Unlimited Love - Bab 120 Tidak Ada Hal Buruk yang Terjadi sejak Perpisahan (1)

"Terima kasih, Sara. "

Yesi Mo berterima kasih kepada Sara Xue. Sara Xue menggeleng sambil tersenyum, "Kamu tidak usah berterima kasih kepadaku, yang perlu berterima kasih seharusnya adalah aku. "

Yesi Mo menatapnya dengan bingung, dia tidak mengerti dengan apa yang dia maksudkan.

Sara Xue juga tidak memeberinya pernjelasan, dengan alasan hari sudah malam, dia berpamitan. Yesi Mo mengajaknya untuk tinggal sejenak dan makan malam bersama, tapi Sara Xue menolaknya 2 kali. Melihat Yesi Mo begitu bersikeras menyuruhnya tinggal, maka dia akhirnya menurut.

Kedua orang itu berbincang sambil duduk di sofa ruang tamu. Stanley Yan baru pulang dari kantor, melihat Sara Xue di situ, dia tertegun.

"Kenapa? Kamu sudah tidak mengenaliku? "Sara Xue mengedipkan matanya sambil bertanya pada Stanley Yan.

"Bukan begitu, hanya saja aku tidak menyangka kamu bisa secara tiba-tiba datang ke sini. "Stanley Yan tersenyum sambil menurunkan Didi dari pelukannya, dan menyuruh pembantunya untuk menyiapkan makanan, setelah itu dia baru bertanya dengan semangat, "Masalahmu sudah beres? "

Sara Xue mengangguk, "Beberapa waktu yang lalu semua sudah beres, tapi sepertinya ada sedikit masalah kecil. "

"Bukan masalah yang serius? "Stanley Yan menaikan alis, Sara Xue seketika tertawa, "Menurutmu? "

"Baguslah kalau begitu. "

Yesi Mo mendengar percakapan mereka berdua, tidak paham dengan apa yang mereka bicarakan.

Masalah Sara Xue? Sara bisa punya masalah?

Dia baru akan membuka mulut untuk bertanya, ketika Didi sudah selesai mencuci tangannya dan berlari mendekat, dia membuka lengannya lebar-lebar ingin dia peluk. Seketika semua masalah yang ingin dia tanyakan pada Sara Xue terdorong masuk ke belakang kepalanya.

Selesai makan, Sara Xue bangkit berdiri untuk berpamitan, Stanley Yan dan Yesi Mo mengantarnya sampai ke mulut pintu, setelah melihat mobil yang dia kendarai menghilang dari pandangan, mereka baru berbalik dan masuk.

"Stanley, baru saja... "Yesi Mo baru membuka mulutnya, kalimatnya belum selesai, Didi sudah berlari mendekatinya dan menarik tangan Yesi Mo sambil berkata, "Ibu, temani aku bermain. "

"Temani Didi bermain dulu. Aku juga kebetulan ada masalah yang harus aku urus di luar, ada pertanyaan apa, tunggu aku kembali nanti baru kamu tanyakan. "Setelah berkata demikian, Stanley Yan membelai kepala Didi sambil tersenyum, "Bermain sebentar lalu pergi tidur, besok kamu masih harus pergi sekolah, paham? "

"Paham, ayah. "

Yesi Mo menarik tangan Didi, mengajaknya naik. Stanley Yan berbalik dan masuk ke dalam mobil. Terdengar suara deruman mesin mobil dan Stanley Yan melesat pergi meninggalkan rumah.

Di sebuah kafe yang berjarak beberapa belas kilometer dari rumah kediamanan keluarga Yan, Sara Xue baru saja duduk di depan meja di sebelah jendela, ketika Stanley Yan datang menghampirinya.

"Aku kira kamu akan datang lebih larut. "Sara Xue tersenyum lalu bertanya, "Mau minum apa? "

"Secangkir latte. "

"Secangkir latte, secangkir kopi Jamaika. "

Sara Xue berpaling dan memesan minum, kemudian senyum di wajahnya menghilang sambil menatap Stanley Yan.

"Sudah mendengar kabar mengenai Bella Lan? "

"Kurang lebih. "Stanley Yan mengangguk, dia tidak dengan seksama mengikuti perkembangan berita Bella Lan, hanya saja dia saat dia menyuruh seseorang untuk menyelidiki kematian Rico Mu, dia mendapatkan kabar mengenai Bella Lan.

Mulai saat itu, Stanley Yan tidak lagi menyuruh orang untuk mencari kabar apa yang terjadi di Amerika, baginya, urusannya dengan Bella Lan sudah usai.

"Lalu apa rencanamu? "

"Rencana apa? "Stanley Yan bertanya dengan bingung.

"Bella Lan. "Sara Xue menjawab, Stanley Yan menyeritkan dahinya. Dia kemudian berkata dengan wajah datar, "Aku tidak peduli dengan apa yang terjadi padanya. "

"Tampaknya kamu tidak mengetahui keseluruhan ceritanya. "Sara Xue menggeleng, dia kemudian menjelaskan secara singkat kondisi Bella Lan.

Semakin banyak yang Stanley Yan ketahui tentang kondisi Bella Lan, dahinya berkerut semakin dalam, terakhir, kedua alisnya hampir bersatu di dahinya.

"Sekarang kamu tahu mengapa aku datang kemari cepat-cepat, bukan? "

Stanley Yan mengangguk, dia lantas berterima kasih pada Sara Xue.

Sara Xue tersenyum, "Sama-sama, masalah seperti ini cepat atau lambat kamu juga akan mengetahuinya, aku hanya memberitahumu lebih dulu saja, supaya kamu bisa menyiapkan hati. Dan lagi kamu juga dulu pernah membantuku, bukan? "

"Oh iya, bagaimana cara kamu menanganinya? "Stanley Yan mengangguk lalu bertanya dengan bingung.

"Aku tidak melakukan apa pun padanya, aku hanya mengusirnya keluar dari rumah. "Sara Xue seakan tidak ingin membahas soal itu, dia sembarangan menjelaskannya lalu bangkit berdiri, "Hari sudah malam, kamu juga sudah harus pulang. Kalau tidak dia akan khawatir. Bantuan apa pun yang kamu perlukan, katakan padaku, selama aku bisa membantumu, akan aku lakukan. "

Melihat bayangan Sara Xue berjalan menjauh, Stanley Yan mengerutkan kening, dia meletakan beberapa lembar uang tunai lalu bangkit berdiri dan berjalan keluar.

Sesampainya di rumah kediaman keluarga Yan, sudah larut malam, Yesi Mo masih berada di kamar Didi menemaninya bermain sambil menonton televisi. Stanley Yan mengintip dari celah pintu, kemudian berjalan mengendap-endap ke atas, masuk ke ruang bacanya dan memanggil Mason Luo.

"Suruh beberapa orang yang kamu percaya untuk pergi ke Amerika dan awasi terus gerak-gerik Bella Lan, semua yang dia lakukan, segera laporkan padaku. "

"Baik. Apa ada yang lain? "

"Tidak ada. Pergilah. "

Duduk di belakang meja kerjanya, Stanley Yan meletakan kedua tangannya di belakang kepalanya sebagai bantal, dia memicingkan matanya, tidak tahu sedang memikirkan apa, cukup lama dia seperti itu tanpa bergerak.

Sampai terdengar suara ketukan pintu, Stanley Yan baru tersadar dan bertanya, "Siapa? "

"Ini aku. "Yesi Mo mendorong pintu terbuka dan berjalan masuk.

"Bukankah kamu sedang menemani Didi? Kenapa tiba-tiba datang ke sini? "Stanley Yan bertanya dengan bingung pada Yesi Mo.

"Didi sudah tertidur, aku baru saja pulang ke kamar dan tidak menemukanmu, maka aku datang ke sini. "Yesi Mo berjalan ke samping Stanley Yan sambil tersenyum, "Apa urusanmu sudah selesai? "

"Sudah akan selesai, ayo kita pulang ke kamar. "

Keduanya bergandengan tangan berjalan keluar dari ruang baca, dan kembali ke kamar. Yesi Mo kemudian berlari masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi. Stanley Yan bersandar di tempat tidurnya memikirkan semua yang dikatakan Sara Xue padanya, hatinya tidak tenang.

"Apa yang sedang kamu pikirkan? "Yesi Mo keluar sambil mengalungkan handuk. Dia sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk sambil bertanya dengan penasaran.

"Tidak ada apa-apa, aku akan pergi mandi, kamu segera keringkan rambut , jangan sampai masuk angin. "

"Baiklah. "

Novel Terkait

My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu