Unlimited Love - Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (2)

Stanley Yan ragu untuk waktu yang cukup lama, kemudian barulah ia mengangguk. Ia lalu membalikkan tubuhnya dan berjalan keluar.

Baru saja ia masuk lift saat ia melihat Jennie Bai juga masuk kesana.

“Halo, Manajer Bai.”

“Asisten Lu, sebentar lagi jam istirahat siang, bukan? Sekarang kamu masih mau mengurus pekerjaan?” Jennie Bai melihat tombol lift yang menyala, lalu mengernyit samar, “Kakak ipar yang menyuruhmu pergi? Kamu tidak bisa menolaknya?”

“Manajer Bai, sepertinya kamu salah paham.” Stanley Yan tersenyum dan menjelaskan, “Aku bukan pergi untuk urusan kerja, melainkan pergi makan.”

“Makan? Kamu yakin?” Jennie Bai menatap Stanley Yan dengan penasaran.

“Tentu saja! Bukankah ini adalah kebijakan bagi setiap karyawan baru yang masuk? Presdir Mo yang bilang begitu.”

Jennie Bai terkejut, namun tiba-tiba ia langsung menganggukkan kepala dengan semangat, “Astaga, aku hampir lupa ada hal semacam ini kalau kamu tidak mengatakannya.”

Lift itu berhenti di lantai lima dan Jennie Bai pun melangkah keluar. Setelah suara pintu lift yang ditutup sudah tidak terdengar lagi di belakangnya, barulah ia menoleh sambil mengernyitkan dahi dengan curiga dan menggerutu, “Apa yang sebenarnya ingin kakak ipar lakukan?”

Stanley Yan sama sekali bukan orang yang pilih-pilih makanan. Dengan asal ia mencari rumah makan di dekat kantor dan masuk kesitu.

Ia baru saja selesai memesan ketika Vivian Luo mendorong pintu rumah makan itu dan masuk ke dalamnya, lalu langsung duduk di hadapan Stanley Yan.

Melihat Vivian Luo yang tiba-tiba muncul, Stanley Yan sedikit mengernyit, “Kenapa kamu bisa ada disini?”

“Kebetulan aku sedang lewat di daerah sini dan melihatmu masuk kemari.” jelas Vivian Luo. Ia lalu mengangkat kepalanya dengan jijik dan matanya menilai kondisi lingkungan rumah makan ini, kemudian dengan bibir mencibir berkata, “Felix, bagaimana kamu bisa sengaja datang makan di tempat seperti ini?”

“Ada masalah apa?”

“Masalah apa lagi? Tentu saja masalah kebersihan. Rumah makan kecil di pinggiran jalan seperti ini sangat jorok, bagaimana kalau sampai sakit? Kalau kamu tidak benar-benar lapar, ayo ikut aku. Aku akan membawamu makan di tempat lain. Aku tahu di sekitar sini ada restoran makanan laut. Bukan hanya bersih dan higienis, tapi juga ada kepala koki bintang lima. Aku jamin kamu pasti akan sangat menyukainya sampai-sampai tidak mau pergi dari situ.”

Selesai berkata, Vivian Luo langsung menjulurkan tangan untuk menggandeng Stanley Yan dan menarik pria itu untuk meninggalkan tempat itu.

Stanley Yan menarik kembali tangannya yang semula berada di atas meja kemudian memindahkannnya ke bawah meja, lalu menggelengkan kepala, “Tidak perlu, hanya makan saat sedang istirahat kerja saja. Makan dimanapun sama saja. Lagipula aku hanya punya waktu istirahat sampai jam dua siang nanti, setelah makan aku masih harus istirahat. Aku tidak mau pergi.”

“Tenang saja, saat aku masuk tadi, aku sudah memesankan tempat dan menunya. Tidak akan mengganggu waktu istirahatmu, ayo cepat pergi.”

Dalam hati, Stanley Yan sebenarnya tidak terlalu senang dengan tindakan Vivian Luo yang seperti ini. Ia selalu melakukan sesuatu terlebih dulu baru menjelaskan perbuatannya kemudian. Baru saja Stanley Yan ingin menolak, namun Vivian Luo malah mengeluarkan alasan yang tak terpikirkan olehnya dan membuatnya tidak bisa menolak ajakan wanita itu.

“Bukankah kamu mau bertemu dengan teman dan rekan kerjamu yang dulu? Beberapa dari mereka belakangan ini kebetulan bekerja di daerah sana, nanti kita bisa memanggil mereka untuk makan bersama. Mungkin saja kamu malah bisa mengingat sesuatu.”

Kali ini Stanley Yan tidak menolaknya dan mengangguk menyetujui.

“Kalau begitu, ayo kita pergi.”

Vivian Luo dengan senang menghampirinya untuk menggandeng Stanley Yan. Pria itu memberikan isyarat untuk menunggu sebentar, lalu mengeluarkan dompet dari dalam sakunya. Ia mengeluarkan selembar uang dan meletakkannya diatas meja. Ia lalu memanggil nyonya pemilik rumah makan itu yang bertubuh gemuk dan bulat yang berada di kejauhan, “Nyonya, uanganya sudah kutaruh diatas meja.”

Kali ini, barulah Stanley Yan menatap Vivian Luo dan berkata, “Ayo pergi.”

“Kamu tidak makan masakan mereka jadi kenapa memberi uang?”

“Walaupun aku tidak memakannya, tapi aku sudah memesannya. Mereka hanyalah pedagang kecil, bagaimana mungkin aku membuat mereka rugi. Lagipula aku tidak akan bangkrut dengan uang sejumlah itu.” jelas Stanley Yan. Dalam sekejap, wajah Vivian Luo pun dipenuhi raut bahagia, “Felix, kamu sebegitu perhatian dan memikirkan orang lain yang bahkan tidak kamu kenal sama sekali. Sepertinya aku sudah bisa membayangkan akan jadi sebahagia apa aku jika nanti kita sudah menikah.”

“Sudahlah, ayo pergi.”

Stanley Yan tidak menyambut perbincangannya dan hanya tersenyum pada Vivian Luo, lalu mendahuluinya beranjak pergi dari tempat itu.

Restoran makanan laut yang dikatakan Vivian Luo itu berjarak cukup jauh dari posisi awalnya. Setelah mengendarai mobil selama lebih dari setengah jam, barulah kedua orang itu sampai.

Di perjalanan, Vivian Luo melakukan beberapa panggilan telepon. Saat mereka sampai, ternyata sudah ada beberapa orang yang menunggu di ruang privat yang dipesan oleh Vivian Luo.

Begitu mereka melihat Stanley Yan, mereka langsung menyambut kedatangannya dengan hangat. Beberapa dari mereka memperkenalkan diri sendiri dan menghibur Stanley Yan untuk tidak perlu terlalu tergesa-gesa. Mereka akan membantunya mengingat kejadian di masa lalu.

Acara makan kali ini berlangsung sangat lama, mereka juga berbincang sangat lama. Dari mulut beberapa orang ini, Stanley Yan jadi mengenal cukup banyak tentang masa lalu Felix Lu. Setelah dibandingkan dengan bukti-bukti yang dikatakan Vivian Luo, Stanley Yan terkejut dan menyadari bahwa ternyata Vivian Luo sama sekali tidak berbohong. Paling tidak, ia mengatakan yang sebenarnya tentang masa lalu Felix Lu.

“Kalau kita berpapasan di luar, aku pasti tidak akan mengenali kalian.”

Entah mengapa Stanley Yan menghela napas. Seseorang yang adalah rekan kerja Felix Lu di masa lalu tersenyum, menepuk pundak Stanley Yan dan dengan lantang berkata, “Memangnya kenapa? Bukankah yang penting kami mengenalimu?”

“Kalian bisa mengenaliku? Kalau aku tidak salah ingat, rupaku yang sekarang sepertinya ada sedikit perbedaan dengan sebelumnya.”

“Apa bedanya? Bukankah masih sama saja? Wajahmu tidak berubah banyak, postur tubuhmu juga tidak, suaramu juga tidak. Bagaimana mungkin kami bisa tidak mengenalimu?” Mata orang ini mengerjap sesaat lalu tersenyum manis dan bertanya, “Oh ya, dimana kamu membuat gayamu menjadi seperti ini? Katakanlah, mungkin kalau ada waktu aku juga akan kesana untuk mengubah gayaku.”

“Ini... Tanyakan saja pada Vivian, aku juga tidak terlalu paham.”

Stanley Yan berujar asal menghindari pertanyaan ini, senyum di wajahnya tetap sama. Tapi dalam hatinya, ia semakin curiga dirinya bukanlah Felix Lu.

Jika tidak salah ingat, teman SMA Felix Lu yang sebelumnya bertemu dengannya mengatakan bahwa suaranya berubah. Ia juga bahkan memperdengarkan padanya suara Felix Lu yang dulu. Bagaimana mungkin mulut mereka justru mengatakan bahwa suaranya tidak berubah?

“Kalian mengobrol saja dulu, aku mau pergi ke toilet.”

Stanley Yan berpamitan pada mereka, mendorong buka pintu ruangan itu lalu berjalan keluar.

Dalam perjalanan kembali dari toilet, secara tidak sengaja ia malah berpapasan dengan Yesi Mo dan Jennie Bai.

Jennie Bai bertanya dengan terkejut, “Asisten Lu, kamu juga datang makan disini? Sudah pesan tempat belum? Kalau belum, mau tidak makan bersama kami?”

“Tidak perlu, aku ada janji dengan teman.” Stanley Yan tersenyum kemudian menatap kedua orang itu dan mengangguk, “Sampai bertemu nanti sore, Manajer Bai, Presdir Mo.”

“Bertemu teman? Ia bisa bertemu teman apa? Apakah mungkin Vivian?” Mulut Jennie Bai yang terkejut menganga lebar-lebar.

“Itu hal yang wajar, bukan? Apalagi mereka sudah bertunangan.” jawab Yesi Mo sambil tersenyum.

“Benar juga.” Jennie Bai dengan termangu mengangguk, sebuah sinar kekecewaan yang samar berkilat dalam matanya.

Yesi Mo yang terus menatap punggung Stanley Yan sama sekali tidak menyadari semua ini. Ia pun tersenyum, “Ayo, cepat makan. Kalau tidak nanti waktunya tidak keburu.”

Kedua orang itu masuk ke dalam ruang privat yang kecil. Saat mereka sudah menyantap lumayan banyak makanan, Yesi Mo pergi ke kamar kecil setelah merasa perutnya tidak nyaman.

Ia baru saja menutup pintu toilet dan duduk diatas kloset saat ia mendengar suara dua orang wanita yang saling berbincang di luar. Awalnya Yesi Mo sama sekali tidak tertarik dengan percakapan diantara mereka, namun saat secara tidak sengaja ia mendengar nama ‘Felix Lu’ terlontar dari mulut mereka, seketika itu juga gairah Yesi Mo bangkit.

“Menurutmu, apakah ada artinya Vivian melakukan hal ini? Felix sudah meninggal, tapi tidak disangka ternyata ia masih memberikan tubuh pengganti untuk menghidupkannya kembali.”

“Apakah kamu tidak pernah mendengar kalimat ini? Yang tidak bisa didapatkan adalah yang paling berharga. Saat Felix masih hidup, Vivian begitu mencurahkan seluruh hatinya untuk mencintainya. Tapi Felix sedikitpun tidak ada perasaan apapun untuknya, berulang kali ia menolak wanita itu dan melukai hatinya. Selama kurun waktu terjadi kecelakaan pada Felix waktu itu, kudengar ia seperti mayat hidup. Tidak memiliki jiwa sama sekali. Semua orang pasti bisa membayangkan betapa berharganya dan betapa pentingnya Felix di hatinya. Sampai-sampai walaupun ia tahu bahwa Felix yang sekarang ini adalah palsu, ia memaksa dirinya sendiri untuk menganggapnya sebagai Felix.”

Novel Terkait

My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu