Unlimited Love - Bab 109 Yang Lebih Peduli, Lebih Menderita (2)

Setelah berhasil kabur dari pengawal itu, Yesi Mo masuk ke dalam lift dan langsung naik ke lantai 11, dia kemudian menuju ke kamar 1108 dan mengetuk pintunya. Saat pintu itu terbuka, seorang lelaki muncul dari dalam.

"Di mana Didi? "Yesi Mo bertanya dengat tidak sabar.

"Masuklah terlebih dahulu, baru kita bicarakan. "Lelaki itu menatap Yesi Mo dan mempersilahkannya masuk. Yesi Mo ragu sejenak, lalu masuk. Lelaki itu menjulurkan kepalanya keluar untuk memeriksa keadaan diluar, setelah dia tidak melihat orang lain di luar, dia menutup pintu.

"Sekarang katakan, di mana anaku? "

"Anakmu? Tentu berada di tanganku. "Lelaki itu tersenyum sambil menjawab pertanyaan Yesi Mo.

"Apa maumu supaya kamu bersedia mengembalikan Didi kepadaku? "

"Mudah saja, tunggu dengan patuh di sini. Jangan pergi ke mana-mana, aku janji kamu akan dengan segera bertemu dengan anakmu. "

Lelaki itu terus menatap Yesi Mo sambil berkata.

"Sungguh? "Yesi Mo mengangkat alis.

"Sungguh. "

"Baiklah. "Yesi Mo mengangguk, lalu duduk di atas tempat tidur dan mengawasi lelaki di hadapannya itu dengan hati-hati.

Untungnya lelaki ini termasuk cukup pendiam, dia hanya berdiri di kejauhan dan tidak ada niatan untuk mendekatinya.

Detik demi detik berlalu, tiba-tiba ponsel Yesi Mo berdering, Stanley Yan meneleponnya. "

"Sayang, di mana kamu sekarang? "

"Aku berada di hotel. "Yesi Mo berpura-pura tidak ada sesuatu dan menjawab dengan tenang.

"Di hotel? Kalau begitu mengapa tadi pengawalku berkata kamu menghilang? "

"Aku sedang mengurus sesuatu, dia terus mengikutiku, maka aku... "

"Kenapa kamu bertindak sembarangan seperti itu? Cepat katakan padaku di mana posisimu sekarang, aku akan menyuruh seorang pengawal datang menjemputmu. "Nada bicara Stanley Yan tidak enak didengar, seakan dia sangat tidak senang.

Yesi Mo baru mau mengatakan sesuatu, ketika lelaki yang berada di hadapannya itu memberinya isyarat, Yesi Mo langsung berubah pikiran, "Tidak usah, kamu suruh pengawalmu itu untuk menungguku di lobi saja, setelah urusanku ini selesai, aku akan ke sana. "

"Tapi... "

Mendengar Stanley Yan terus mendesaknya, Yesi Mo segera mengganti topik pembicaraan mereka, "Oh iya, apa kamu sudah menemukan Didi? "

"Belum, kami sekarang masih mengejarnya, dia sangat hebat mengelak. Tapi tenang saja, tidak akan lama lagi, kami pasti akan menemukan Didi. "

"Hmph, berhati-hatilah. "

Setelah berkata demikian, lelaki di hadapannya itu memberi sinyal agar Yesi Mo menutup telepon.

"Di mana anaku? Apa kamu ini sedang menipuku? "

"Aku tidak perlu berbohong padamu. Sebenarnya anakmu berada di hotel ini, kira-kira sudah hampir tiba saatnya dia akan sampai di sini. "

Lelaki itu baru menyelesaikan kalimatnya, ketika bel kamar berbunyi. Lelaki itu lantas pergi untuk membukakan pintu dan seorang lelaki lain masuk sambil menggendong seorang anak.

Yesi Mo hanya perlu melihatnya sekali untuk meyakinkan dirinya itu adalah Sandy, anaknya. walaupun dia tidak melihat wajahnya, tapi baju, sepatu bahkan potongan rambutnya pun sama.

"Apa yang kalian lakukan pada anaku? "Yesi Mo bertanya dengan khawatir.

"Tenang, kita hanya membiarkannya tertidur sejenak. "Setelah berkata demikian, lelaki itu lantas meletakan anak itu ke atas tempat tidur. Yesi Mo berlari kecil ke arahnya, tapi begitu dilihatnya, ternyata anak itu bukanlah Sandy.

Ketika dia menoleh hendak bertanya apa yang sebenarnya terjadi, mendadak dia merasa kepalanya pusing, dan seketika dia kehilangan kesadarannya.

"Akhirnya selesai juga. "

Lelaki yang terus berada di dalam kamar melihat Yesi Mo terkulai di atas tempat tidur, tersenyum, dia kemudian menyuruh lelaki yang lain itu, "Kembalikan anak ini. Sisanya, akan aku urus. "

Dnegan segera, di dalam kamar itu hanya tersisa lelaki itu dan Yesi Mo.

"Semua sudah selesai. "Lelaki itu berbicara dengan teleponnya.

"Baiklah, segera bawa dia kemari. "

"Siap. Aku akan segera membawanya ke sana. "

Lelaki itu kemudian membungkus Yesi Mo dengan sprei, kemudian dengan langkah yang panjang-panjang berjalan keluar, masuk ke dalam lift, dan langsung menuju ke lantai teratas hotel itu.

Di president suite lantai teratas, Bella Lan melihat Yesi Mo yang dipanggul masuk, langsung memerintahkan orang itu untuk keluar.

Melihat Yesi Mo yang terkulai pingsan, dia tersenyum sinis, "Ternyata kamu ini pintar juga, tahu untuk berdandan sebagai orang lain dan mengelabuhi pengawalmu sendiri. Tapi sangat disayangkan, idemu yang cerdas ini malah membuat rencanaku berhasil. Yesi, kamu baik-baiklah berada di sisi Rico Mu, Stanley itu milikku. "

Setelah berkata demikian, Bella Lan menanggalkan pakaian Yesi Mo dan menukarnya dengan pakaian yang dia kenakan.

Belasan menit kemudian, Bella Lan yang mengenakan pakaian Yesi Mo berjalan keluar. Pengawal yang menjaga di depan pintu, melihatnya sekali, lalu tidak lagi meliriknya.

Hati Bella Lan yang tadinya menggantung tidak jelas, sekarang akhirnya lega juga, dia mempercepat langkahnya masuk ke dalam lift dan bergegas menuju ke lantai 5, ke ballroom.

Saat Yesi Mo tersadar, dia mendapati dirinya sedang berada di sebuah kamar yang asing seorang diri, pakaian yang dia kenakan juga bukan pakaian yang tadi dia kenakan, setelah dia memperhatikan dengan seksama, dia terkejut.

Yang dia kenakan adalah pakaian yang dikenakan Bella Lan. Seketika Yesi Mo mengetahui apa yang sedang terjadi.

Tapi dia belum menyerah, dia berlari keluar. Baru saja dia membuka pintu kamarnya, seseorang mencegatnya, "Nyonya, anda ini mau pergi ke mana? "

"Aku... "Yesi Mo tidak tahu bagaimana menjelaskannya, "Aku ada urusan, perlu keluar sebentar.

"Baiklah. "Setelah menjawab demikian, kedua orang pengawal itu seperti kutu rambutm mengikuti Yesi Mo kemanapun dia pergi. Seketika Yesi Mo menjadi putus asa, seoarng pengawal mungkin dia masih bisa mengelabuhi dan kabur darinya, tapi dua orang, pasti tidak akan bisa.

Ditambah lagi di lantai paling atas tidak ada toilet umum, semisal ada pun juga tidak akan ada orang lain yang masuk, dia tidak memiliki cara lain selain kembali masuk ke dalam kamar dengan patuh.

Yesi Mo ingin menelepon Stanley Yan, tapi dia tidak ingat nomor ponsel Stanley Yan, seketika, keputusasaan pun merayap masuk ke benaknya.

Di saat inilah, telepon di sebelah tempat tidurnya berdering.

Yesi Mo tidak punya keinginan untuk mengangkatnya sama sekali, tapi telepon itu terus berdering, suara ributnya membuat Yesi Mo sakit kepala, dia pun akhirnya dengan pasrah mengangkat telepon itu. Terdengar suara Andrew Ling yang terdengar senang dari dalam telepon.

"Apa kamu butuh pertolongan? "

"Andrew Ling, bagaimana kamu bisa tahu aku... "Yesi Mo tercengang, bertanya.

"Semua yang kamu alami, aku mengetahui dan mengontrolnya, baiklah, baik-baik berdiam menunggu di dalam kamar, anak buahku sebentar lagi akan sampai di sana. "

"Kenapa kamu mau membantuku? "Yesi Mo menyeritkan dahinya.

"Kalau saja identitas Yesi Mo dan dirimu sampai tertukar, siapa yang bisa membantuku mencarikan barang itu dan anak itu? Membantumu berarti membantuku. "

Andrew Ling menutup teleponnya, Yesi Mo diam-diam merasa beruntung.

Kebetulan Andrew Ling belum tahu kalau dia adalah Yesi Mo, kalau tidak, harapannya satu-satunya sekarang sirnalah sudah.

Novel Terkait

Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu