Unlimited Love - Bab 176 Akhir Yang Luar Biasa (Awal)

Yesi Mo pergi dengan cepat, namun kembali dengan lebih cepat lagi.

Kali ini, alisnya mengernyit lebih dalam seakan-akan ada suatu pergolakan batin yang serius.

“Ada masalah apa?”

“Tidak. Tidak terjadi apa-apa.” Yesi Mo dengan cepat mengubah raut wajahnya menjadi senyuman, “Oh ya, Stanley, kamu benar-benar tidak akan meninggalkan sisiku lagi, bukan?”

Yesi Mo jelas-jelas ingin mengganti topik pembicaraan, namun Stanley Yan tidak mengabulkan keinginannya.

“Jangan bohong padaku. Kalau ada masalah, pasti aku akan langsung tahu dalam sekali lihat.”

“Kamu berpikir terlalu banyak, benar-benar tidak ada apapun yang terjadi.” Yesi Mo terus menyangkal. Stanley Yan berjalan menghampiri dan menarik tangan Yesi Mp, lalu tersenyum tidak berdaya padanya, “Kamu ini selalu saja bilang tidak apa-apa, selalu suka menyembunyikan semua masalah dalam hati. Kita sudah bersama-sama selama sekian tahun ini, apa mungkin aku masih belum memahami dirimu?”

“Maaf, Stanley. Aku hanya...” Yesi Mo mengatupkan bibirnya lalu sedikit menundukkan kepalanya, “Aku... Tidak ingin membuatmu khawatir.”

“Aku malah lebih khawatir kalau kamu tidak bicara.”

Mata Stanley Yan penuh dengan perasaan yang dalam, genggaman tangannya pada tangan Yesi Mo pun tanpa disadari semakin erat dan nada bicaranya penuh dengan ketidakberdayaan.

Yesi Mo sangat menyadari bahwa apa yang dikatakan Stanley Yan saat ini adalah apa yang sedang ia pikirkan, kata-kata yang keluar dari mulutnya berasal dari lubuk hatinya. Hati Yesi Mo pun seperti terguyur oleh sebuah rasa hangat yang kental, tanpa ragu lagi ia membuka mulutnya dan memberitahukan masalah yang terjadi pada Stanley Yan.

“Jadi... Barusan Andrew meneleponmu untuk mengingatkanmu bahwa Sara akan turun tangan membereskanmu? Ia mau kamu lebih berhati-hati lagi supaya tidak masuk ke dalam jebakan Sara?”

Melihat anggukan Yesi Mo, Stanley Yan pun tiba-tiba tertawa.

“Stanley, apa yang kamu tertawakan?”

Yesi Mo menatap pria itu dengan tatapan tidak mengerti.

“Tidak apa, aku hanya baru menyadari bahwa ternyata tebakanku sama sekali tidak salah. Memang benar ternyata ada mata-mata Andrew di sisi Sara, atau lebih tepatnya, Andrew sudah sedari awal menyelundupkan mata-mata di sisi Sara.”

Yesi Mo tidak bodoh, sebaliknya, ia sangatlah pintar.

Ucapan Stanley Yan sangat singkat, namun menyiratkan jelas sebuah informasi besar yang sangat mengejutkan orang.

Pertama-tama, Stanley Yan sama sekali tidak memanggil Sara Xue dengan nama lengkapnya, melainkan langsung memanggilnya ‘Sara’. Ini hanya dapat dilakukan diantara dua belah pihak yang hubungannya sangat teramat baik dan akrab.

Yesi Mo tidak percaya Stanley Yan tidak tahu Sara Xue merencanakan suatu hal yang akan membahayakannya.

Tapi kalau ternyata Stanley Yan tetap memanggilnya ‘Sara’, hal ini seakan sedang memberitahu Yesi Mo bahwa Sara Xue tidak mungkin memiliki niatan jahat terhadapnya.

Yang kedua adalah tebakan Stanley Yan tadi.

Ada tidaknya mata-mata Andrew Ling di sisi Sara Xue sama sekali tidak ada hubungannya dengan Stanley Yan, namun ternyata pria itu sangat memperhatikan hal ini.

Jika kedua petunjuk itu digabungkan, ada sebuah dugaan lancang yang terbersit dalam benak Yesi Mo. Ada sebuah hubungan diantara Stanley Yan dan Sara Xue. Mungkin semua hal yang dilakukan Sara Xue itu sudah diketahui Stanley Yan dengan sejelas-jelasnya sedari awal.

Tapi, pertanyaan baru pun tiba-tiba muncul. Kalau sedari awal Stanley Yan sudah tahu semua ini, kenapa ia masih bisa melihat semua ini terjadi dengan mata yang terbuka lebar? Kenapa ia masih bisa duduk santai seolah tidak terjadi apa-apa?

Apa mungkin diantara dirinya dan Sara Xue...

Dugaan dalam benak Yesi Mo membuat dirinya sendiri membelalakkan mata dan ternganga. Tatapannya yang sedang menatap Stanley Yan pun berubah menjadi sangat asing, apalagi ia tanpa sadar melepaskan tangannya yang sedang digenggam pria itu dan mengambil satu langkah mundur.

“Bodoh, pikiran sembarangan apa yang sedang kamu pikirkan? Perkaranya bukan seperti yang kamu pikirkan, hanya ada hubungan kerjasama antara aku dan Sara. Apa jangan-jangan kamu masih mencurigai cintaku padamu?” Stanley Yan seolah dapat dengan mudah membaca isi hati Yesi Mo. Dengan sekali gerak, ia langsung mencengkeram tangan Yesi Mo dan bertanya sambil menekuk wajahnya.

Teringat akan semua kejadian yang terjadi selama beberapa tahun belakangan ini, Yesi Mo pun merasa bersalah dalam hati. Ia diam-diam menundukkan kepala dan berujar dengan sungkan, “Maaf.”

“Sudah, sudah, aku tidak ada maksud untuk menyalahkanmu. Kalau aku ada di posisimu, aku juga mungkin akan salah paham. Aku tidak marah padamu tentang hal ini.”

Stanley Yan tersenyum dan menarik Yesi Mo ke sisi ranjang. Ia lalu mendudukkan Yesi Mo disana, disusul oleh uluran tangannya yang membenamkan wanita itu masuk ke dalam pelukannya. Mata Stanley Yan melirik sekilas langit malam yang dipenuhi oleh sinar bintang, lalu barulah ia mengalihkan pandangannya kembali ke wajah Yesi Mo dan pelan-pelan menjelaskan.

Semenjak Stanley Yan memutuskan untuk berpura-pura sudah meninggal, saat itu juga ia sudah mencegah Andrew Ling. Diam-diam ia melindungi Yesi Mo dan putra mereka, Didi.

Dan semenjak Stanley Yan memutuskan untuk berpura-pura sudah meninggal, saat itu jugalah ia sudah mengetahui kira-kira gambaran rencana Andrew Ling.

Segala sesuatu yang ia tahan selama ini adalah demi mendapatkan bukti yang cukup untuk membuat Andrew Ling sama sekali tidak memiliki kemungkinan sekecil apapun untuk membalikkan keadaan. Ia bertekad untuk membuat Andrew Ling mendekam di penjara seumur hidupnya atas apa yang telah pria itu perbuat selama beberapa tahun ini.

Alasan Stanley Yan ini kedengarannya tidak ada yang janggal, namun Yesi Mo dapat dengan jelas menggenggam salah satu kunci penting dari ucapannya.

Dengan koneksi yang Stanley Yan miliki dan dengan kemampuannya, ditambah dengan meminjam bantuan Sara Xue yang memiliki latar belakang begitu hebat dan kuat di Amerika, merupakan suatu hal yang sangat mudah semudah mematikan seekor semut untuk membereskan Andrew Ling.

Benar-benar merupakan hal yang sangat teramat mudah untuk memusnahkan pria itu dari dunia ini, langit dan bumi saja tidak akan menyadarinya.

Hidup bersama Stanley Yan selama sekian tahun ini membuat Yesi Mo jauh lebih memahami pria itu dibandingkan orang lain. Ia tahu seberapa kejam Stanley Yan saat menghabisi orang-orang yang membuat perhitungan dengannya. Memusnahkan Andrew Ling sama sekali tidak akan memberikannya suatu perasaan bersalah dalam hatinya, tapi kenapa Stanley Yan tidak berbuat demikian?

Begitu mendengar pertanyaan itu terlontar dari mulut Yesi Mo, Stanley Yan pun terdiam.

Kali ini, ia langsung terdiam selama belasan menit seperti sedang masuk begitu jauh dalam lautan ingatannya.

Yesi Mo sama sekali tidak mendesaknya. Ia dengan tenang membiarkan Stanley Yan memeluknya dalam dekapannya. Tubuhnya menempel lekat pada Stanley Yan, menikmati ketenangan dan kedamaian hati yang sudah begitu lama tidak Yesi Mo rasakan.

Entah sudah berapa lama waktu berlalu saat Stanley Yan tiba-tiba menghembuskan sebuah napas panjang.

Yesi Mo menengadah dan melihat Stanley Yan yang sedang tersenyum tipis sambil menatapnya. Ia mengatupkan bibirnya dan bertanya dengan ragu, “Bukankah nenek memberimu suatu barang sebelum ia meninggal?”

“Ya. Sebuah kunci lemari tempat menyimpan brankas bank. Nenek bilang ada hubungannya dengan asal-usul keluarga Yan. Kenapa kamu tiba-tiba terpikir untuk bertanya soal hal itu?” Yesi Mo menatap Stanley Yan dengan aneh namun tidak menyangkalnya.

“Kalau kamu percaya padaku, bawa kuncinya dan keluarkan barang yang ada di lemari brankas itu.”

“Aku akan mendengarkanmu. Hanya saja, sepertinya kita harus pergi ke kota R.”

“Kalau begitu, besok pagi-pagi kita langsung berangkat. Nanti aku akan menyuruh Marson untuk memesankan tiket.”

Mendengar perkataan Stanley Yan, Yesi Mo pun merasa sedikit curiga. Pergi keluar negeri berarti Stanley Yan harus menyamar dan menjaga jarak dengannya. Yesi Mo tidak mau berpisah dari Stanley Yan barang sedetikpun.

“Jangan khawatir. Karena aku datang untuk menjumpaimu, tentu saja aku tidak ada rencana untuk terus bersembunyi.” Stanley Yan tersenyum dengan percaya diri lalu merangkul Yesi Mo untuk bangkit berdiri, “Ayo. Kita pergi menemui Didi.”

“Kamu yakin tidak mungkin ada masalah?” Yesi Mo membelalakkan matanya besar-besar menatap Stanley Yan, hatinya merasa sedikit khawatir.

“Pasti tidak akan ada.”

Malam sudah sangat larut, Didi tidur sangat lelap seperti seekor babi kecil. Ia sama sekali tidak tahu bahwa Stanley Yan dan Yesi Mo datang menghampirinya.

Mereka berdua diam di sisi ranjang Didi selama setengah jam lebih. Setelah menyelimuti Didi dengan baik, barulah mereka berbalik badan dan pergi dari situ lalu kembali ke kamar Yesi Mo. Semalaman itu, Stanley Yan tidak lagi meninggalkan sisi Yesi Mo.

Keesokan paginya, mereka pun bangun pagi-pagi benar. Setelah membereskan barang-barang dengan sederhana, mereka berdua bergandengan tangan keluar pintu. Saat mereka muncul di hadapan pasang mata orang banyak, selain Marson Luo, Robin Xiao, Katty Yun, bahkan manajer kediaman utama beserta para pelayan semuanya termangu.

Katty Yun tidak berani mempercayai hal ini, sekuat tenaga ia mengusap matanya. Tentu saja ia juga sudah mengetahui kabar kecelakaan mobil yang menyebabkan Stanley Yan meninggal. Sekarang saat ia tiba-tiba melihat sosok Stanley Yan yang hidup muncul di hadapannya, Katty Yun mengira yang muncul adalah halusinasinya.

Robin Xiao juga merasa sangat terkejut. Tapi dibandingkan dengan Katty Yun, selain terkejut, ia juga memiliki sebuah perasaan yang aneh pada waktu yang bersamaan.

Sorot matanya menyapu tubuh Yesi Mo dan Stanley Yan lagi dan lagi, terlihat sorot mata yang sangat rumit dalam tatapan Robin Xiao.

“Kenapa? Sudah tidak mengenaliku lagi? Apa aku harus memperkenalkan diriku dulu?”

Stanley Yan tersenyum bercanda, membuat tidak ada satu orang pun yang mencurigai identitasnya lagi begitu mendengar ucapannya itu.

Stanley Yan tidak banyak memberikan penjelasan untuk memecah rasa penasaran Robin Xiao, Katty Yun, dan orang-orang lainnya. Lagipula, ia juga tidak memiliki begitu banyak waktu.

Setelah selesai sarapan, tepat saat Stanley Yan dan Yesi Mo akan keluar pintu untuk berangkat menuju bandara, Didi berjalan turun menyusuri anak tangga sambil mengusap matanya yang masih mengantuk.

Begitu ia melihat Stanley Yan, Didi langsung menyerbu turun dengan begitu bersemangat sampai-sampai mengejutkan Yesi Mo dan membuat wajahnya memucat. Ia khawatir Didi akan bergulung jatuh dari tangga kalau kakinya tersandung sedikit saja.

Apalagi Stanley Yan. Begitu melihat Didi, ia langsung merespon dengan mempersingkat langkahnya dan lari menghampiri ke hadapan Didi. Ia lalu memeluk putranya dalam dekapannya, dan barulah saat itu hati Yesi Mo yang semula tergantung tinggi dapat mendarat dengan mulus.

Stanley Yan menggendong Didi kembali ke ruang tamu di lantai bawah dan bercengkerama dengan putranya untuk beberapa saat. Ia lalu menyuruh Didi untuk mendengarkan kata-kata Robin Xiao dan juga Katty Yun.

Begitu Didi tahu bahwa Stanley Yan dan Yesi Mo akan pergi keluar, ia pun bersikukuh tidak ingin ditinggal. Tanpa daya, kedua orang itu pun hanya dapat memutuskan untuk membawa serta putra mereka ikut pergi ke kota R bersama saat ini.

Hampir bersamaan saat Stanley Yan dan Yesi Mo yang membawa Didi muncul di bandara, Andrew Ling yang sedang bersiap menuju Perusahaan Mo untuk mengikuti rapat jajaran direksi pun mendapatkan kabar tentang Stanley Yan yang berpura-pura sudah meninggal.

Wajah Andrew Ling yang tenang seketika berubah kelam sekelam tinta. Ia pun menyadari bahwa selama ini ia selalu dipermainkan Stanley Yan, tentu saja ini membuat suasana hatinya menjadi tidak baik.

Tapi sebenarnya, ini sama sekali bukan hal yang penting jika dibandingkan dengan perihal lainnya.

Karena Stanley Yan hanya berpura-pura meninggal, maka itu berarti pria itu pasti sebelumnya sudah dapat menebak rencananya. Dengan kata lain, semua rencana yang Andrew Ling persiapkan sebelumnya dengan sepenuh hati hanyalah sebuah lelucon di mata Stanley Yan.

Sekarang, rencana Andrew Ling sama sekali tidak memiliki daya destruktif apapun. Tidak mungkin benar-benar menimbulkan luka batin bagi Yesi Mo, lebih tidak mungkin lagi merusak hubungan antara Yesi Mo dan Sara Xue. Apalagi mengadu domba mereka untuk saling membunuh satu sama lain. Tentu saja ini juga berarti tujuan akhirnya tidak mungkin tercapai.

“Bos, rencana kita sepertinya...” Asisten yang ada di kursi samping pengemudi pun ragu sejenak, kata-katanya yang belum selesai ia ucapkan tergantung di udara kosong.

Andrew Ling memelototinya dengan tajam, “Rencana brengsek apa, batalkan saja semuanya.”

Asisten itu tentu saja sudah sedari awal tahu akan seperti ini hasilnya, namun dengan agak tidak senang hati bertanya, “Kalau begitu... Menyerah begitu saja?”

“Menyerah? Hmph. Pertunjukannya masih di belakang.” Senyum Andrew Ling penuh dengan hawa dingin, “Tunggu setelah mereka membawa barang yang kuinginkan kembali dari kota R, maka barulah saat itu aku akan membereskan mereka...”

Novel Terkait

Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu