Unlimited Love - Bab 148 Retribusi (1)

"Maaf, aku sedang terburu-buru. "

Yesi Mo membuat-buat alasan untuk menolaknya, dan saat dia akan naik ke dalam mobil, Vivian Luo sudah menarik lengannya, "Jangan khawatir, aku tidak akan menggunakan banyak waktumu, aku hanya butuh beberapa menit saja. "

Vivian Luo mencengkramnya dengan sangat erat, Yesi Mo tidak bisa membebaskan diri, di saat yang sama, banyak pegawai perusahaan yang sedang berdatangan di tempat parkir. Karena tidak ingin membuat kehebohan, dia akhirnya dengan terpaksa mengangguk dan turun.

"Mau ke mobilku? "

Vivian Luo bertanya, Yesi Moa tidak menaruh curiga sama sekali, dia langsung naik ke dalam mobil Vivian Luo.

Mobil Vivian Luo sedang menyeberang, begitu naik ke dalam mobil, Yesi Mo menunggu sampai mobil benar-benar terparkir, dan sepanjang prosesnya, dia tidak membuka mulut, hanya duduk dalam diam di kursi penumpang depan.

"Presdir Mo sungguh pendiam, bahkan tidak bertanya apa yang ingin kubicarakan. "

Vivian Luo menatapnya sambil setengah tertawa, sambil menarik handbrake lalu menghentikan laju mobilnya.

"Ini tidak ada hubungannya dengan aku yang diam, kamu yang mencariku untuk membicarakan sesuatu, semisal aku tidak bertanya pun, bukankah kamu juga akan mengatakannya? "

Yesi Mo berkata lalu tertawa, sambil memainkan poni rambutnya.

"Ada benarnya. "Vivian Luo mengangguk, senyum di wajahnya perlahan menghilang. Yesi Mo tahu dengan jelas apa yang ingin dia bicarakan padanya. Dan sesuai dengan prediksinya, setelah senyum dari wajahnya menghilang seluruhnya, Vivian Luo mengatakan apa maksud tujuannya.

"Aku ingin meminta tolong pada Presdir Mo, untuk membiarkan Felix meninggalkan perusahaanmu. "

"Masalah seperti ini bukankah kamu seharusnya mencarinya? "Yesi Mo menghela nafas, dan menjawab asal-asalan.

"Kalau dia setuju, apa menurut anda aku akan datang ke sini mencari anda? "

"Maafkan aku, aku tidak bisa membantumu urusan ini. "

Yesi Mo menggeleng. Felix Lu sekarang ada kemungkinan lebih dari 90% adalah Stanley Yan, bagaimana mungkin Yesi Mo melepasnya pergi dari sisinya?

"Presdie Mo kenapa anda perlu melakukan demikian? Dia tidak lebih hanyalah seorang pegawai, bagi anda, dia tak berarti apa-apa. "Vivian Luo tertawa, "Dan lagi, aku tidak akan membuatmu melakukannya dengan cuma-cuma, aku bisa menyuruh ayahku untuk...... "

Wajah Yesi Mo berubah dingin, dia memotong perkataan Vivian Luo, "Nona Luo, anda tidak perlu melanjutkannya. Ini bukan sebuah negosiasi, tidak peduli seberapa bagus penawaranmu, aku juga tidak mungkin sembarangan memecat pegawaiku. Tentu kalau dia yang melakukan suatu kesalahan, itu adalah hal yang berbeda. "

Mendengarnya, Vivian Luo menyeritkan dahi, dan dari ujur bibirnya dia tersenyum, "Sepertinya aku memahami maksud Presdir Mo. "

Yesi Mo dalam hati tersenyum pahit, tapi ini tidak menciutkan niat Vivian Luo, yang demi membuat Felix Lu dikeluarkan dari perusahaan ini, dia tidak keberatan untuk berbuat demikian, dan berani mengatakan hal seperti itu di depannya, apa menurutnya dia tuli?

Apakah Vivian Luo ini terlalu naif, atau terlalu berani?

"Apa Nona Luo ada keperluan yang lain? Kalau tidak ada, aku pergi dulu. "Yesi Mo membuka pintu mobil, dan saat dia baru akan melangkah turun, Vivian Luo mendadak berkata dengan nada yang meremehkan, "Satu lagi, aku harap Presdir Mo membuat Felix Lu pindah keluar dari rumahmu, bagimu, ini tidak sulit, dan tentu juga tidak menyusahkanmu bukan? "

"Aku akan berbicara dengannya. "

Yesi Mo mau tidak mau menjawabnya, lalu pergi. Sepanjang perjalanan pulang, Yesi Mo berpikir keras bagaimana caranya menemukan wanita bernama Jolie Ran itu, dia harus secepatnya menemukan dia.

Di gedung tempat parkir, dia sudah membuang waktu cukup lama, dan itu membuatnya bertepatan dengan rush hour dalam perjalanan pulang. Sesampainya di rumah, Stanley Yan dan Jennie Bai sudah sampai setengah jam lebih awal darinya.

"Kakak ipar, kenapa kamu selarut ini baru pulang? "Jennie Bai bertanya dengan cemas.

"Aku kena macet di jalan. "Yesi Mo menjawabnya sembarangan, dia lantas melirik jam tangannya kemudian berkata sambil tersenyum, "Sudah lapar, ayo kita makan. "

Selesai makan, ketiga orang itu duduk di sofa ruang tamu sambil menikmati teh. Setelah Yesi Mo pertimbangkan, dia memutuskan untuk memberitahu Stanley Yan mengenai Vivian Luo yang mencarinya tadi.

Reaksi Stanley Yan sangatlah aneh, dia hanya menjawabnya dengan 'oh', menandakan bahwa dia sudah mengetahuinya, dan tidak mengucapkan apa-apa setelah itu.

"Felix Lu, calon istrimu ini sudah bersusah payah, apa kamu tidak merasa tertekan? "

Jennie Bai yang duduk di sebelahnya, bertanya dengan setengah bergurau. Stanley Yan menjawabnya dengan datar, "Lumayan. "

"Eh. "Jennie Bai terkejut dengan jawaban yang diberikannya.

Yesi Mo melihat mereka berdua menggelengkan kepalanya, mereka ini memang sungguh......

"Kalau begitu apa kamu ingin pindah keluar? "Jennie Bai bertanya dengan enggan.

"Pindah keluar itu sudah pasti, tapi sekarang masih tidak memungkinkan, aku belum menemukan tempat tinggal. "

"Rumahku. Kamu tinggal di tempatku, sekarang kembali ke sana, seharusnya bukan masalah. "Jennie Bai berkata.

"Kamu jangan memberiku ide yang buruk, yang lalu dia sudah membuat Andrew Ling membencinya, kalau sampai dia sungguh kembali ke tempat itu lagi, bagaimana kalau Andrew Ling mendatanginya lagi? "Yesi Mo tidak ingin Stanley Yan meninggalkan rumahnya, maka dia berkata demikian untuk menakutinya.

"Kakak ipar, kamu jangan sembarangan membuat orang lain ketakutan, ok? Masalah itu sudah berlalu sekian lama, Andrew Ling tentu sudah melupakannya, kalau tidak bagaimana bisa kita lalui hari-hari dengan tenang? "

"Ini...... "Yesi Mo menoleh lalu tersenyum pada Stanley Yan, "Felix Lu, bagaimana menurutmu? "

"Kita tunggu 2 hari lagi. "

Mendengar jawabannya, Yesi Mo merasa tenang, tapi Jennie Bai merasa tidak begitu senang, dia memonyongkan bibirnya, dan saat dia baru akan membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, ponselnya berdering.

Melihat nomor telepon yang tertampang di layarnya, raut wajah Jennie Bai memucat.

"Ada apa? Manajer Bai, kenapa tidak kamu angkat teleponnya? " Stanley Yan bertanya dengan bingung.

Jennie Bai tidak mengatakan apa-apa, tapi dia mencengkram sambil gemetar.

"Andrew Ling yang menelepon? "Yesi Mo menyeritkan dahinya, dan bertanya dengan tidak yakin.

Jennie Bai mengangguk, dia bangkit berdiri, "Felix Lu, kakak ipar, aku akan pergi mengangkat telepon ini dulu. "

Melihat bayangannya yang menghilang, Yesi Mo terlihat cemas.

Kalau dia tidak salah ingat, selama setengah tahun terakhir ini, Andrew Ling tidak pernah mengambil inisiatif untuk menelepon Jennie Bai sekali pun. Sekarang dia tiba-tiba meneleponnya, pastilah karena ada sesuatu yang penting.

"Jennie, tidak ada masalah bukan? "

Melihatnya kembali, Yesi Mo bertanya dengan khawatir, Jennie Bai memaksakan sebuah senyum, "Ti-tidak ada apa-apa. "

"Sungguh tidak ada apa-apa? "Yesi Mo masih merasa tidak tenang, dia tidak percaya Andrew Ling tiba-tiba meneleponnya tanpa masud tujuan yang lain. Tapi Jennie Bai enggan menjawabnya, akhirnya Yesi Mo tidak menanyainya lagi.

Ketiganya berbincang, sampai satu per satu dari mereka pulang ke kamar masing-masing.

Yesi Mo duduk di dalam ruang baca Nenek Yan dulu, sambil membawa dokumen-dokumen dari kantor. Mendadak telinganya mendengar sebuah deruman mesin mobil, dan saat dia bangkit berdiri, melihat keluar jendela, mobil Jennie Bai melesat keluar dari halaman rumah.

Pegi ke mana dia selarut ini? Apa jangan-jangan dia pergi menemui Andrew Ling?

Yesi Mo merasa tidak tenang, dia dengan segera menyuruh seseorang untuk membuntutinya.

Jennie Bai tidak lagi pulang, dan menurut laporan orang yang menguntitnya, Jennie Bai menemui Andrew Ling di bandara, kemudian, dengan wajah tegang dia naik pesawat dan terbang ke Amerika.

Yesi Mo awalnya ingin menelepon untuk mencari tahu sebenarnya apa yang terjadi, tapi dilihatnya waktu, sekiranya mereka masih berada di pesawat.

Dia menunggu dengan sabar sampai siang keesokan harinya. Saat Yesi Mo menelepon Jennie Bai, Jennie Bai tidak bersedia untuk berbicara padanya, seakan ada sesuatu yang sedang dia sembunyikan.

Yesi Mo berpesan padanya untuk berhati-hati, kalau sampai dia menemui masalah, untuk langsung meminta tolong pada Robin Xiao dan Sara Xue.

Setelah menutup telepon, dia baru menyadari Stanley Yan sedang menyeritkan dahi menatapnya, seketika dia bertanya dengan bingung, "Sejak kapan kamu berada di situ? Ada apa? "

"Presdir Mo, baru saja apa anda sedang menelepon Manajer Bai? Dia tidak sedang dalam masalah bukan? "

"Tidak ada masalah. "Yesi Mo menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, "Sudah hampir saatnya, kamu keluar lalu makanlah. "

"Bagaimana dengan anda? "

"Aku masih ada urusan pribadi yang perlu aku urus, kamu pergilah, tidak usah menungguku. "

"Kalau begitu....... "Stanley Yan ragu sejenak lalu mengangguk, "Baiklah kalau begitu, Presdir Mo, setelah anda selesai nanti, jangan lupa makan. "

Sebuah kalimat sederhana yang memancarkan perhatian, selalu membuat hati Yesi Mo tersenyum, dia melihat bayangan Stanley Yan, wajahnya dihiasi senyuman.

Dia mengantar kepergiannya dengan matanya, setelah itu dia baru menelepon Ssara Xue, untuk meminta tolong padanya mencari tahu apa maksud tujuan Andrew Ling membawa Jennie Bai ke Amerika.

"Tidak perlu mencari tahu, aku mengetahuinya. "

Novel Terkait

Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu