Unlimited Love - Bab 146 Stanley Miliknya (3)

Yesi Mo menggelengkan kepalanya dengan tegas. Ia mungkin bisa menyuruh seseorang untuk berpura-pura menjadi Stanley Yan dan menelepon Didi, demi menutupi kenyataan bahwa Stanley Yan sudah menghilang selama lebih dari setengah tahun. Tapi ia tidak mungkin bisa menyuruh seseorang dengan suara yang mirip Stanley Yan itu untuk benar-benar berpenampilan menjadi Stanley Yan dan menyelusup masuk dalam kehidupannya bersama dengan Didi.

Hanya ada satu Stanley Yan dalam hati Yesi Mo dan tidak ada siapapun yang bisa menggantikannya.

Sungguh merupakan sebuah penghinaan terhadap Stanley Yan apabila ia menyuruh orang lain untuk berpura-pura menjadi pria itu. Ini adalah batas paling bawah Yesi Mo, benar-benar paling bawah.

“Lalu ada cara lain apa selain cara ini? Apa kakak ipar mau memberitahu Didi tentang hilangnya kakakku dan entah siapa yang tahu apakah ia masih hidup atau tidak. Didi begitu bergantung pada kakakku. Kalau ia sampai tahu, maka...”

Jennie Bai tidak melanjutkan ucapannya, ia yakin bahwa Yesi Mo sudah mengetahui dengan jelas akibat buruk apa yang akan terjadi.

“Aku paham maksudmu, tapi aku benar-benar tidak bisa berbuat begitu. Kalau memang harus memilih salah satu dari kedua pilihan itu, aku lebih memilih memberitahu Didi saja yang sebenarnya walaupun itu terlalu kejam baginya.”

Yesi Mo menarik napas dalam dan menatap Jennie Bai dengan serius.

“Kakak ipar, masa kamu begitu tega? Didi masih terlalu kecil, penderitaan semacam ini...” Tidak mungkin ia sanggup menahannya.

“Sudah, sudah, tidak perlu bicara lagi. Begitu saja dulu.” Yesi Mo menghentikan Jennie Bai, lalu bangkit berdiri dan menyunggingkan senyum, “Bukankah kamu datang untuk memanggilku makan? Ayo kita makan.”

Melihat punggung Yesi Mo yang berjalan pergi, Jennie Bai menghela napas tidak berdaya.

Di lantai bawah, Stanley Yan dan Vivian Luo sedang duduk diatas sofa ruang tamu sambil minum teh. Entah apa yang sedang mereka bicarakan, namun suasana diantara mereka terasa sangat nyaman.

Melihat Yesi Mo berjalan turun, Vivian Luo segera bangkit berdiri dan menyapanya sambil tersenyum.

“Halo, Presdir Mo.”

“Halo, Nona Luo.” Yesi Mo balas mengangguk dan tersenyum. “Hari sudah siang, bagaimana kalau Nona Luo ikut makan bersama?”

“Kalau begitu, maaf aku mengganggu.” Vivian Luo mengangguk sambil tersenyum. Ia lalu menjulurkan tangan untuk memeluk lengan Stanley Yan, namun tidak menyangka pria itu malah menghindari gesturnya. Ia pun akhirnya hanya memeluk udara kosong, membuatnya merasa malu.

“Ayo kuantar ke ruang makan.”

Stanley Yan berjalan ke ruang makan terlebih dulu, sedangkan Vivian Luo mengangguk pada Yesi Mo lalu mengikutinya.

Di belakang mereka, Yesi Mo mengangkat alisnya sambil menatap punggung kedua orang itu. Rasa penasaran berkelibat dalam tatapannya.

“Kakak ipar sedang melihat apa?” Jennie Bai datang menghampiri dan bertanya.

“Jennie, apa kamu pernah merasa ada yang janggal antara hubungan Felix dengan?”

“Janggal? Apa yang janggal?”

“Barusan Vivian hendak memeluk lengan Felix, namun Felix malah menghindarinya. Apakah mereka berdua benar-benar pasangan yang sudah bertunangan? Kenapa bisa begitu?”

“Mungkin saja mereka berdua sedang ada cekcok. Sudahlah kakak ipar, kita cepat pergi makan saja. Aku hampir mati kelaparan.”

Jennie Bai menarik Yesi Mo berjalan pergi. Ketika mereka masuk, Stanley Yan dan Vivian Luo sedang menunggu kedatangan mereka dan belum mengambil tempat duduk.

Ketika Yesi Mo sudah duduk dan mempersilakan, barulah mereka menarik kursi masing-masing dan duduk.

Selama menyantap makanan, Yesi Mo terus-menerus memperhatikan gerak gerik Stanley Yan dan Vivian Luo. Semakin diperhatikan, ia semakin merasa bahwa ada yang salah dalam hubungan kedua orang itu.

Mereka berdua terlihat mesra di luar, namun sebenarnya terasa ada jarak diantara mereka.

Jennie Bai tidak bisa menangkap hal semacam ini, tapi bukan berarti seorang wanita yang sudah lama berumah tangga seperti Yesi Mo tidak bisa melihatnya. Ia pun semakin merasa curiga atas apa yang terjadi pada mereka berdua.

Vivian Luo pamit pergi setelah makan malam selesai, dan Stanley Yan mengantarkannya pergi ke mobil. Setelah mobil melaju pergi dari pintu utama kediaman keluarga Yan, barulah ia membalikkan tubuhnya dan berjalan kembali ke ruang tamu.

Jennie Bai sudah naik ke atas, sedangkan Yesi Mo sedang duduk diatas sofa ruang tamu sambil menonton berita keuangan dan perekonomian. Sepertinya ia tidak akan masuk ke kamar dalam waktu dekat.

“Nona Luo sudah pulang?”

“Sudah.” Stanley Yan balas mengangguk, “Presdir Mo, kalau tidak ada apa-apa lagi, aku akan masuk kamar lebih dulu.”

“Waktu belum begitu larut, bagaimana kalau kita mengobrol sebentar?” tanya Yesi Mo sambil tersenyum.

“Baiklah.”

Stanley Yan berpikir lagipula tidak ada yang perlu ia kerjakan, sehingga ia duduk di sofa depan Yesi Mo.

“Presdir Mo ingin mengobrol tentang apa?”

“Bagaimana kalau tentang dirimu? Sekarang kamu adalah asistenku, aku baru ingat bahwa sebagai atasanmu, aku tidak tahu banyak tentang dirimu.”

Yesi Mo tersenyum dan Stanley Yan mengangguk. Ia lalu mulai membuka percakapan.

Dari awal Yesi Mo memang sudah mengetahui apa yang Stanley Yan katakan tentang Felix Lu, hanya saja ada beberapa hal detil yang tidak terlalu jelas. Tujuannya memulai ini sebenarnya karena ia ingin menggali lebih dalam tentang hubungan Stanley Yan dengan Vivian Luo. Yesi Mo ingin tahu apakah ada peluang yang bisa ia berikan untuk Jennie Bai.

“Ternyata begitu.” Yesi Mo mengangguk-angguk dan tersenyum, “Pantas saja aku merasa ada jarak antaramu dan Nona Luo. Meskipun begitu, biarpun kamu tidak ingat, itu tetap tidak merubah kenyataan bahwa kamu adalah Felix Lu dan kamu adalah pria milik Nona Luo. Kenapa kamu dengan sengaja menaruh jarak diantara kalian?”

Stanley Yan tersenyum getir, “Sebenarnya, awalnya aku juga mulai menerima kenyataan. Aku hanya ingin mendapatkan kembali ingatanku yang hilang dan bersiap menghabiskan masa depanku bersamanya dengan baik. Hanya saja kemarin lusa, aku secara tidak sengaja menemukan kemungkinan bahwa aku bukanlah ia.”

“Bukan ia? Siapa?” Yesi Mo balas bertanya, ia tidak dapat mengerti maksudnya.

“Felix Lu. Ada kemungkinan aku sama sekali bukanlah Felix Lu.” Stanley Yan menghela napas dalam, “Pagi hari itu saat Presdir Mo menyuruhku untuk beristirahat, aku bertemu dengan seorang teman SMA Felix saat sedang minum kopi di sebuah kedai kopi. Ia bilang suara Felix yang ia ingat dulu tidaklah sama dengan suaraku yang sekarang, ia juga bertanya apakah aku pernah mengoperasi tenggorokanku. Tapi, aku jelas-jelas ingat aku hanya melakukan operasi plastik dan tidak melakukan apapun terhadap suaraku...”

Stanley Yan masih melanjutkan ucapannya, namun Yesi Mo sudah tidak mendengarnya lagi.

Matanya yang membelalak menatap Stanley Yan, sama sekali tidak menyangka masalah yang ia kubur rapat-rapat malah kembali muncul ke permukaan.

Kalau orang di hadapannya ini bukanlah Felix Lu, lalu siapa?

Apakah mungkin ia adalah Stanley Yan? Stanley miliknya?

Novel Terkait

Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu