- Bab 164 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja (3)
- Bab 165 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja
- Bab 166 Rencana yang Telah Gagal
- Bab 167 Jangan Tinggalkan Aku/ Ucapan Cinta Semalam Berubah Menjadi Akhir Dunia
- Bab 168 Pengurus Rumah
- Bab 169 Bebas
- Bab 170 Mengapa Mereka Juga Datang?
- Bab 171 Ia Selalu Disini
- Bab 172 Kamu Tidak Bisa Membohongiku
- Bab 173 Apa Aku Melakukan Kesalahan?
- Bab 174 Kesalahan Yang Jelas
- Bab 175 Tunggu Aku
- Bab 176 Akhir Yang Luar Biasa (Awal)
- Bab 177 Akhir Yang Luar Biasa (Tengah)
- Bab 178 Akhir Yang Luar Biasa (Akhir)