Unlimited Love - Bab 136 Benar, Memang Sedang Mempermainkannya (3)

“Kakak ipar, sebenarnya ada masalah apa?”

Yesi Mo tersenyum penuh rahasia, “Kamu juga akan tahu. Sekarang, pergilah istirahat.”

Sepuluh menit kemudian, Didi pun bangun. Yesi Mo menggandeng tangannya turun ke bawah untuk makan malam. Melihat Andrew Ling yang masih berada di ruang tamu, ia pun meliriknya asal dan bertanya, “Lama sekali, kenapa polisi belum datang juga? Tidak mungkin tidak datang, bukan?”

Andrew Ling balas mendelik pada Yesi Mo, namun ia tidak mengatakan apapun.

“Apa yang kamu banggakan? Polisi sudah berada dalam perjalanan, lihat saja nanti bagaimana kamu akan menangis.” Asisten wanita di belakang Andrew Ling mengangkat kepalanya dan tertawa dingin melecehkan Yesi Mo.

“Begitu?” Yesi Mo tidak ingin berkomentar dan hanya melihat asisten itu sekilas. Ia menyapa Jennie Bai yang ada di lantai bawah untuk pergi makan, lalu menggandeng Didi masuk lebih dulu ke ruang makan.

Saat Jennie Bai melewati Andrew Ling, hatinya sangat kaget dan takut melihat tatapan kelam pria itu sehingga ia tidak berani melihatnya lagi. Seperti melesat lari, ia kabur pergi ke ruang makan.

Mereka baru makan dua suap ketika Yesi Mo melihat Andrew Ling yang terus-menerus menatapnya dengan tatapan tidak menyenangkan. Yesi Mo pun mencibir dan berkata, “Pergi tutup pintunya. Dilihat seseorang benar-benar membuat tidak napsu makan.”

Seiring dengan pintu ruang makan yang ditutup, raut wajah Andrew Ling pun semakin kelam.

Ia sangat jarang dianggap remeh oleh orang lain, sangat jarang dihina oleh orang lain. Kejadian kali ini membuat gelora amarah dalam hatinya terbakar hingga menyerang kepalanya. Kalau saja bukan karena ia ingin memperlihatkan kepada Yesi Mo seberapa hebat dirinya, sekarang ia pasti sudah meledak-ledak.

“Kakak ipar, apa tidak apa-apa kamu memprovokasinya seperti ini?” tanya Jennie Bai dengan hati-hati. Ia lalu ragu sejenak dan berujar, “Kalau tidak, apa lebih baik kita berdiskusi dengannya dulu? Yang ia inginkan hanya kotak itu dan sama sekali tidak peduli terhadap vila ini. Kalau kita bicara baik-baik dengannya, mungkin ia tidak akan mengusir kita.”

“Tidak apa-apa, tidak usah menghiraukannya. Selama tidak ada anggukan setuju dariku, tidak ada siapapun di dalam rumah ini yang perlu pergi.” Yesi Mo memalingkan kepalanya dan dengan lembut menatap Didi sekilas kemudian berujar, “Didi, ini makan udangnya.”

“Terima kasih, ibu.” Didi menyambut udang yang kulitnya sudah dikelupas oleh Yesi Mo dan mengunyahnya dengan hati senang.

Setelah makan dengan kenyang, Didi mengelap mulutnya dan melihat ke arah Yesi Mo, “Ibu, kenapa ayah belum pulang juga? Aku rindu ayah.”

“Ayah sedang pergi untuk urusan bisnis, jadi baru akan kembali setelah beberapa waktu.”

Yesi Mo menghibur Didi dan saat baru saja selesai berujar, terdengar suara pengawal dari luar pintu, “Nyonya muda, polisi sudah datang.”

“Baiklah, aku segera keluar.”

Selesai berujar, Yesi Mo menarik tangan Didi dan sambil tersenyum berkata, “Didi anak baik, tunggu ibu disini sebentar dengan Bibi Jennie, ya. Ibu akan segera kembali.”

Didi tak henti-hentinya menggeleng, ia sangat takut Yesi Mo pergi dan tidak kembali lagi.

Yesi Mo dan Jennie Bai membujuknya bergantian untuk waktu yang cukup lama. Setelah pergulatan yang lama, barulah Didi setuju dengan terpaksa.

“Jennie, tolong jaga Didi sebentar. Aku akan segera kembali.”

Selesai berujar, Yesi Mo sengaja mengecup dahi Didi. Ia lalu bangkit berdiri dan dengan langkah lebar berjalan keluar ruang makan. Pelayan wanita sudah lebih dulu membukakan pintu baginya.

Saat ini, ada dua orang polisi di ruang tamu yang dengan seksama sedang membaca kontrak yang dibawa Andrew Ling. Andrew Ling tetap duduk di kursi rodanya sambil menilai Yesi Mo, bibirnya menyunggingkan senyum yang melecehkan.

“Tuan polisi, apa ada masalah?”

Yesi Mo datang menghampiri kemudian duduk dan bertanya dengan ringan.

“Begini Nyonya Yan, barusan kami menerima laporan dari Tuan Ling. Ia bilang...” Polisi itu kembali mengulang laporan Andrew Ling, “Kami datang untuk menyelesaikan masalahnya. Barusan kami juga sudah melihat kontrak yang disetujui oleh Tuan Yan dan Tuan Ling. Maaf atas kelancanganku, tapi sepertinya nyonya harus membawa orang-orang nyonya pergi. Tempat ini sudah menjadi milik Tuan Ling. Tindakanmu yang mengulur-ulur seperti ini bukanlah jalan keluar. Kalau sampai Tuan Ling mengadukan nyonya ke pengadilan, tentu itu tidak baik untuk muka semua orang. Bukankah begitu?”

“Maaf, tapi aku tidak mungkin angkat kaki dari sini. Lagipula, ini adalah rumahku.”

Yesi Mo menggeleng dan bersikeras dengan sikapnya.

“Nyonya Yan, apakah nyonya harus bersikap seperti ini?”

“Yesi, kamu ini terlalu tidak tahu malu, ya? Dengan muka tebal tetap tinggal disini, kamu tidak takut ditertawakan orang-orang?” Asisten Andrew Ling tertawa dingin pada Yesi Mo.

Yesi Mo melirik asisten itu terlebih dulu, kemudian menunduk untuk melihat sekilas Andrew Ling di kursi rodanya. Ia pun tertawa, “Andrew, Tuan Ling, tolong kendalikan anjingmu. Jangan biarkan ia menggonggong sembarangan disini, tempat ini bukanlah tempat untuk ia berperilaku liar.”

“Kamu...” Asisten Andrew Ling ingin mengajak Yesi Mo ribut, namun Andrew Ling mengangkat tangannya dan tersenyum pada Yesi Mo, “Bahkan sudah sampai saat ini, kamu masih tidak menerimanya?”

“Andrew, aku akan membalikkan perkataanmu. Sudah sampai saat ini, kamu masih tidak menyerah? Tempat ini sekarang bukanlah milikmu dan selanjutnya juga tidak mungkin menjadi milikmu. Sebaiknya, kembalilah ke tempat kamu berasal. Jangan sampai nanti pada waktunya kamu mencoreng mukamu sendiri.”

“Apa maksud dari kata-katamu?” Andrew Ling mengernyitkan alisnya.

“Kamu benar-benar tidak tahu? Ya sudahlah.” Yesi Mo mengangguk, kemudian melihat sekilas ke arah pengawal yang ada di belakangnya dan berkata, “Pergi ke ruangan baca milik nyonya besar di lantai atas. Bawakan buku yang berada di rak buku paling atas sebelah kiri kepadaku.”

Beberapa menit kemudian, Yesi Mo menerima buku yang dibawakan pengawal itu. Ia membalikkan halamannya dan mengeluarkan sebuah bukti alih harta benda berwarna merah yang terjepit di dalam buku itu, lalu menyerahkannya kepada polisi. Ia kemudian memberikan isyarat kepada mereka untuk melihatnya sekilas.

Tepat pada saat Andrew Ling melihat Yesi Mo mengeluarkan bukti alih properti, raut wajahnya sedikit berubah dan firasat buruk merayapi hatinya.

Tepat seperti yang diperkirakan, setelah kedua polisi itu melihat dengan seksama bukti alih properti yang diserahkan oleh Yesi Mo, mereka menengadah untuk menatap Andrew Ling dan menggeleng dengan tidak berdaya, “Maaf, Tuan Ling. Kepemilikan gedung vila ini sama sekali bukan atas nama Tuan Yan, jadi ia tidak memiliki hak atas gedung ini. Jadi...”

Kata-kata selanjutnya belum dilontarkan oleh polisi, namun sepertinya Andrew Ling sudah mengetahui dengan jelas apa yang akan mereka katakan. Dengan wajah murung, ia mengambil sebuah napas dalam dan dengan berat menganggukkan kepalanya. Kemudian ia memberikan isyarat dengan raut wajah yang tidak senang kepada asistennya untuk mendorongnya pergi dari situ.

Melihat punggung Andrew Ling, Yesi Mo menyunggingkan senyum yang meremehkan dan menghela napas penuh emosi di dalam hatinya.

Melihat Andrew Ling yang duduk di mobil dengan wajah murung, asistennya pun menghiburnya, “Direktur Ling, direktur jangan marah. Walaupun tidak mendapatkan vila kediaman keluarga Yan, tetap saja hasilnya akan sama jika kita mengambil Yan Business Group. Lagipula jika dibandingkan dengan vila kediaman keluarga Yan, Yan Business Group lebih berarti.”

Akan lebih baik jika asisten itu tidak mengatakan hal seperti ini. Karena begitu ia mengucapkannya, perkataan ini malah meledakkan amarah Andrew Ling.

“Apa yang kamu mengerti, dasar brengsek! Kalau Stanley si brengesek itu ternyata bisa memindahkan ahli waris kepemilikan vilanya, pasti ia juga punya cara untuk memindahkan kepemilikan saham Yan Business Group yang ada di tangannya. Gerakanku kali ini benar-benar ada dalam genggamannya, semua yang aku lakukan sampai akhir ternyata tidak membuahkan hasil sedikitpun. Si brengsek yang pantas mati ini ternyata sedang mempermainkanku. Tunggu saja, ini belum selesai!”

Novel Terkait

Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu