Unlimited Love - Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (2)
Stanley Yan ragu untuk waktu yang cukup lama, kemudian barulah ia mengangguk. Ia lalu membalikkan tubuhnya dan berjalan keluar.
Baru saja ia masuk lift saat ia melihat Jennie Bai juga masuk kesana.
“Halo, Manajer Bai.”
“Asisten Lu, sebentar lagi jam istirahat siang, bukan? Sekarang kamu masih mau mengurus pekerjaan?” Jennie Bai melihat tombol lift yang menyala, lalu mengernyit samar, “Kakak ipar yang menyuruhmu pergi? Kamu tidak bisa menolaknya?”
“Manajer Bai, sepertinya kamu salah paham.” Stanley Yan tersenyum dan menjelaskan, “Aku bukan pergi untuk urusan kerja, melainkan pergi makan.”
“Makan? Kamu yakin?” Jennie Bai menatap Stanley Yan dengan penasaran.
“Tentu saja! Bukankah ini adalah kebijakan bagi setiap karyawan baru yang masuk? Presdir Mo yang bilang begitu.”
Jennie Bai terkejut, namun tiba-tiba ia langsung menganggukkan kepala dengan semangat, “Astaga, aku hampir lupa ada hal semacam ini kalau kamu tidak mengatakannya.”
Lift itu berhenti di lantai lima dan Jennie Bai pun melangkah keluar. Setelah suara pintu lift yang ditutup sudah tidak terdengar lagi di belakangnya, barulah ia menoleh sambil mengernyitkan dahi dengan curiga dan menggerutu, “Apa yang sebenarnya ingin kakak ipar lakukan?”
Stanley Yan sama sekali bukan orang yang pilih-pilih makanan. Dengan asal ia mencari rumah makan di dekat kantor dan masuk kesitu.
Ia baru saja selesai memesan ketika Vivian Luo mendorong pintu rumah makan itu dan masuk ke dalamnya, lalu langsung duduk di hadapan Stanley Yan.
Melihat Vivian Luo yang tiba-tiba muncul, Stanley Yan sedikit mengernyit, “Kenapa kamu bisa ada disini?”
“Kebetulan aku sedang lewat di daerah sini dan melihatmu masuk kemari.” jelas Vivian Luo. Ia lalu mengangkat kepalanya dengan jijik dan matanya menilai kondisi lingkungan rumah makan ini, kemudian dengan bibir mencibir berkata, “Felix, bagaimana kamu bisa sengaja datang makan di tempat seperti ini?”
“Ada masalah apa?”
“Masalah apa lagi? Tentu saja masalah kebersihan. Rumah makan kecil di pinggiran jalan seperti ini sangat jorok, bagaimana kalau sampai sakit? Kalau kamu tidak benar-benar lapar, ayo ikut aku. Aku akan membawamu makan di tempat lain. Aku tahu di sekitar sini ada restoran makanan laut. Bukan hanya bersih dan higienis, tapi juga ada kepala koki bintang lima. Aku jamin kamu pasti akan sangat menyukainya sampai-sampai tidak mau pergi dari situ.”
Selesai berkata, Vivian Luo langsung menjulurkan tangan untuk menggandeng Stanley Yan dan menarik pria itu untuk meninggalkan tempat itu.
Stanley Yan menarik kembali tangannya yang semula berada di atas meja kemudian memindahkannnya ke bawah meja, lalu menggelengkan kepala, “Tidak perlu, hanya makan saat sedang istirahat kerja saja. Makan dimanapun sama saja. Lagipula aku hanya punya waktu istirahat sampai jam dua siang nanti, setelah makan aku masih harus istirahat. Aku tidak mau pergi.”
“Tenang saja, saat aku masuk tadi, aku sudah memesankan tempat dan menunya. Tidak akan mengganggu waktu istirahatmu, ayo cepat pergi.”
Dalam hati, Stanley Yan sebenarnya tidak terlalu senang dengan tindakan Vivian Luo yang seperti ini. Ia selalu melakukan sesuatu terlebih dulu baru menjelaskan perbuatannya kemudian. Baru saja Stanley Yan ingin menolak, namun Vivian Luo malah mengeluarkan alasan yang tak terpikirkan olehnya dan membuatnya tidak bisa menolak ajakan wanita itu.
“Bukankah kamu mau bertemu dengan teman dan rekan kerjamu yang dulu? Beberapa dari mereka belakangan ini kebetulan bekerja di daerah sana, nanti kita bisa memanggil mereka untuk makan bersama. Mungkin saja kamu malah bisa mengingat sesuatu.”
Kali ini Stanley Yan tidak menolaknya dan mengangguk menyetujui.
“Kalau begitu, ayo kita pergi.”
Vivian Luo dengan senang menghampirinya untuk menggandeng Stanley Yan. Pria itu memberikan isyarat untuk menunggu sebentar, lalu mengeluarkan dompet dari dalam sakunya. Ia mengeluarkan selembar uang dan meletakkannya diatas meja. Ia lalu memanggil nyonya pemilik rumah makan itu yang bertubuh gemuk dan bulat yang berada di kejauhan, “Nyonya, uanganya sudah kutaruh diatas meja.”
Kali ini, barulah Stanley Yan menatap Vivian Luo dan berkata, “Ayo pergi.”
“Kamu tidak makan masakan mereka jadi kenapa memberi uang?”
“Walaupun aku tidak memakannya, tapi aku sudah memesannya. Mereka hanyalah pedagang kecil, bagaimana mungkin aku membuat mereka rugi. Lagipula aku tidak akan bangkrut dengan uang sejumlah itu.” jelas Stanley Yan. Dalam sekejap, wajah Vivian Luo pun dipenuhi raut bahagia, “Felix, kamu sebegitu perhatian dan memikirkan orang lain yang bahkan tidak kamu kenal sama sekali. Sepertinya aku sudah bisa membayangkan akan jadi sebahagia apa aku jika nanti kita sudah menikah.”
“Sudahlah, ayo pergi.”
Stanley Yan tidak menyambut perbincangannya dan hanya tersenyum pada Vivian Luo, lalu mendahuluinya beranjak pergi dari tempat itu.
Restoran makanan laut yang dikatakan Vivian Luo itu berjarak cukup jauh dari posisi awalnya. Setelah mengendarai mobil selama lebih dari setengah jam, barulah kedua orang itu sampai.
Di perjalanan, Vivian Luo melakukan beberapa panggilan telepon. Saat mereka sampai, ternyata sudah ada beberapa orang yang menunggu di ruang privat yang dipesan oleh Vivian Luo.
Begitu mereka melihat Stanley Yan, mereka langsung menyambut kedatangannya dengan hangat. Beberapa dari mereka memperkenalkan diri sendiri dan menghibur Stanley Yan untuk tidak perlu terlalu tergesa-gesa. Mereka akan membantunya mengingat kejadian di masa lalu.
Acara makan kali ini berlangsung sangat lama, mereka juga berbincang sangat lama. Dari mulut beberapa orang ini, Stanley Yan jadi mengenal cukup banyak tentang masa lalu Felix Lu. Setelah dibandingkan dengan bukti-bukti yang dikatakan Vivian Luo, Stanley Yan terkejut dan menyadari bahwa ternyata Vivian Luo sama sekali tidak berbohong. Paling tidak, ia mengatakan yang sebenarnya tentang masa lalu Felix Lu.
“Kalau kita berpapasan di luar, aku pasti tidak akan mengenali kalian.”
Entah mengapa Stanley Yan menghela napas. Seseorang yang adalah rekan kerja Felix Lu di masa lalu tersenyum, menepuk pundak Stanley Yan dan dengan lantang berkata, “Memangnya kenapa? Bukankah yang penting kami mengenalimu?”
“Kalian bisa mengenaliku? Kalau aku tidak salah ingat, rupaku yang sekarang sepertinya ada sedikit perbedaan dengan sebelumnya.”
“Apa bedanya? Bukankah masih sama saja? Wajahmu tidak berubah banyak, postur tubuhmu juga tidak, suaramu juga tidak. Bagaimana mungkin kami bisa tidak mengenalimu?” Mata orang ini mengerjap sesaat lalu tersenyum manis dan bertanya, “Oh ya, dimana kamu membuat gayamu menjadi seperti ini? Katakanlah, mungkin kalau ada waktu aku juga akan kesana untuk mengubah gayaku.”
“Ini... Tanyakan saja pada Vivian, aku juga tidak terlalu paham.”
Stanley Yan berujar asal menghindari pertanyaan ini, senyum di wajahnya tetap sama. Tapi dalam hatinya, ia semakin curiga dirinya bukanlah Felix Lu.
Jika tidak salah ingat, teman SMA Felix Lu yang sebelumnya bertemu dengannya mengatakan bahwa suaranya berubah. Ia juga bahkan memperdengarkan padanya suara Felix Lu yang dulu. Bagaimana mungkin mulut mereka justru mengatakan bahwa suaranya tidak berubah?
“Kalian mengobrol saja dulu, aku mau pergi ke toilet.”
Stanley Yan berpamitan pada mereka, mendorong buka pintu ruangan itu lalu berjalan keluar.
Dalam perjalanan kembali dari toilet, secara tidak sengaja ia malah berpapasan dengan Yesi Mo dan Jennie Bai.
Jennie Bai bertanya dengan terkejut, “Asisten Lu, kamu juga datang makan disini? Sudah pesan tempat belum? Kalau belum, mau tidak makan bersama kami?”
“Tidak perlu, aku ada janji dengan teman.” Stanley Yan tersenyum kemudian menatap kedua orang itu dan mengangguk, “Sampai bertemu nanti sore, Manajer Bai, Presdir Mo.”
“Bertemu teman? Ia bisa bertemu teman apa? Apakah mungkin Vivian?” Mulut Jennie Bai yang terkejut menganga lebar-lebar.
“Itu hal yang wajar, bukan? Apalagi mereka sudah bertunangan.” jawab Yesi Mo sambil tersenyum.
“Benar juga.” Jennie Bai dengan termangu mengangguk, sebuah sinar kekecewaan yang samar berkilat dalam matanya.
Yesi Mo yang terus menatap punggung Stanley Yan sama sekali tidak menyadari semua ini. Ia pun tersenyum, “Ayo, cepat makan. Kalau tidak nanti waktunya tidak keburu.”
Kedua orang itu masuk ke dalam ruang privat yang kecil. Saat mereka sudah menyantap lumayan banyak makanan, Yesi Mo pergi ke kamar kecil setelah merasa perutnya tidak nyaman.
Ia baru saja menutup pintu toilet dan duduk diatas kloset saat ia mendengar suara dua orang wanita yang saling berbincang di luar. Awalnya Yesi Mo sama sekali tidak tertarik dengan percakapan diantara mereka, namun saat secara tidak sengaja ia mendengar nama ‘Felix Lu’ terlontar dari mulut mereka, seketika itu juga gairah Yesi Mo bangkit.
“Menurutmu, apakah ada artinya Vivian melakukan hal ini? Felix sudah meninggal, tapi tidak disangka ternyata ia masih memberikan tubuh pengganti untuk menghidupkannya kembali.”
“Apakah kamu tidak pernah mendengar kalimat ini? Yang tidak bisa didapatkan adalah yang paling berharga. Saat Felix masih hidup, Vivian begitu mencurahkan seluruh hatinya untuk mencintainya. Tapi Felix sedikitpun tidak ada perasaan apapun untuknya, berulang kali ia menolak wanita itu dan melukai hatinya. Selama kurun waktu terjadi kecelakaan pada Felix waktu itu, kudengar ia seperti mayat hidup. Tidak memiliki jiwa sama sekali. Semua orang pasti bisa membayangkan betapa berharganya dan betapa pentingnya Felix di hatinya. Sampai-sampai walaupun ia tahu bahwa Felix yang sekarang ini adalah palsu, ia memaksa dirinya sendiri untuk menganggapnya sebagai Felix.”
Novel Terkait
My Secret Love
Fang FangBretta’s Diary
DanielleAwesome Guy
RobinHarmless Lie
BaigeMy Cute Wife
DessyTakdir Raja Perang
Brama aditioVillain's Giving Up
Axe AshciellyLelaki Greget
Rudy GoldUnlimited Love×
- Bab 1 Pernikahan
- Bab 2 Dinikahi Orang Tolol Juga Bukan Hal yang Buruk
- Bab 3 Dia Telah Membohongi Semua Orang
- Bab 4 Merasakan Kelembutannya
- Bab 5 Teh Penghormatan Dari Menantu
- Bab 6 Tamu Tak Diundang
- Bab 7 Istri, Aku Datang Melindungimu!
- Bab 8 Dengan Kelembutanmu, Hangatkan Hatiku
- Bab 9 Apakah Karena Cinta?
- Bab 10 Pemilik Cheongsam Sesungguhnya
- Bab 11 Semua Penuh Jebakan
- Bab 12 Menjenguk Katty Yun
- Bab 13 Katty Yun Mengakui Kesalahan
- Bab 14 Aku Masih Belum Siap
- Bab 15 Karena Cinta
- Bab 16 Membawa Masalah Pada Diri Sendiri
- Bab 17 Sebenarnya Apa Itu Kebenaran?
- Bab 18 Kemarahan Stanley Yan
- Bab 19 Menghinanya Karena Dia Bodoh?
- Bab 20 Menerima Hukuman
- Bab 21 Apakah Aku Memaksamu?
- Bab 22 Gawat, Sungguh Memalukan
- Bab 23 Robin Xiao Datang Berkunjung
- Bab 24 Tidak Ada Rahasia Di Hadapannya
- Bab 25 Tidak Dapat Menghindarinya
- Bab 26 Dia Sudah Gila
- Bab 27 Siapapun Tidak Boleh Menyentuh Wanitaku!
- Bab 28 Supnya Bermasalah
- Bab 29 Untuk Apa Dia Datang?
- Bab 30 Stanley Yan, kamu itu koruptor!
- Bab 31 Temani Aku Semalam Maka Dianggap Selesai
- Bab 32 Permusuhan
- Bab 33 Aku Mencintainya Melebihi Segalanya
- Bab 34 Meninggalkan Rumah Keluarga Yan
- Bab 35 Tidak, Jangan Mendekat!
- Bab 36 Hati Yang Teramat Gelisah (1)
- Bab 36 Hati Yang Teramat Gelisah (2)
- Bab 37 Dia Pergi, Aku Juga Pergi! (1)
- Bab 37 Dia Pergi, Aku Juga Pergi! (2)
- Bab 38 Stanley Yang Cinta Mati Kepada Istrinya (1)
- Bab 38 Stanley Yang Cinta Mati Kepada Istrinya (2)
- Bab 39 Jangan Mencari Perhatian Istriku (1)
- Bab 39 Jangan Mencari Perhatian Istriku (2)
- Bab 40 Bertamu Ke Rumah Robin Xiao (1)
- Bab 40 Bertamu Ke Rumah Robin Xiao (2)
- Bab 41 Meraih Bintang Memberikannya Untukmu (1)
- Bab 41 Meraih Bintang Memberikannya Untukmu (2)
- Bab 42 Kamu Bisa-Bisanya Memperlakukanku Seperti Itu! (1)
- Bab 42 Kamu Bisa-Bisanya Memperlakukanku Seperti Itu! (2)
- Bab 43 Mereka Tinggal Bersama Sepanjang Malam (1)
- Bab 43 Mereka Tinggal Bersama Sepanjang Malam (2)
- Bab 44 Kecewa Pada Stanley Yan (1)
- Bab 44 Kecewa Pada Stanley Yan (2)
- Bab 45 Siapa Yang Istrimu? Lepaskan! (1)
- Bab 45 Siapa Yang Istrimu? Lepaskan! (2)
- Bab 46 Aku Tidak Punya Teman Seperti Kamu (1)
- Bab 46 Aku Tidak Punya Teman Seperti Kamu (2)
- Bab 47 Tidakkah Pria, Akan Tahu Jika Sudah Mencoba? (1)
- Bab 47 Tidakkah Pria, Akan Tahu Jika Sudah Mencoba? (2)
- Bab 48 Kemarahan (1)
- Bab 48 Kemarahan (2)
- Bab 49 Konflik Pecah (1)
- Bab 49 Konflik Pecah (2)
- Bab 49 Konflik Pecah (3)
- Bab 50 Suka? Ambil Saja Untukmu! (1)
- Bab 50 Suka? Ambil Saja Untukmu! (2)
- Bab 51 Buku Nikah (1)
- Bab 51 Buku Nikah (2)
- Bab 51 Buku Nikah (3)
- Bab 52 Menjadi seorang ayah! (1)
- Bab 52 Menjadi seorang ayah! (2)
- Bab 52 Menjadi seorang ayah! (3)
- Bab 53 Berada Dalam Berkah Tapi Tidak Merasa Berkah (1)
- Bab 53 Berada Dalam Berkah Tapi Tidak Merasa Berkah (2)
- Bab 53 Berada Dalam Berkah Tapi Tidak Merasa Berkah (3)
- Bab 54 Biarkan dia tidak pernah kembali (1)
- Bab 54 Biarkan dia tidak pernah kembali (2)
- Bab 55 Sakit Perut (1)
- Bab 55 Sakit Perut (2)
- Bab 55 Sakit Perut (3)
- Bab 56 Kepanikan Yang Berlebihan (1)
- Bab 56 Kepanikan Yang Berlebihan (2)
- Bab 57 Siapa Yang Melakukannya? (1)
- Bab 57 Siapa Yang Melakukannya? (2)
- Bab 57 Siapa Yang Melakukannya? (3)
- Bab 58 Rasa Yang Tidak Nyaman (1)
- Bab 58 Rasa Yang Tidak Nyaman (2)
- Bab 58 Rasa Yang Tidak Nyaman (3)
- Bab 59 Aku Tidak Ingin Melihatmu Lagi (1)
- Bab 59 Aku Tidak Ingin Melihatmu Lagi (2)
- Bab 59 Aku Tidak Ingin Melihatmu Lagi (3)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (1)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (2)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (3)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (4)
- Bab 61 Jangan Pernah Berpikir Untuk Meninggalkanku (1)
- Bab 61 Jangan Pernah Berpikir Untuk Meninggalkanku (2)
- Bab 62 Kesalahpahaman Harus Dikatakan Dengan Jelas (1)
- Bab 62 Kesalahpahaman Harus Dikatakan Dengan Jelas (2)
- Bab 63 Problema Diantara Suami Dan Istri (1)
- Bab 63 Problema Diantara Suami Dan Istri (2)
- Bab 64 Putriku? Lucu Sekali! (1)
- Bab 64 Putriku? Lucu Sekali! (2)
- Bab 65 Balasan Yang Pantas (1)
- Bab 65 Balasan Yang Pantas (2)
- Bab 66 Aku Akan Melahirkan (1)
- Bab 66 Aku Akan Melahirkan (2)
- Bab 67 Seorang Tuan Muda Kecil (1)
- Bab 67 Seorang Tuan Muda Kecil (2)
- Bab 68 Bibit Siapa Sebenarnya (1)
- Bab 68 Bibit Siapa Sebenarnya (2)
- Bab 69 Menjadi Abu (1)
- Bab 69 Menjadi Abu (2)
- Bab 70 Tinggalkan Dia (1)
- Bab 70 Tinggalkan Dia (2)
- Bab 71 Bisa Percaya pada Siapa lagi? (1)
- Bab 71 Bisa Percaya pada Siapa lagi? (2)
- Bab 71 Bisa Percaya pada Siapa lagi? (3)
- Bab 72 Kakak, Ibu (1)
- Bab 72 Kakak, Ibu (2)
- Bab 72 Kakak, Ibu (3)
- Bab 73 Ibu, Untukmu (1)
- Bab 73 Ibu, Untukmu (2)
- Bab 74 Menjadi Ibu Untuknya (1)
- Bab 74 Menjadi Ibu Untuknya (2)
- Bab 74 Menjadi Ibu Untuknya (3)
- Bab 75 Cappuccino? Apakah Ini Kebetulan? (1)
- Bab 75 Cappuccino? Apakah Ini Kebetulan? (2)
- Bab 76 Apa Ini Juga Sebuah Kebetulan? (1)
- Bab 76 Apa Ini Juga Sebuah Kebetulan? (2)
- Bab 77 Istriku Benarkah Ini Dirimu? (1)
- Bab 77 Istriku Benarkah Ini Dirimu? (2)
- Bab 78 Kamu Adalah Duniaku (1)
- Bab 78 Kamu Adalah Duniaku (2)
- Bab 79 Stanley Yan Datang Berkunjung (1)
- Bab 79 Stanley Yan Datang Berkunjung (2)
- Bab 80 Dia Seakan Telah Kembali! (1)
- Bab 80 Dia Seakan Telah Kembali! (2)
- Bab 81 Tanda Lahir (1)
- Bab 81 Tanda Lahir (2)
- Bab 82 Apa Yang Akan Kamu Lakukan Padanya? (1)
- Bab 82 Apa Yang Akan Kamu Lakukan Padanya? (2)
- Bab 83 Kebencian Tak Beralasan (1)
- Bab 83 Kebencian Tak Beralasan (2)
- Bab 84 Teman Lama Yang Saling Bertemu Namun Tidak Saling Mengenal (1)
- Bab 84 Teman Lama Yang Saling Bertemu Namun Tidak Saling Mengenal (2)
- Bab 85 Mengkhawatirkannya (1)
- Bab 85 Mengkhawatirkannya (2)
- Bab 86 Mengikuti Permainannya (1)
- Bab 86 Mengikuti Permainannya (2)
- Bab 87 Yesi Mo Adalah Angie Qin, Kalau Begitu Siapa Dia? (1)
- Bab 87 Yesi Mo Adalah Angie Qin, Kalau Begitu Siapa Dia? (2)
- Bab 88 Dia Tidak Memiliki Masa Lalu (1)
- Bab 88 Dia Tidak Memiliki Masa Lalu (2)
- Bab 89 Rahasia Mereka (1)
- Bab 89 Rahasia Mereka (2)
- Bab 90 Yesi Mo, Kamulah Angie Qin Yang Sebenarnya (1)
- Bab 90 Yesi Mo, Kamulah Angie Qin Yang Sebenarnya (2)
- Bab 91 Di Saat Terdesak, Ingatan Masa Lalu Hidup Kembali! (1)
- Bab 91 Di Saat Terdesak, Ingatan Masa Lalu Hidup Kembali! (1)
- Bab 92 Aku Tidak Setuju (1)
- Bab 92 Aku Tidak Setuju (2)
- Bab 93 Menikah Denganku, Dia akan Kulepaskan (1)
- Bab 93 Menikah Denganku, Dia akan Kulepaskan (2)
- Bab 94 Undangan Pernikahan (1)
- Bab 94 Undangan Pernikahan (2)
- Bab 95 Sudah Terlambat untuk Menyesalinya (1)
- Bab 95 Sudah Terlambat untuk Menyesalinya (2)
- Bab 96 Selalu Akan Ada Pertemuan Kembali Setelah Perpisahan (1)
- Bab 96 Selalu Akan Ada Pertemuan Kembali Setelah Perpisahan (2)
- Bab 97 Nenek Luar Kakek Luar Bukan Orang Lain (1)
- Bab 97 Nenek Luar Kakek Luar Bukan Orang Lain (2)
- Bab 98 Susah Dikatakan (1)
- Bab 98 Susah Dikatakan (2)
- Bab 99 Istri, Aku Yang Dibohongimu Sangat Menderita (1)
- Bab 99 Istri, Aku Yang Dibohongimu Sangat Menderita (2)
- Bab 100 Rico Mu, Kamu Pantas Mati (1)
- Bab 100 Rico Mu, Kamu Pantas Mati (2)
- Bab 101 Pertukaran Identitas, Mengorbankan Diri Untuk Orang Lain (1)
- Bab 101 Pertukaran Identitas, Mengorbankan Diri Untuk Orang Lain (2)
- Bab 102 Satu Keluarga Berkumpul (1)
- Bab 102 Satu Keluarga Berkumpul (2)
- Bab 103 Rico Mu Datang Mencari (1)
- Bab 103 Rico Mu Datang Mencari (2)
- Bab 104 Kesempatan Yang Diambil Sia-sia (1)
- Bab 104 Kesempatan Yang Diambil Sia-sia (2)
- Bab 105 Dijebak (1)
- Bab 105 Dijebak (2)
- Bab 106 Terbongkar (1)
- Bab 106 Terbongkar (2)
- Bab 107 Pertarungan Dua Wanita (1)
- Bab 107 Pertarungan Dua Wanita (2)
- Bab 108 Undangan Dengan Niat Buruk (1)
- Bab 108 Undangan Dengan Niat Buruk (2)
- Bab 109 Yang Lebih Peduli, Lebih Menderita (1)
- Bab 109 Yang Lebih Peduli, Lebih Menderita (2)
- Bab 110 Dia Bisa Menyerah? (1)
- Bab 110 Dia Bisa Menyerah? (2)
- Bab 111 Tidak Bisa Tersingkir (1)
- Bab 111 Tidak Bisa Tersingkir (2)
- Bab 112 Cengkeraman Dia (1)
- Bab 112 Cengkeraman Dia (2)
- Bab 113 Kamu Barang Palsu Ini (1)
- Bab 113 Kamu Barang Palsu Ini (2)
- Bab 114 Siapa yang Mengancam Siapa? (1)
- Bab 114 Siapa yang Mengancam Siapa? (2)
- Bab 115 Selesai Sudah (1)
- Bab 115 Selesai Sudah (2)
- Bab 116 Berita Kematian (1)
- Bab 116 Berita Kematian (2)
- Bab 117 Kebetulan? Siapa Percaya (1)
- Bab 117 Kebetulan? Siapa Percaya (2)
- Bab 118 Tunggu Sebentar (1)
- Bab 118 Tunggu Sebentar (2)
- Bab 119 Salah Sendiri (1)
- Bab 119 Salah Sendiri (2)
- Bab 120 Tidak Ada Hal Buruk yang Terjadi sejak Perpisahan (1)
- Bab 120 Tidak Ada Hal Buruk yang Terjadi sejak Perpisahan (2)
- Bab 121 Pendatang Yang Buruk (1)
- Bab 121 Pendatang Yang Buruk (2)
- Bab 122 Ini Hanya Permulaan (1)
- Bab 122 Ini Hanya Permulaan (2)
- Bab 122 Ini Hanya Permulaan (3)
- Bab 123 Memikat Musuh Keluar Dari Markas (1)
- Bab 123 Memikat Musuh Keluar Dari Markas (2)
- Bab 123 Memikat Musuh Keluar Dari Markas (3)
- Bab 124 Bencana Stanley Yan (1)
- Bab 124 Bencana Stanley Yan (2)
- Bab 124 Bencana Stanley Yan (3)
- Bab 125 Keputusan Yesi Mo (1)
- Bab 125 Keputusan Yesi Mo (2)
- Bab 125 Keputusan Yesi Mo (3)
- Bab 126 Tertangkap Basah (1)
- Bab 126 Tertangkap Basah (2)
- Bab 126 Tertangkap Basah (3)
- Bab 127 Kenyataan sangat Kejam (1)
- Bab 127 Kenyataan sangat Kejam (1)
- Bab 127 Kenyataan sangat Kejam (3)
- Bab 128 Kebaikan yang Tak Terlupakan (1)
- Bab 128 Kebaikan yang Tak Terlupakan (2)
- Bab 128 Kebaikan yang Tak Terlupakan (3)
- Bab 129 Roh Gentayangan di Kolam (1)
- Bab 129 Roh Gentayangan di Kolam (2)
- Bab 129 Roh Gentayangan di Kolam (3)
- Bab 130 Melewati Batas (1)
- Bab 130 Melewati Batas (2)
- Bab 130 Melewati Batas (3)
- Bab 131 Membalas Peach Dengan Plum (1)
- Bab 131 Membalas Peach Dengan Plum (2)
- Bab 131 Membalas Peach Dengan Plum (3)
- Bab 132 Orang Yang Terdesak Akan Melakukan Apapun (1)
- Bab 132 Orang Yang Terdesak Akan Melakukan Apapun (2)
- Bab 132 Orang Yang Terdesak Akan Melakukan Apapun (3)
- Bab 133 Setiap Rencana Jahat (1)
- Bab 133 Setiap Rencana Jahat (2)
- Bab 134 Menginginkan Uang Dan Lebih Menginginkan Nyawa (1)
- Bab 134 Menginginkan Uang Dan Lebih Menginginkan Nyawa (2)
- Bab 134 Menginginkan Uang Dan Lebih Menginginkan Nyawa (3)
- Bab 135 Harga Sebuah Keserakahan (1)
- Bab 135 Harga Sebuah Keserakahan (2)
- Bab 135 Harga Sebuah Keserakahan (3)
- Bab 136 Benar, Memang Sedang Mempermainkannya (1)
- Bab 136 Benar, Memang Sedang Mempermainkannya (2)
- Bab 136 Benar, Memang Sedang Mempermainkannya (3)
- Bab 137 Sebuah Tamparan Untuknya (1)
- Bab 137 Sebuah Tamparan Untuknya (2)
- Bab 137 Sebuah Tamparan Untuknya (3)
- Bab 138 Kabar dari Stanley Yan (1)
- Bab 138 Kabar dari Stanley Yan (2)
- Bab 138 Kabar dari Stanley Yan (3)
- Bab 139 Dia Ternyata sudah melamarnya (1)
- Bab 139 Dia Ternyata sudah melamarnya (2)
- Bab 139 Dia Ternyata sudah melamarnya (3)
- Bab 140 Berubah Pikiran (1)
- Bab 140 Berubah Pikiran (2)
- Bab 140 Berubah Pikiran (3)
- Bab 141 Itu Adalah Dia! (1)
- Bab 141 Itu Adalah Dia! (1)
- Bab 141 Itu Adalah Dia! (3)
- Bab 142 Tidak Peduli Akan Apapun Juga Untuk Melindunginya (1)
- Bab 142 Tidak Peduli Akan Apapun Juga Untuk Melindunginya (2)
- Bab 142 Tidak Peduli Akan Apapun Juga Untuk Melindunginya (3)
- Bab 143 Tidak Sabar (1)
- Bab 143 Tidak Sabar (2)
- Bab 143 Tidak Sabar (3)
- Bab 144 Tidak Bisa Menghindar dari Musuh (1)
- Bab 144 Tidak Bisa Menghindar dari Musuh (2)
- Bab 145 Di Bawah Atap yang Sama (1)
- Bab 145 Di Bawah Atap yang Sama (2)
- Bab 145 Di Bawah Atap yang Sama (3)
- Bab 146 Stanley Miliknya (1)
- Bab 146 Stanley Miliknya (2)
- Bab 146 Stanley Miliknya (3)
- Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (1)
- Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (2)
- Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (3)
- Bab 148 Retribusi (1)
- Bab 148 Retribusi (2)
- Bab 148 Retribusi (3)
- Bab 149 Kejam (1)
- Bab 149 Kejam (2)
- Bab 149 Kejam (3)
- Bab 150 Menikah! Mana Mungkin? (1)
- Bab 150 Menikah! Mana Mungkin? (2)
- Bab 150 Menikah! Mana Mungkin? (3)
- Bab 151 Bagaimana Mungkin Ia Tega Mengkhianati Keluarga Ini? (1)
- Bab 151 Bagaimana Mungkin Ia Tega Mengkhianati Keluarga Ini? (2)
- Bab 151 Bagaimana Mungkin Ia Tega Mengkhianati Keluarga Ini? (3)
- Bab 152 Siapa Yang Bisa Memahami Rasa Sakitnya? (1)
- Bab 152 Siapa Yang Bisa Memahami Rasa Sakitnya? (2)
- Bab 152 Siapa Yang Bisa Memahami Rasa Sakitnya? (3)
- Bab 153 Semua Lancar (1)
- Bab 153 Semua Lancar (2)
- Bab 153 Semua Lancar (3)
- Bab 154 Gali Lubang, Tutup Lubang (1)
- Bab 154 Gali Lubang, Tutup Lubang (2)
- Bab 154 Gali Lubang, Tutup Lubang (3)
- Bab 155 Jebakan Andrew Ling (1)
- Bab 155 Jebakan Andrew Ling (2)
- Bab 155 Jebakan Andrew Ling (3)
- Bab 156 Ia Pernah Menyelamatkanku (1)
- Bab 156 Ia Pernah Menyelamatkanku (2)
- Bab 157 Melindunginya (1)
- Bab 157 Melindunginya (2)
- Bab 158 Berkah Setelah Kemalangan Untuk Stanley Yan (1)
- Bab 158 Berkah Setelah Kemalangan Untuk Stanley Yan (2)
- Bab 159 Tunggu Aku Kembali (1)
- Bab 159 Tunggu Aku Kembali (2)
- Bab 160 Di Luar Kendali (1)
- Bab 160 Di Luar Kendali (2)
- Bab 161 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja
- Bab 162 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja (2)
- Bab 163 Ada Aku di Sini/ Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja (2)
- Bab 164 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja (3)
- Bab 165 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja
- Bab 166 Rencana yang Telah Gagal
- Bab 167 Jangan Tinggalkan Aku/ Ucapan Cinta Semalam Berubah Menjadi Akhir Dunia
- Bab 168 Pengurus Rumah
- Bab 169 Bebas
- Bab 170 Mengapa Mereka Juga Datang?
- Bab 171 Ia Selalu Disini
- Bab 172 Kamu Tidak Bisa Membohongiku
- Bab 173 Apa Aku Melakukan Kesalahan?
- Bab 174 Kesalahan Yang Jelas
- Bab 175 Tunggu Aku
- Bab 176 Akhir Yang Luar Biasa (Awal)
- Bab 177 Akhir Yang Luar Biasa (Tengah)
- Bab 178 Akhir Yang Luar Biasa (Akhir)