Unlimited Love - Bab 139 Dia Ternyata sudah melamarnya (1)

Yesu Mo mengamatinya mengangkat tangannya dalam diam, tatapannya menantang, dia ingin melihat apakah kebencian Andrew Ling kepadanya membuatnya berani memukulnya.

"Ramai sekali. "Rendy Mu yang duduk dua baris di belakang mereka berkata, "CEO Ling, jangan ribut. "

"Maafkan aku presdir. "Andrew Ling menoleh dan berkata pada Rendy Mu sambil menurunkan tangannya perlahan, lalu berkata dengan pelan pada Yesi Mo, "Kali ini anggap saja kamu masih beruntung. "

Yesi Mo menatapnya dengan tatapan mengejek, kemudian mencibir sambil berkata, "Yang dikatakan Sara Xue tepat sekali, kamu ternyata bukan seorang lelaki. Apa kamu tahu barusan kamu mirip apa? Anjing kudisan yang sombong. "

Andrew Ling dibuat Yesi Mo naik pitam, tapi di hadapan Rendy Mu dia tidak berani melakukan apa-apa.

Baru saja Rendy Mu sudah bersikap tidak puas dengan apa yang dia perbuat, kalau dia melanjutkannya, mungkin Rendy Mu tidak akan mengatakan apa pun, tapi dalam hati dia akan membencinya.

Kalau dia kehilangan simpatik dari Rendy Mu, nasibnya mungkin tidak akan jauh berbeda dengan Bella Lan.

Begitu Bella Lan terjatuh, Rendy Mu tidak langsung mencarinya, dia memberinya, dia juga tidak langsung menjilat Rendy Mu, agar dia bisa tetap tinggal di Perusahaan Mu, demi bisa melanjutkan rencananya, dia tidak mungkin sembarangan menyalahi bos besarnya itu.

Terlihat Andrew Ling terus menarik nafas panjang sambil memejmkan matanya, beberapa saat kemudian, nafas tersengalnya yang bagai sapi itu perlahan menjadi tenang, dan dia tidak lagi mengganggu Yesi Mo.

Karenanya, Yesi Mo merasa sedikit kecewa, dia awalnya mencari cara untuk memprovokasi Andrew Ling. Dia rela terluka demi membuat kesan Rendy Mu buruk terhadap Andrew Ling.

Sayang sekali kali ini dia tidak terpancing, Yesi Mo kali ini baru manyadari, ini adalah ketiga kalinya Andrew Ling jatuh, dan dengan cepat bangkit lagi di atas kakinya, ini tidak bisa dibilang hanya keberuntungan belaka, dia terbukti susah untuk dihadapi.

Rendy Mu yang duduk di belakang terus mengamati semua itu, dia tidak mengucapkan sepatah katapun, sampai ketika semua selesai, sebelum pesawat tinggal landas, Rendy Mu bangkit berdiri, berjalan mendekati Andrew Ling dan dengan wajah datar berkata padanya, "Duduk ke belakang. "

Andrew Ling menggangguk-angguk, dia lalu dengan segera memanggil awak kabin dan menyuruh mereka membantunya untuk pindah tempat duduk.

Melihat Andrew Ling dengan susah payah dibantu dua awak kabin duduk di kursi belakang, Rendy Mu melemparkan pandang tidak sabar: Andrew Ling terlalu merepotkan.

"Maafkan aku dengan apa yang terjadi barusan, aku yang salah, tidak bisa mengontrol anak buahku. Maafkan aku. "

"Ini tidak ada hubungannya denganmu. "Yesi Mo menggelengkan kepalanya dan berkata pada Rendy Mu.

"Tapi Andrew Ling, dia ...... "

"Anak buahmu? "Yesi Mo tertawa, "Kalau aku tidak salah ingat, dia sepertinya dimasukan oleh Bella Lan ke dalam Perusahaa Mu bukan? Bagaimana mungkin dia secepat itu menyerahkan diri kepadamu? "

"Dia adalah orang yang cerdas. "

Perkataan lugas dari Rendy Mu itu menjawab pertanyaan Yesi Mo.

Yesi Mo menoleh melihat ke kursi belakang, kebetulan Andrew Ling yang dilihatnya juga sedang melihat ke arahnya yang sedang berbincang sambil tersenyum pada Rendy Mu, dia kemudian berkata padanya, "Benar sekali, dia memang sangat cerdas. Tapi orang cerdas sepertinya seperti ini akan berbahaya, apa kamu yakin kamu sudah berhasil membuatnya tunduk padamu? "

"Setelah kedukannya ditentukan, di hadapanku dia tidak akan bisa berbuat apa-apa. Benar juga, apa kamu ini akan pulang ke kota R?" Kepercayaan diri tertampang di wajah Rendy Mu.

Yesi Mo setuju dengan perkataannya, di hadapan Rendy Mu, Andrew Ling tidak akan berani berbuat macam-macam.

Di waktu yang sama dia juga merasa sayang, dia tidak berhasil menjauhkan hubungan mereka berdua.

Kalau tidak kecurigaan dan kebencian Rendy Mu kepadanya akan membuat Andrew Ling kewalahan beberapa waktu.

Melihat Yesi Mo mengangguk, Rendy Mu meminta maaf sekali lagi, "Aku tidak bisa membantu urusanmu itu. "

"Kamu sudah berusaha sebisamu, kalai ini kamu pergi ke kota R untuk...... "Yesi Mo tidak mampu menyelesaikan kalimatnya, selain menerima pembelian Yan Business Group, apa lagi yang mau dilakukan Rendy Mu?

Agenda Rendy Mu ke kota R kali ini adalah untuk mengamankan posisi Andrew Ling sebagai manajer pusat, kalau sampai dia juga berhasil mengambil hari Rendy Mu, menghadapinya di masa yang akan datang akan lebih sulit lagi.

"Baiklah, tidak usah membahas hal yang menyedihkan ini. "Rendy Mu dengan segera mengalihkan topik pembicaraan, di lalu menatap DIdi yang sedang melihat pemandangan di luar jendela, "Dia anakmu? "

Yesi Mo mengangguk, Rendy Mu mendadak menyeritkan dahinya, dia kemdian berbisik dengan hati-hati pada Yesi Mo, "Apa dia baru saja mengalami syok? Kenapa dia terlihat tidak beres? "

Ini pertama kalinya Yesi Mo berdekatan seperti itu dengan lelaki lain kecuali Stanley Yan, ini membuatnya kikuk, dia segera mendekati Didi, "Dia mengalami syok berat, dan belum sepenuhnya pulih. "

"Apa kamu membutuhkan bantuan? Aku kenal dengan seorang psikiater yang sangat hebat. Kasus seperti ini adalah keahliannya, aku percaya masalah yang dihadapi anakmu ini baginya bukan masalah yang besar. "

Nada bicara Rendy Mu yang penuh perhatian itu membuat Yesi Mo salah paham, dia lantas menatapnya dengan tatapan yang aneh.

"Jangan salah paham dulu, aku hanya ingin membantu. "Rendy Mu menjelaskan dengan tersenyum, "Toh kamu ini adalah teman dekat Presdir Xue, yang berarti juga adalah temanku. Antar teman kita sebaiknya saling membantu, bukan begitu? "

"Tapi aku tidak bisa membantumu apa-apa. "

Yesi Mo tidak ingin terlalu terlibat dengan Rendy Mu, bisa dikatakan dia tidak ingin terlibat dengan orang-orang seperti Rendy Mu ini.

"Siapa yang bisa memprediksi yang akan datang? Jangan lihat aku sekarang ini sebagai seseorang yang sudah memiliki segalanya, yang paling tinggi, kita tidak pernah tahu suatu hari nanti aku bisa jatuh. Ketika hari itu datang, aku mungkin juga akan membutuhkan pertolonganmu. "

"Kamu ini bisa saja. "Yesi Mo tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, tapi Rendy Mu tidak setuju, "Aku tidak pernah bercanda, baiklah tidak usah membicarakan ini lagi, bagaimana kalau kita bicara mengenai kota R? Ini adalah pertama kalinya aku pergi ke sana, apa ada tempat yang bagus? "

"Kota R...... "

Andrew Ling yang duduk di belakang mengawasi Rendy Mu dan Yesi Mo bercengkrama dengan asik, tampaknya hubungan kedua orang itu lebih dari hubungan biasa, ini bukanlah keadaan yang dia inginkan.

Kalau sampai Rendy Mu melindungi Yesi Mo, semua rencananya akan gagal.

Walaupun kotak itu berharga baginya, tapi sekarang ini kedudukannya jauh lebih penting, tanpa ini semua, dia tidak akan bisa membuat Yesi Mo dengan patuh memberinya kotak itu.

Penerbangan panjang adalah sesuatu yang membosankan, terutama penerbangan belasan jam, bagi orang dewasa mungkin hanyalah masalah kecil, tapi bagi seorang anak kecil, seperti Didi, ini adalah tantangan yang berat.

Belum sampai beberapa jam mengudara, Didi sudah tidak sabar, dia terus bertanya pada Yesi Mo kapan mereka akan sampai.

Akhirnya Yesi Mo juga menjawab dengan lelah, tapi melihat Didi yang terlihat kasihan, dia juga hanya bisa dengan sabar menjawab pertanyaannya itu.

Melihat pertanyaan Didi yang semakin lama semakin banyak, Yesi Mo mulai kewalahan menanggapinya, Rendy Mu yang berada di sebelah lantas mengulurinya bantuan.

Menghadapi pertanyaan-pertanyaan Didi itu, Rendy Mu menjelaskan dengan tepat dan menarik padanya, ini membuat Yesi Mo tertegun.

Dia tidak menyangka Rendy Mu mengerti banyak sekali, bisa segalanya, bahkan pengetahuan yang jarang diketahui orang pun dia juga bisa menjelaskannya seperti seorang ahli.

Yesi Mo mengira dirinya mengerti lebih banyak, tapi kalau dibandingkan dengan Rendy Mu, itu bagaikan membandingkan pengetahuan seorang anak TK dan profesor.

Dengan kehadiran Rendy Mu, Didi sepanjang penerbangan tidak lagi menganggu Yesi Mo, selanjutnya dia bahkan duduk di kursi Rendy Mu.

Melihat sepatu Didi yang penuh dengan lumpur menginjak-injak dan meninggalkan bekas di celana Rendy Mu, Yesi Mo panik, dia takut Rendy Mu akan marah. Dia sungguh tidak menyangka, Rendy Mu tidak bereaksi sama sekali, dan sama sekali tidak menggubrisnya.

Yesi Mo perlahan merasa tenang, melihat dua orang itu, dia perlahan memejamkan kedua matanya yang lelah itu.

Saat dia membuka matanya, pesawat yang dia tumpangi sudah mulai turun.

Yang pertama kali Yesi Mo lakukan adalah mencari Didi. Dia tidak menemukannya di tempat duduknya. Ketika dia meliaht ke arah Rendy Mu, dia baru mendapati Didi entah sejak kapan, tertidur di pangkuan Rendy Mu.

Air liurnya membekas di jas mahal yang dikenakan Rendy Mu, melihatnya dia merasa jijik.

Rendy Mu merasa Yesi Mo sedang menatapnya, dia kemudian tersenyum dan bertanya, "Sudah terbangun? "

"Maaf sudah merepotkanmu, sini biarkan aku yang menggendongnya." Yesi Mo menjulurkan tangannya untuk menggendong Didi, tapi Rendy Mu menggelengkan kepalanya, "Nanti tunggu sampai pesawat ini sudah mendarat. Sekarang terlalu berbahaya, kalau sampai dia terjatuh, akan sangat merepotkan. "

"Ini...... "Yesi Mo ragu sejenak, lalu tidak memaksanya lagi.

Pesawat mendarat, Didi terbangun saat Yesi Mo mengambilnya dari pangkuan Rendy Mu.

Setelah kembali ke pelukan Yesi Mo, Didi melihat air liurnya di baju yang dikenakan Rendy Mu, wajahnya memerah, lalu berkata, "Om Rendy, maafkan Didi, Didi tidak sengaja melakukannya. "

"Tidak apa-apa. "Rendy Mu terkekeh lalu bertanya padanya, "Apa tidur Didi tadi nyenyak? "

"Nyenyak, aku tadi bahkan bermimpi, ayah membawaku pergi ke taman bermain, kita bermain dengan gembira. "Setelah berkata demikian, Didi bertanya pada Yesi Mo, "Ibu, sesampainya di rumah, apa kita akan bisa bertemu dengan ayah? "

Yesi Mo secara tidak sadar menggelengkan kepalanya, akhirnya sambil menahan diri, membelai kepala Didi sambil berkata, "Didi, pekerjaan ayah belum selesai. Nanti setelah dia selesai, dia pasti akan pulang. "

"Kalau begitu, kapan ayah akan pulang? "

"Segera. "

Berbohong pada Didi seperti itu, hati Yesi Mo terasa perih, tapi selain membohonginya seperti itu, dia tidak tahu lagi harus mengatakan apa.

Stanley Yan sudah menghilang beberapa hari, samapai sekarang tidak ada kabar darinya, seakan dia hilang dari muka bumi.

Setiap kali memikirkan hal ini, Yesi Mo tidak bisa tidur.

Didi dengan polosnya menanggapi, "Oh, "dan tidak bertanya lagi, ini membuat Yesi Mo akhirnya menghela nafas lega.

Setelah pesawat yang mereka tumpangi berhenti dengan sempurna, pintu kabin terbuka, Yesi Mo sambil menggendong Didi berpamitan pada Rendy Mu, bangkit berdiri, lalu melangkah turun dari pesawat.

Rendy Mu bangkit berdiri lalu berkata, "Tunggu tunggu, aku akan bersama dengan kalian. "

"Kamu tidak menunggunya? "Yesi Mo bertanya sambil melemparkan pandangannya ke arah Andrew Ling yang sedang dibantu oleh awak kabin.

"Aku tidak sabar menunggu selama itu. "Rendy Mu cemberut, lalu berkata sambil tersenyum, "Di dalam pesawat udaranya pengap, aku sudah tidak sabar lagi ingin menghirup udara segar. "

Novel Terkait

Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu