Someday Unexpected Love - Bab 239 Membunuh (1)

Wajah Sinta Dou menjadi muram, "Apa yang perlu dicurigakan? Aku tidak menyadarinya."

"Hanya sekali tidur saja, tiba-tiba mati. Dia bahkan sendiri pun juga tidak mengetahuinya. Telepon ada di sebelah tempat tidurnya. Jika dia tidak enak badan, dia pasti akan memanggil kita, tetapi apakah Ayah memanggil kita?"

"Penyakit mendadak itu normal. Bukankah kakekmu meninggal karena pendarahan otak mendadak kan?"

Dennil Du berdiri dengan sengit, "Karena kematian mendadak kakekku, aku tidak percaya bahwa ayahku juga demikian. Kebetulan seperti itu hanya menunjukkan satu hal, itu tidak normal!"

Dia selesai bicara, berbalik dan meninggalkan meja makan, dan Helena He hanya melihat ibu mertuany sekilas, wajahnya sudah memburuk.

Sesaat di hatinya, ada firasat masalah ini pasti tidak lepas dari Ibu mertuanya.

"Helena He, aku memperingatkanmu, jangan cari masalah, merusak hubungan kita!"

Sinta Dou mengingatkannya dengan wajah yang muram, dan mengertakkan gigi.

"Bu, aku tidak mengerti. Mengapa kamu pikir itu adalah omong kosongku?Emangnya kamu tidak ingin mencari tahu penyebab kematian ayah mertua? Ini tiada kerugian bagimu!"

"Aku tidak puas dengan kamu sembarang menyebar isu, membuat rumah Du jadi berasap-asap racun!"

Sinta Dou bangkit dan pergi dengan marah. Dia mengangkat bahu dan terus makan. Sekarang setelah periode reaksi awal, nafsu makannya terlalu banyak, satu orang dapat makan dua porsi.

Satu gelombang belum diratakan, gelombang lain telah muncul, Dua hari kemudian, keluarga Du meledak lagi.

Pelayan Heidi tiba-tiba menghilang, dan Helena He memberi tahu Marsha Du lagi bahwa Heidi adalah pembunuh ayahnya dan mengatakan di mana tempat Heidi ditahan.

Marsha Du mendapatkan berita terlebih dahulu, dia segera berlari ke kamar ibunya dan berkata dengan kaget, "Bu, Heidi adalah pembunuh ayahku!"

"Siapa yang bilang begitu?"

"Jelas Helena He dong, dia bilang bahwa Heidi telah dikurung oleh kakakku sekarang, dan dia mengakui bahwa dia yang memberi obat pada ayah, tetapi dia bersikeras bahwa dia disuruh oleh orang lain!"

“Disuruh oleh siapa?”, Sinta Dou sedikit bingung.

"Aku tidak tahu tentang ini, tetapi Helena He berkata bahwa Heidi pasti akan mengatakannya malam ini!"

"Kenapa?"

"Karena kakakku menakutinyat, jika dia tidak mengaku, dia tidak akan melihat matahari besok!"

Wajah Sinta Dou tiba-tiba berubah, dan dia bersenandung dengan marah, "Jangan dengarkan omong kosongnya, sepanjang hari hanya tahu menyebarkan isu!"

Pada malam hari, angin suram dan sinar bulan suram.

Dennil Du dan Helena He bersembuyi di kamar belakang Rumah Du yang tidak digunakan, dan ada kamar di depannya, yang pada saat ini pelayan Heidi sedang kurung didalam.

Keduanya menunggu si pembunuh untuk membunuhnya, mereka telah menunggu hampir dua jam, tetapi masih belum ada gerakan sama sekali. Gigitan nyamuk membuat Helena He hampir tidak bisa tahan lagi. Tiba-tiba, suara langkah kaki masuk ke dalam telinga.

Dia segera mengangkat kewaspadaannya, dan melihat gambar hitam angin yang lewat dari penglihatannya, hatinya berkedut, dia hampir berteriak, karena dia bertekad bahwa bayangan hitam ini adalah bayangan hitam yang terlihat di reruntuhan sebelumnya.

"Dennil ..." ,Dia ingin memberitahunya, tetapi dia mendengkur dengan matanya suruhnya untuk diam.

Hanya terlihat bayangan hitam berjalan kearah depan Heidi, mulut Heidi sudah diikat erat oleh kain putih, dan dia tidak bisa membuka mulut sama sekali. Dia menatap orang di depannya dengan ketakutan, terus meronta ...

Sebuah pisau tajam terangkat, dan di malam yang gelap, sekejap cahaya berkilauan

Untuk sesaat, lampu-lampu dinyalakan, sekejap ruangan itu seterang siang hari.

"Paman Hadi."

Dennil Du berjalan dengan menggandeng tangan Helena He, wajahnya tidak marah, tetapi dia tersenyum ringan, "Aku ingin mengarahkan pembunuh yang sebenarnya keluar, tapi tertebak kesetiaan kamu kepada ayahku, pasti malam ini tidak bakal duduk nyaman dan lari kesini untuk membalas dendam. "

Hadi Shi terkejut ketika melihat mereka berdua muncul, wajahnya sekejap hijau, sekejap memucat, dan dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk waktu yang lama.

"Kamu tidak perlu menjelaskan. Aku sangat yakin akan kesetiaanmu pada ayahku. Aku hanya ingin mencari tahu siapa yang benar-benar bertingkah aneh di layar belakang rumah Du. Meskipun suasana hati sangat panik, tapi aku tidak akan pernah meragukanmu.

Hadi Shi mencoba menenangkan emosinya dan mengangguk malu, "Terima kasih atas kepercayaan kamu. Aku hanya merasa bahwa tuanku terbunuh, hatiku merasa sangat sedih. Sekali sedih, bahkan akal pikir pun juga tiada ...

"Aku mengerti, aku mengerti, kamu kembali tidur dulu, dan serahkan padaku untuk menanganinya. Kamu membunuh pelayan juga tidak bakal mengarahkan pembunuh yang sebenarnya, lain kali jangan begitu ceroboh lagi ."

Paman Hadi mengangguk, berbalik badan dan pergi dengan sedih ...

Setelah dia pergi, Dennil Du baru melonggarkan kain di mulut Heidi, dan dia langsung menangis, "Tuan muda, aku benar-benar tidak membunuh tuan Du, aku benar benar tidak ada membunhnya !!"

"Lalu bagaimana kamu kenal dengan Mina?"

"Aku sama sekali tidak mengenal dengan Mina ..."

Helena He terkejut, "Tidak kenal? Kamu tidak kenal, kenapa saat itu kamu bilang denganku kalian adalah sessma keluaran dari gunung?"

"Itulah yang Nyonya Du yang suruh aku katakana demikian, dia memberikanku uang, suruh aku berkata demikian padamu, sebenarnya aku sama sekali tidak mengenal Mina!"

Mereka tiba-tiba menyadari bahwa ini adalah rencana Sinta Dou, terutama untuk membingungkan pikiran Helena He, berpikir bahwa Mina benar-benar seorang gadis dari gunung, jadi dia tidak lagi bertanya-tanya dan curiga ...

"Baiklah, kamu cepat-cepat berkemas dan meninggalkan rumah Du. Semakin jauh kamu pergi, semakin baik, agar tidak terbunuh."

Heidi bergegas keluar dengan rasa terima kasih, Helena He menghela nafas: "Sepertinya Paman Hadi ingin membunuhnya, hanya karena ia khawatir dia akan membongkar Sinta Dou!"

"Ya, yang memberi obat adalah Mina, dan dia sudah dibawa pergi oleh mereka."

"Kita membongkarnya malam ini. Apakah dia akan mengambil tindakan selanjutnya?"

"Apakah ada tindakan lagi? Aku belum tahu, tetapi ada satu hal yang jelas. Dia sudah tahu kita meragukannya."

Helena He mengangguk, dan berkata, "Aku tidak menyangka bayangan hitam yang kulihat sebelumnya ternyata adalah Paman Hadi!"

Novel Terkait

Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu