Unlimited Love - Bab 143 Tidak Sabar (2)
Stanley Yan masih ingin mengucapkan sesuatu, namun Yesi Mo tiba-tiba mengubah raut wajahnya menjadi serius, “Kenapa masih tidak mendengarkanku? Ingat posisimu, kamu itu asistenku. Kamu harus mematuhi semua perintahku tanpa terkecuali.”
Sudut bibir Stanley Yan berkedut dua kali dan ia pun mengangguk pelan. “Baik, Presdir Mo. Aku pergi sekarang juga.”
Melihat Stanley Yan yang hendak berjalan keluar, Yesi mo tiba-tiba memanggilnya. Stanley Yan pun menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya untuk bertanya, “Presdir Mo, apa masih ada hal lain yang perlu diberitahukan kepadaku?”
“Asisten Lu, terima kasih untuk masalah kemarin malam.”
Setelah Yesi Mo berterima kasih pada Stanley Yan, ia langsung mengibaskan tangannya tanpa menunggu jawaban dari pria itu, “Pergilah.”
Stanley Yan menatap Yesi Mo dengan terkejut. Bukankah kemarin malam wanita itu sudah berterima kasih padanya? Kenapa hari ini berterima kasih lagi?
Tapi, ia juga tidak ambil pusing dan hanya mengangguk singkat lalu berjalan keluar pintu. Ia baru saja keluar ketika melihat seseorang berdiri di luar pintu. Kalau tidak salah ingat, bukankah pria ini menghadiri acara pertunangannya dengan Vivian Luo? Ia juga duduk bersama dengan Yesi Mo dan Jennie Bai. Ah, pria ini sepertinya adalah Marson Luo, direktur manajer perusahaan ini. Ia pun dengan pelan memanggil, “Direktur Luo.”
Setelah disapa, Marson Luo menatap Stanley Yan sambil mengernyitkan alisnya dan bertanya menyelidik, “Tuan Felix, kenapa kamu ada disini?”
“Sekarang aku adalah asisten Presdir Mo. Ke depannya, mohon bantuan Direktur Luo untuk banyak mengarahkan dan mengajariku.”
Stanley Yan tersenyum dan mengulurkan tangannya pada Marson Luo untuk berjabat, gerakannya ini terlihat sangat bersahabat. Tapi Marson Luo tidak memberikannya kesan yang baik. Bukan hanya tidak menjabat tangan Stanley Yan yang terulur, Marson Luo justru meliriknya tanpa henti dengan tatapan menghina.
“Kamu bilang kamu adalah asisten Presdir Mo? Apa kamu yakin kamu tidak keliru?”
Tentu saja Marson Luo tidak bisa mempercayainya. Ia jelas-jelas ingat sudah membuang CV milik seseorang bernama Felix Lu ini ke dalam tempat sampah saat ia di divisi personalia kemarin pagi. Jadi, bagaimana mungkin ia berkesempatan bertemu dengan Yesi Mo, terlebih lagi bagaimana bisa ia menjadi asisten Yesi Mo?
Marson Luo benar-benar mencurigai bahwa Stanley Yan sedang berbohong.
“Apa Direktur Luo pikir aku bisa-bisanya berbohong tentang hal semacam ini?”
Melihat wajah Stanley Yan yang tenang, Marson Luo pun mengangguk singkat, “Aku akan memeriksa kebenaran masalah ini nanti. Kalau sampai kamu terbukti sedang membohongiku...”
Tatapan peringatan di mata Marson Luo terlihat sangat jelas, selama orang yang melihatnya tidak buta. Stanley Yan bertanya-tanya dalam hati kenapa Marson Luo bersikap seperti itu padanya, namun ia hanya mengangguk singkat lalu mengucapkan salam perpisahan. Stanley Yan kemudian membalikkan tubuhnya dan berjalan ke arah lift.
Marson Luo menatap punggung Stanley Yan sambil mengernyit. Begitu sosok Stanley Yan sudah hilang sepenuhnya di dalam lift, Marson Luo pun menarik kembali pandangannya. Ia mengetuk pintu ruang kerja Yesi Mo, lalu mendorong buka pintu itu dan berjalan masuk.
“Direktur Luo, apa ada masalah?”
Yesi Mo menarik pandangannya dari laporan penjualan yang sedang ia pegang dan bertanya santai saat melihat Marson Luo yang berjalan masuk.
“Presdir Mo, begini. Siang nanti, aku harus melakukan perjalanan bisnis selama beberapa hari. Paling cepat, aku baru bisa kembali hari Selasa minggu depan. Jadi, aku tidak bisa menemani presdir menghadiri rapat Perkumpulan Bisnis hari Senin nanti.”
Sikap Marson Luo sangat hormat karena sekarang, Yesi Mo bukan hanya sekedar presdir yang menjadi atasannya di perusahaan tempat ia bekerja. Wanita itu juga adalah istri Stanley Yan dan nyonya muda keluarga Yan, istri dari tuan mudanya.
“Tidak masalah. Aku bisa menangani urusan itu sendiri, kamu tidak perlu khawatir.” ujar Yesi Mo sambil tersenyum, “Apa masih ada urusan lainnya? Kalau sudah tidak ada, kamu bisa pergi. Aku sibuk sekali.”
Yesi Mo dengan sengaja mengangkat laporan penjualan bulanan di tangannya untuk menunjukkannya pada Marson Luo. Ia tahu dengan jelas bahwa saat Stanley Yan keluar tadi, ia pasti sudah bertemu dengan Marson Luo. Kalau ia tidak membuat alasan, ia takut Marson Luo akan berbicara tak henti.
Tentu saja awalnya Marson Luo ingin bertanya perihal Stanley Yan. Tapi melihat gerakan Yesi Mo, ia kembali menelan kata-katanya dan menggeleng pelan, “Tidak, silahkan presdir melanjutkan pekerjaan.”
Melihat Marson Luo membalikkan tubuhnya dan berjalan pergi, barulah Yesi Mo menghela napas singkat.
Ia sangat takut apabila Marson Luo benar-benar mengocehinya. Itu pasti akan menjadi perdebatan tidak berguna yang lama dan tentu saja membuang-buang waktu. Suasana hati pun pasti ikut terpengaruh. Kalau itu sampai mempengaruhi kinerja, maka hasil yang didapat juga tidak baik.
Begitu Marson Luo beranjak meninggalkan ruangan Yesi Mo dan kakinya langsung melangkah pergi menuju kantor manajer divisi personalia. Ia menggarangkan wajahnya, duduk di kursi yang terletak di depan meja dan berujar dingin, “Jason Cao! Sebaiknya kamu segera jelaskan dengan sejelas-jelasnya perihal Felix Lu ini. Kalau tidak, kamu tidak perlu menjabat sebagai manajer divisi personalia lagi.”
“Direktur Luo, direktur jangan marah. Aku juga tidak bisa disalahkan dalam masalah ini.” Jason Cao melihat Marson Luo dengan tatapan getir, ia terlihat seperti sedang memakan beberapa kilogram akar obat.
“Tidak bisa menyalahkanmu? Haha. Masalahnya tidak begitu besar, tapi ada satu pihak yang melalaikan tanggung jawabnya.” Marson Luo menggebrak meja, lalu bangkit berdiri dan menatap Jason Cao di bawahnya dengan murka.
“Aku tidak... Tidak menyetujui...” Bibir Jason Cao bergetar hebat, wajahnya pucat pasi.
Seberapa kejam Marson Luo ini, ia mengenal pria itu lebih baik dari siapapun. Tiga bulan lalu, Marson Luo memecat delapan orang pegawai hanya karena masalah kecil di matanya. Tidak hanya memecat asisten manajer, namun juga ada seorang manajer divisi. Bisa dikatakan bahwa Marson Luo ini benar-benar bukan tipe orang yang bisa tahan dengan debu di matanya.
Kalau kamu membuatnya tidak senang, ia tidak akan segan-segan menghancurkan mangkuk nasimu.
“Tidak ada yang melalaikan tanggung jawabnya? Kalau begitu aku tanya padamu, bukankah kamu manajer divisi personalia? Bukankah kamu bertanggung jawab penuh atas rekrutmen pegawai? Bukankah aku secara terang-terangan membuang CV Felix di depan matamu kemarin?”
Ini adalah fakta dan Jason Cao tidak mungkin menyangkalnya, sehingga ia pun hanya bisa mengangguk tanpa henti.
Melihat respon Jason Cao yang seperti itu, Marson Luo pun menjadi semakin marah, “Kalau semua yang kukatakan ini benar, kamu beritahu aku bagaimana mungkin Felix bisa tiba-tiba dilantik menjadi asisten Presdir Mo? Jangan berani-beraninya kamu bilang ini bukan perbuatan iblismu!”
“Direktur Luo, ini fitnah! Aku difitnah!”
Jason Cao sampai berkeringat dingin saking gugupnya dan penjelasannya menjadi terbata-bata.
“Maksudmu, CV Felix entah bagaimana kembali bercampur dengan CV calon-calon lainnya? Kamu sama sekali tidak mengetahuinya? Kamu juga tidak meneleponnya untuk datang ke perusahaan dan melakukan wawancara dengan Presdir Mo kemarin siang?” Marson Luo mengernyit, jelas-jelas agak tidak bisa mempercayainya.
“Be... Betul...” Jason Cao mengangguk cepat, “Sebenarnya saat melihat Felix masuk ke ruangan Presdir Mo, aku merasa ada yang aneh. Aku awalnya ingin mengusirnya, tapi aku juga takut dengan Presdir Mo...”
“Lebih baik kamu berdoa bahwa segala sesuatunya memang seperti yang kamu katakan. Kalau tidak, kamu sendiri sudah tahu bagaimana akibatnya.”
Selesai bicara, Marson Luo menatap Jason Cao dengan dingin lalu membalikkan tubuhnya dan berjalan pergi.
Sesegera setelah Marson Luo berjalan pergi, Jason Cao spontan merosot di kursinya. Ia mengambil ponselnya dengan terburu-buru dan langsung menelepon seseorang. Tapi, orang yang ia telepon di ujung sana tidak kunjung mengangkat teleponnya untuk waktu yang cukup lama.
Setelah mencoba beberapa kali, Jason Cao akhirnya menyerah. Ia mengetik sebuah pesan singkat dan mengirimnya.
Setelah Stanley Yan meninggalkan perusahaan, ia pun pergi ke sebuah kedai kopi yang terletak di ujung jalan untuk menikmati secangkir kopi. Ia baru saja akan bersiap untuk bangkit berdiri dan berjalan pergi, ketika ponselnya tiba-tiba berdering. Ternyata Vivian Luo yang meneleponnya.
“Felix, bagaimana hari pertama kerjamu? Ada tidak orang yang menyusahkanmu? Bagaimana kalau aku meminta ayahku menelepon Presdir Mo dan memintanya untuk memperlakukanmu dengan lebih baik?”
“Tidak perlu, sekarang aku tidak ada di kantor.”
“Tidak ada di kantor? Bukankah ini baru hari pertamamu bekerja? Presdir Mo malah sudah memintamu untuk pergi keluar? Hari ini begitu panas, apakah ia tidak takut kamu akan kepanasan? Felix, bagaimana kalau kamu mengundurkan diri saja? Tenang saja, aku pasti akan menemukan pekerjaan yang lebih baik untukmu.”
“Tidak perlu, aku merasa pekerjaan ini sangat bagus. Sudah dulu ya, aku sibuk.”
Setelah menutup telepon, Stanley Yan pun memutuskan untuk tidak jadi pergi meninggalkan kedai kopi itu dan kembali duduk.
Sambil menikmati pemandangan jalan dan menyesap cangkir kopinya perlahan, benak Stanley Yan kembali teringat akan sikap Marson Luo saat mereka bertemu di luar ruangan Yesi Mo. Stanley Yan benar-benar tidak mengerti mengapa sikap Marson Luo begitu buruk terhadapnya.
Beberapa hari yang lalu mereka bahkan tidak saling mengenal dan juga tidak pernah terlibat dalam acara apapun.
Setelah berpikir untuk waktu yang cukup lama, tiba-tiba Stanley Yan membuka matanya perlahan dan dengan nada tidak percaya bergumam: “Apa jangan-jangan Direktur Luo menyukai Presdir Mo dan menganggapku sebagai saingannya?”
Semakin memikirkannya, ia pun semakin merasa bahwa dugaannya ini betul. Hari sudah semakin siang dan Stanley Yan menimbang-nimbang apakah ia perlu membuat janji untuk bertemu dengan Marson Luo di luar demi membicarakan perihal ini dengan jelas secara tatap muka.
Ia baru saja mengeluarkan ponselnya ketika ia menyadari bahwa ia tidak memiliki nomor telepon Marson Luo. Stanley Yan pun tersenyum tidak berdaya, “Sudahlah, aku akan menjelaskan ini padanya saat masuk kerja di hari Senin besok saja.”
“Felix.”
Stanley Yan mendengar seseorang memanggil namanya, bersamaan dengan sebuah tepukan di pundaknya. Ia menolehkan kepalanya dan melihat seorang gadis berambut pendek.
Gadis ini terlihat biasa saja, wajahnya berbintik-bintik, namun matanya terlihat sangat berkilauan. Dan dari tatapannya ia terlihat benar-benar terkejut, “Wah, ternyata benar-benar kamu, Felix. Aku pikir barusan aku berhalusinasi.”
“Nona, maaf, kamu ini...” Stanley Yan mengernyitkan alisnya dan bertanya pada gadis itu.
“Aku Yanni Guo, teman SMA-mu. Apa kamu tidak mengingatku?”
“Yanni Guo?” Stanley Yan mengulangi nama itu dan berpikir keras untuk waktu yang cukup lama. Akhirnya ia hanya bisa tersenyum tidak berdaya sambil menggeleng, “Maaf, aku benar-benar tidak ingat.”
“Astaga. Kita baru tidak bertemu selama satu tahun, tapi kamu benar-benar tidak mengingatku? Ingatanmu benar-benar buruk, ya?”
Yanni Guo duduk di hadapan Stanley Yan dengan raut mengeluh.
Novel Terkait
Hei Gadis jangan Lari
SandrakoAfter The End
Selena BeeLelaki Greget
Rudy GoldPerjalanan Selingkuh
LindaTakdir Raja Perang
Brama aditioPejuang Hati
Marry SuUnlimited Love×
- Bab 1 Pernikahan
- Bab 2 Dinikahi Orang Tolol Juga Bukan Hal yang Buruk
- Bab 3 Dia Telah Membohongi Semua Orang
- Bab 4 Merasakan Kelembutannya
- Bab 5 Teh Penghormatan Dari Menantu
- Bab 6 Tamu Tak Diundang
- Bab 7 Istri, Aku Datang Melindungimu!
- Bab 8 Dengan Kelembutanmu, Hangatkan Hatiku
- Bab 9 Apakah Karena Cinta?
- Bab 10 Pemilik Cheongsam Sesungguhnya
- Bab 11 Semua Penuh Jebakan
- Bab 12 Menjenguk Katty Yun
- Bab 13 Katty Yun Mengakui Kesalahan
- Bab 14 Aku Masih Belum Siap
- Bab 15 Karena Cinta
- Bab 16 Membawa Masalah Pada Diri Sendiri
- Bab 17 Sebenarnya Apa Itu Kebenaran?
- Bab 18 Kemarahan Stanley Yan
- Bab 19 Menghinanya Karena Dia Bodoh?
- Bab 20 Menerima Hukuman
- Bab 21 Apakah Aku Memaksamu?
- Bab 22 Gawat, Sungguh Memalukan
- Bab 23 Robin Xiao Datang Berkunjung
- Bab 24 Tidak Ada Rahasia Di Hadapannya
- Bab 25 Tidak Dapat Menghindarinya
- Bab 26 Dia Sudah Gila
- Bab 27 Siapapun Tidak Boleh Menyentuh Wanitaku!
- Bab 28 Supnya Bermasalah
- Bab 29 Untuk Apa Dia Datang?
- Bab 30 Stanley Yan, kamu itu koruptor!
- Bab 31 Temani Aku Semalam Maka Dianggap Selesai
- Bab 32 Permusuhan
- Bab 33 Aku Mencintainya Melebihi Segalanya
- Bab 34 Meninggalkan Rumah Keluarga Yan
- Bab 35 Tidak, Jangan Mendekat!
- Bab 36 Hati Yang Teramat Gelisah (1)
- Bab 36 Hati Yang Teramat Gelisah (2)
- Bab 37 Dia Pergi, Aku Juga Pergi! (1)
- Bab 37 Dia Pergi, Aku Juga Pergi! (2)
- Bab 38 Stanley Yang Cinta Mati Kepada Istrinya (1)
- Bab 38 Stanley Yang Cinta Mati Kepada Istrinya (2)
- Bab 39 Jangan Mencari Perhatian Istriku (1)
- Bab 39 Jangan Mencari Perhatian Istriku (2)
- Bab 40 Bertamu Ke Rumah Robin Xiao (1)
- Bab 40 Bertamu Ke Rumah Robin Xiao (2)
- Bab 41 Meraih Bintang Memberikannya Untukmu (1)
- Bab 41 Meraih Bintang Memberikannya Untukmu (2)
- Bab 42 Kamu Bisa-Bisanya Memperlakukanku Seperti Itu! (1)
- Bab 42 Kamu Bisa-Bisanya Memperlakukanku Seperti Itu! (2)
- Bab 43 Mereka Tinggal Bersama Sepanjang Malam (1)
- Bab 43 Mereka Tinggal Bersama Sepanjang Malam (2)
- Bab 44 Kecewa Pada Stanley Yan (1)
- Bab 44 Kecewa Pada Stanley Yan (2)
- Bab 45 Siapa Yang Istrimu? Lepaskan! (1)
- Bab 45 Siapa Yang Istrimu? Lepaskan! (2)
- Bab 46 Aku Tidak Punya Teman Seperti Kamu (1)
- Bab 46 Aku Tidak Punya Teman Seperti Kamu (2)
- Bab 47 Tidakkah Pria, Akan Tahu Jika Sudah Mencoba? (1)
- Bab 47 Tidakkah Pria, Akan Tahu Jika Sudah Mencoba? (2)
- Bab 48 Kemarahan (1)
- Bab 48 Kemarahan (2)
- Bab 49 Konflik Pecah (1)
- Bab 49 Konflik Pecah (2)
- Bab 49 Konflik Pecah (3)
- Bab 50 Suka? Ambil Saja Untukmu! (1)
- Bab 50 Suka? Ambil Saja Untukmu! (2)
- Bab 51 Buku Nikah (1)
- Bab 51 Buku Nikah (2)
- Bab 51 Buku Nikah (3)
- Bab 52 Menjadi seorang ayah! (1)
- Bab 52 Menjadi seorang ayah! (2)
- Bab 52 Menjadi seorang ayah! (3)
- Bab 53 Berada Dalam Berkah Tapi Tidak Merasa Berkah (1)
- Bab 53 Berada Dalam Berkah Tapi Tidak Merasa Berkah (2)
- Bab 53 Berada Dalam Berkah Tapi Tidak Merasa Berkah (3)
- Bab 54 Biarkan dia tidak pernah kembali (1)
- Bab 54 Biarkan dia tidak pernah kembali (2)
- Bab 55 Sakit Perut (1)
- Bab 55 Sakit Perut (2)
- Bab 55 Sakit Perut (3)
- Bab 56 Kepanikan Yang Berlebihan (1)
- Bab 56 Kepanikan Yang Berlebihan (2)
- Bab 57 Siapa Yang Melakukannya? (1)
- Bab 57 Siapa Yang Melakukannya? (2)
- Bab 57 Siapa Yang Melakukannya? (3)
- Bab 58 Rasa Yang Tidak Nyaman (1)
- Bab 58 Rasa Yang Tidak Nyaman (2)
- Bab 58 Rasa Yang Tidak Nyaman (3)
- Bab 59 Aku Tidak Ingin Melihatmu Lagi (1)
- Bab 59 Aku Tidak Ingin Melihatmu Lagi (2)
- Bab 59 Aku Tidak Ingin Melihatmu Lagi (3)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (1)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (2)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (3)
- Bab 60 Serangan Balik Stanley Yan (4)
- Bab 61 Jangan Pernah Berpikir Untuk Meninggalkanku (1)
- Bab 61 Jangan Pernah Berpikir Untuk Meninggalkanku (2)
- Bab 62 Kesalahpahaman Harus Dikatakan Dengan Jelas (1)
- Bab 62 Kesalahpahaman Harus Dikatakan Dengan Jelas (2)
- Bab 63 Problema Diantara Suami Dan Istri (1)
- Bab 63 Problema Diantara Suami Dan Istri (2)
- Bab 64 Putriku? Lucu Sekali! (1)
- Bab 64 Putriku? Lucu Sekali! (2)
- Bab 65 Balasan Yang Pantas (1)
- Bab 65 Balasan Yang Pantas (2)
- Bab 66 Aku Akan Melahirkan (1)
- Bab 66 Aku Akan Melahirkan (2)
- Bab 67 Seorang Tuan Muda Kecil (1)
- Bab 67 Seorang Tuan Muda Kecil (2)
- Bab 68 Bibit Siapa Sebenarnya (1)
- Bab 68 Bibit Siapa Sebenarnya (2)
- Bab 69 Menjadi Abu (1)
- Bab 69 Menjadi Abu (2)
- Bab 70 Tinggalkan Dia (1)
- Bab 70 Tinggalkan Dia (2)
- Bab 71 Bisa Percaya pada Siapa lagi? (1)
- Bab 71 Bisa Percaya pada Siapa lagi? (2)
- Bab 71 Bisa Percaya pada Siapa lagi? (3)
- Bab 72 Kakak, Ibu (1)
- Bab 72 Kakak, Ibu (2)
- Bab 72 Kakak, Ibu (3)
- Bab 73 Ibu, Untukmu (1)
- Bab 73 Ibu, Untukmu (2)
- Bab 74 Menjadi Ibu Untuknya (1)
- Bab 74 Menjadi Ibu Untuknya (2)
- Bab 74 Menjadi Ibu Untuknya (3)
- Bab 75 Cappuccino? Apakah Ini Kebetulan? (1)
- Bab 75 Cappuccino? Apakah Ini Kebetulan? (2)
- Bab 76 Apa Ini Juga Sebuah Kebetulan? (1)
- Bab 76 Apa Ini Juga Sebuah Kebetulan? (2)
- Bab 77 Istriku Benarkah Ini Dirimu? (1)
- Bab 77 Istriku Benarkah Ini Dirimu? (2)
- Bab 78 Kamu Adalah Duniaku (1)
- Bab 78 Kamu Adalah Duniaku (2)
- Bab 79 Stanley Yan Datang Berkunjung (1)
- Bab 79 Stanley Yan Datang Berkunjung (2)
- Bab 80 Dia Seakan Telah Kembali! (1)
- Bab 80 Dia Seakan Telah Kembali! (2)
- Bab 81 Tanda Lahir (1)
- Bab 81 Tanda Lahir (2)
- Bab 82 Apa Yang Akan Kamu Lakukan Padanya? (1)
- Bab 82 Apa Yang Akan Kamu Lakukan Padanya? (2)
- Bab 83 Kebencian Tak Beralasan (1)
- Bab 83 Kebencian Tak Beralasan (2)
- Bab 84 Teman Lama Yang Saling Bertemu Namun Tidak Saling Mengenal (1)
- Bab 84 Teman Lama Yang Saling Bertemu Namun Tidak Saling Mengenal (2)
- Bab 85 Mengkhawatirkannya (1)
- Bab 85 Mengkhawatirkannya (2)
- Bab 86 Mengikuti Permainannya (1)
- Bab 86 Mengikuti Permainannya (2)
- Bab 87 Yesi Mo Adalah Angie Qin, Kalau Begitu Siapa Dia? (1)
- Bab 87 Yesi Mo Adalah Angie Qin, Kalau Begitu Siapa Dia? (2)
- Bab 88 Dia Tidak Memiliki Masa Lalu (1)
- Bab 88 Dia Tidak Memiliki Masa Lalu (2)
- Bab 89 Rahasia Mereka (1)
- Bab 89 Rahasia Mereka (2)
- Bab 90 Yesi Mo, Kamulah Angie Qin Yang Sebenarnya (1)
- Bab 90 Yesi Mo, Kamulah Angie Qin Yang Sebenarnya (2)
- Bab 91 Di Saat Terdesak, Ingatan Masa Lalu Hidup Kembali! (1)
- Bab 91 Di Saat Terdesak, Ingatan Masa Lalu Hidup Kembali! (1)
- Bab 92 Aku Tidak Setuju (1)
- Bab 92 Aku Tidak Setuju (2)
- Bab 93 Menikah Denganku, Dia akan Kulepaskan (1)
- Bab 93 Menikah Denganku, Dia akan Kulepaskan (2)
- Bab 94 Undangan Pernikahan (1)
- Bab 94 Undangan Pernikahan (2)
- Bab 95 Sudah Terlambat untuk Menyesalinya (1)
- Bab 95 Sudah Terlambat untuk Menyesalinya (2)
- Bab 96 Selalu Akan Ada Pertemuan Kembali Setelah Perpisahan (1)
- Bab 96 Selalu Akan Ada Pertemuan Kembali Setelah Perpisahan (2)
- Bab 97 Nenek Luar Kakek Luar Bukan Orang Lain (1)
- Bab 97 Nenek Luar Kakek Luar Bukan Orang Lain (2)
- Bab 98 Susah Dikatakan (1)
- Bab 98 Susah Dikatakan (2)
- Bab 99 Istri, Aku Yang Dibohongimu Sangat Menderita (1)
- Bab 99 Istri, Aku Yang Dibohongimu Sangat Menderita (2)
- Bab 100 Rico Mu, Kamu Pantas Mati (1)
- Bab 100 Rico Mu, Kamu Pantas Mati (2)
- Bab 101 Pertukaran Identitas, Mengorbankan Diri Untuk Orang Lain (1)
- Bab 101 Pertukaran Identitas, Mengorbankan Diri Untuk Orang Lain (2)
- Bab 102 Satu Keluarga Berkumpul (1)
- Bab 102 Satu Keluarga Berkumpul (2)
- Bab 103 Rico Mu Datang Mencari (1)
- Bab 103 Rico Mu Datang Mencari (2)
- Bab 104 Kesempatan Yang Diambil Sia-sia (1)
- Bab 104 Kesempatan Yang Diambil Sia-sia (2)
- Bab 105 Dijebak (1)
- Bab 105 Dijebak (2)
- Bab 106 Terbongkar (1)
- Bab 106 Terbongkar (2)
- Bab 107 Pertarungan Dua Wanita (1)
- Bab 107 Pertarungan Dua Wanita (2)
- Bab 108 Undangan Dengan Niat Buruk (1)
- Bab 108 Undangan Dengan Niat Buruk (2)
- Bab 109 Yang Lebih Peduli, Lebih Menderita (1)
- Bab 109 Yang Lebih Peduli, Lebih Menderita (2)
- Bab 110 Dia Bisa Menyerah? (1)
- Bab 110 Dia Bisa Menyerah? (2)
- Bab 111 Tidak Bisa Tersingkir (1)
- Bab 111 Tidak Bisa Tersingkir (2)
- Bab 112 Cengkeraman Dia (1)
- Bab 112 Cengkeraman Dia (2)
- Bab 113 Kamu Barang Palsu Ini (1)
- Bab 113 Kamu Barang Palsu Ini (2)
- Bab 114 Siapa yang Mengancam Siapa? (1)
- Bab 114 Siapa yang Mengancam Siapa? (2)
- Bab 115 Selesai Sudah (1)
- Bab 115 Selesai Sudah (2)
- Bab 116 Berita Kematian (1)
- Bab 116 Berita Kematian (2)
- Bab 117 Kebetulan? Siapa Percaya (1)
- Bab 117 Kebetulan? Siapa Percaya (2)
- Bab 118 Tunggu Sebentar (1)
- Bab 118 Tunggu Sebentar (2)
- Bab 119 Salah Sendiri (1)
- Bab 119 Salah Sendiri (2)
- Bab 120 Tidak Ada Hal Buruk yang Terjadi sejak Perpisahan (1)
- Bab 120 Tidak Ada Hal Buruk yang Terjadi sejak Perpisahan (2)
- Bab 121 Pendatang Yang Buruk (1)
- Bab 121 Pendatang Yang Buruk (2)
- Bab 122 Ini Hanya Permulaan (1)
- Bab 122 Ini Hanya Permulaan (2)
- Bab 122 Ini Hanya Permulaan (3)
- Bab 123 Memikat Musuh Keluar Dari Markas (1)
- Bab 123 Memikat Musuh Keluar Dari Markas (2)
- Bab 123 Memikat Musuh Keluar Dari Markas (3)
- Bab 124 Bencana Stanley Yan (1)
- Bab 124 Bencana Stanley Yan (2)
- Bab 124 Bencana Stanley Yan (3)
- Bab 125 Keputusan Yesi Mo (1)
- Bab 125 Keputusan Yesi Mo (2)
- Bab 125 Keputusan Yesi Mo (3)
- Bab 126 Tertangkap Basah (1)
- Bab 126 Tertangkap Basah (2)
- Bab 126 Tertangkap Basah (3)
- Bab 127 Kenyataan sangat Kejam (1)
- Bab 127 Kenyataan sangat Kejam (1)
- Bab 127 Kenyataan sangat Kejam (3)
- Bab 128 Kebaikan yang Tak Terlupakan (1)
- Bab 128 Kebaikan yang Tak Terlupakan (2)
- Bab 128 Kebaikan yang Tak Terlupakan (3)
- Bab 129 Roh Gentayangan di Kolam (1)
- Bab 129 Roh Gentayangan di Kolam (2)
- Bab 129 Roh Gentayangan di Kolam (3)
- Bab 130 Melewati Batas (1)
- Bab 130 Melewati Batas (2)
- Bab 130 Melewati Batas (3)
- Bab 131 Membalas Peach Dengan Plum (1)
- Bab 131 Membalas Peach Dengan Plum (2)
- Bab 131 Membalas Peach Dengan Plum (3)
- Bab 132 Orang Yang Terdesak Akan Melakukan Apapun (1)
- Bab 132 Orang Yang Terdesak Akan Melakukan Apapun (2)
- Bab 132 Orang Yang Terdesak Akan Melakukan Apapun (3)
- Bab 133 Setiap Rencana Jahat (1)
- Bab 133 Setiap Rencana Jahat (2)
- Bab 134 Menginginkan Uang Dan Lebih Menginginkan Nyawa (1)
- Bab 134 Menginginkan Uang Dan Lebih Menginginkan Nyawa (2)
- Bab 134 Menginginkan Uang Dan Lebih Menginginkan Nyawa (3)
- Bab 135 Harga Sebuah Keserakahan (1)
- Bab 135 Harga Sebuah Keserakahan (2)
- Bab 135 Harga Sebuah Keserakahan (3)
- Bab 136 Benar, Memang Sedang Mempermainkannya (1)
- Bab 136 Benar, Memang Sedang Mempermainkannya (2)
- Bab 136 Benar, Memang Sedang Mempermainkannya (3)
- Bab 137 Sebuah Tamparan Untuknya (1)
- Bab 137 Sebuah Tamparan Untuknya (2)
- Bab 137 Sebuah Tamparan Untuknya (3)
- Bab 138 Kabar dari Stanley Yan (1)
- Bab 138 Kabar dari Stanley Yan (2)
- Bab 138 Kabar dari Stanley Yan (3)
- Bab 139 Dia Ternyata sudah melamarnya (1)
- Bab 139 Dia Ternyata sudah melamarnya (2)
- Bab 139 Dia Ternyata sudah melamarnya (3)
- Bab 140 Berubah Pikiran (1)
- Bab 140 Berubah Pikiran (2)
- Bab 140 Berubah Pikiran (3)
- Bab 141 Itu Adalah Dia! (1)
- Bab 141 Itu Adalah Dia! (1)
- Bab 141 Itu Adalah Dia! (3)
- Bab 142 Tidak Peduli Akan Apapun Juga Untuk Melindunginya (1)
- Bab 142 Tidak Peduli Akan Apapun Juga Untuk Melindunginya (2)
- Bab 142 Tidak Peduli Akan Apapun Juga Untuk Melindunginya (3)
- Bab 143 Tidak Sabar (1)
- Bab 143 Tidak Sabar (2)
- Bab 143 Tidak Sabar (3)
- Bab 144 Tidak Bisa Menghindar dari Musuh (1)
- Bab 144 Tidak Bisa Menghindar dari Musuh (2)
- Bab 145 Di Bawah Atap yang Sama (1)
- Bab 145 Di Bawah Atap yang Sama (2)
- Bab 145 Di Bawah Atap yang Sama (3)
- Bab 146 Stanley Miliknya (1)
- Bab 146 Stanley Miliknya (2)
- Bab 146 Stanley Miliknya (3)
- Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (1)
- Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (2)
- Bab 147 Membicarakan Tentang Felix (3)
- Bab 148 Retribusi (1)
- Bab 148 Retribusi (2)
- Bab 148 Retribusi (3)
- Bab 149 Kejam (1)
- Bab 149 Kejam (2)
- Bab 149 Kejam (3)
- Bab 150 Menikah! Mana Mungkin? (1)
- Bab 150 Menikah! Mana Mungkin? (2)
- Bab 150 Menikah! Mana Mungkin? (3)
- Bab 151 Bagaimana Mungkin Ia Tega Mengkhianati Keluarga Ini? (1)
- Bab 151 Bagaimana Mungkin Ia Tega Mengkhianati Keluarga Ini? (2)
- Bab 151 Bagaimana Mungkin Ia Tega Mengkhianati Keluarga Ini? (3)
- Bab 152 Siapa Yang Bisa Memahami Rasa Sakitnya? (1)
- Bab 152 Siapa Yang Bisa Memahami Rasa Sakitnya? (2)
- Bab 152 Siapa Yang Bisa Memahami Rasa Sakitnya? (3)
- Bab 153 Semua Lancar (1)
- Bab 153 Semua Lancar (2)
- Bab 153 Semua Lancar (3)
- Bab 154 Gali Lubang, Tutup Lubang (1)
- Bab 154 Gali Lubang, Tutup Lubang (2)
- Bab 154 Gali Lubang, Tutup Lubang (3)
- Bab 155 Jebakan Andrew Ling (1)
- Bab 155 Jebakan Andrew Ling (2)
- Bab 155 Jebakan Andrew Ling (3)
- Bab 156 Ia Pernah Menyelamatkanku (1)
- Bab 156 Ia Pernah Menyelamatkanku (2)
- Bab 157 Melindunginya (1)
- Bab 157 Melindunginya (2)
- Bab 158 Berkah Setelah Kemalangan Untuk Stanley Yan (1)
- Bab 158 Berkah Setelah Kemalangan Untuk Stanley Yan (2)
- Bab 159 Tunggu Aku Kembali (1)
- Bab 159 Tunggu Aku Kembali (2)
- Bab 160 Di Luar Kendali (1)
- Bab 160 Di Luar Kendali (2)
- Bab 161 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja
- Bab 162 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja (2)
- Bab 163 Ada Aku di Sini/ Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja (2)
- Bab 164 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja (3)
- Bab 165 Percakapan Intim Semalam, Hanya Sekejap Saja
- Bab 166 Rencana yang Telah Gagal
- Bab 167 Jangan Tinggalkan Aku/ Ucapan Cinta Semalam Berubah Menjadi Akhir Dunia
- Bab 168 Pengurus Rumah
- Bab 169 Bebas
- Bab 170 Mengapa Mereka Juga Datang?
- Bab 171 Ia Selalu Disini
- Bab 172 Kamu Tidak Bisa Membohongiku
- Bab 173 Apa Aku Melakukan Kesalahan?
- Bab 174 Kesalahan Yang Jelas
- Bab 175 Tunggu Aku
- Bab 176 Akhir Yang Luar Biasa (Awal)
- Bab 177 Akhir Yang Luar Biasa (Tengah)
- Bab 178 Akhir Yang Luar Biasa (Akhir)