Someday Unexpected Love - Bab 205 Mencari Keluarga Bermarga Guan (1)

Ada puluhan juta penduduk di kota Surabaya, bukan hal yang mudah untuk menelusuri semua marga dari semua penduduk ini. Bahkan Niko yang biasanya melakukan semua hal dengan baik, kini menghabiskan waktu dan upaya yang tidak sedikit demi menuntaskan tugasnya kali ini dengan sempurna.

Lima hari kemudian, ia masuk ke dalam kantor Dennil Du dan melaporkan hasil penyelidikannya—

“Direktur Du, saat ini ada tiga keluarga di kota ini yang bermarga Guan. Ini adalah alamatnya.”

Niko mencetak alamat itu diatas selembar kertas putih dan menyerahkannya ke hadapan Dennil Du, napasnya tertahan dan ia menyeka keringatnya.

Ia sudah lupa kapan, tapi ia masih ingat saat ia menerima tugas yang serupa untuk mencari wanita bernama Helena He di kota ini. Waktu itu, ia dimaki sampai sedemikian rupa menyedihkannya. Semoga kali ini ia bisa menyelesaikan tugasnya dengan lancar...

Dennil Du mengernyitkan alis dan melihat sekilas beberapa kali kemudian mengangguk: “Baiklah.”

Begitu Niko mendengar kata ‘baik’, saat itu juga ia merasa sangat bahagia melebihi apa yang ia harapkan. Ia segera membalikkan tubuhnya dan berjalan keluar.

Dennil Du meletakkan alamat yang ada di tangannya kemudian menelepon Helena He.

“Halo, apakah sore ini kamu ada waktu kosong?”

Helena He berkata dengan bimbang: “Aku sedang kerja, kalau kamu bertanya apakah ada waktu kosong...”

Begitu selesai berujar, Helena He pun menambahkan lagi: “Kenapa? Apa terjadi sesuatu?”

“Niko yang aku suruh untuk menyelidiki marga sudah memberikan hasilnya. Kalau kamu ada waktu kosong, mungkin bisa menemani aku untuk bersama melihat-lihat.”

Begitu Helena He mendengar bahwa Dennil Du mengajaknya mencari ibu kandung pria itu, ia pun segera mengangguk: “Tidak masalah, aku ada waktu kosong!”

Kepentingan Dennil Du adalah kepentingannya. Walaupun tidak ada waktu kosong, bagaimanapun juga harus dikosongkan...

“Baiklah, kalau begitu siang nanti aku akan menjemputmu. Kita makan siang bersama.”

“Baiklah.”

Begitu menutup telepon, Helena He dengan senang berlari ke ruangan kepala editor dan dengan wajah penuh senyum yang tulus berkata: “Kepala editor, apakah sore nanti aku boleh cuti setengah hari?”

“Ada keperluan?”

“Benar. Ibu mertuaku pulang dari luar negeri, aku harus pergi menjemputnya.”

Kepala editor mengangguk: “Baiklah, jarang-jarang kamu berbaki seperti ini. Pergilah.”

Pukul setengah dua belas siang hari, Dennil Du menyetir ke penerbit majalah untuk menjemput Helena He. Kedua orang itu lalu mencari restoran dan saling duduk berhadap-hadapan.

“Sayang, apakah kamu punya informasi rinci tentang ketiga keluarga bermarga Guan itu?”

“Tidak ada.”

“Kalau begitu, apakah menurutmu ada keluarga ibumu diantara mereka?”

“Hal seperti ini bukan hal yang mengandalkan perasaan.”

Helena He menepuk-nepuk dadanya: “Kalau menurut perasaanku, pasti ada.”

Dennil Du tersenyum dingin tidak terlalu senang: “Perasaanmu itu selalu tidak tepat.”

“Bagaimana mungkin? aku berani memberikan jaminan untukmu. Kalau tidak ada, kedepannya aku akan menurutimu tentang masalah apapun. Tapi kalau ada, kamu yang harus menurutiku.”

“Baiklah aku setuju. Jarang-jarang aku melihat kamu yang percaya diri seperti ini.”

Helena He berlagak seperti muntah darah: “Tuan Dennil Du, aku itu selalu sangat percaya diri! Melihat kamu bicara seperti ini, sepertinya selama ini aku selalu rendah diri.”

Pria itu tertawa: “Aku berkata seperti ini untuk mengalahkan semangatmu yang terlalu membara. Untuk menghindari kamu terlalu sombong dan tidak memiliki ruang untuk melangkah maju.”

“Ah, kalau seperti ini sepertinya aku harus berterima kasih padamu.”

Bola mata Helena He memutar satu putaran, dengan licik ia mengulurkan tangan dan menepuk-nepuk bahu pria itu: “Demi pengawasan dan kemajuan bersama, aku memutuskan selanjutnya akan sering-sering bertengkar dan berantem denganmu!”

“Kenapa?”

Dennil Du menatap ke arah Helena He dengan bimbang. ia belum pernah mendengar ada korelasi antara bertengkar dengan kemajuan. Apakah maksudnya kemajuan di jalan menuju perceraian...

“Ada kalimat seperti ini: bertengkar adalah demi melatih kepandaian bicara, berantem adalah demi melatih kekuatan otot. Jadi dengan berantem dan bertengkar denganmu, maka akan ada kemajuan pada kemampuan bicara kita dan juga tubuh kita bertambah kuat. Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui.”

Dennil Du mendenguskan tawanya, ia menengadah dan bertanya: “Ini juga ajaran Konfusius?”

“Tentu saja bukan. Bagaimana mungkin Konfusius menghasut orang lain untuk bertengkar? Konfusius hanya bisa berkata: Berperilaku baiklah di rumah, lakukan pekerjaan dengan serius dan sungguh-sungguh. Perlakukan orang lain dengan tulus dan setia. Asalkan seseorang baik hati dan tidak menyimpang, tidak berbuat kesalahan dan juga menghormati orang lain sesuai dengan aturan kesopanan, maka semua orang di dunia adalah saudaranya.”

“Ternyata pelajaran sastramu cukup baik.”

Pria itu baru memujinya sedikit tapi Helena He sudah mulai congkak: “Tentu saja. Waktu aku menulis tesisku, semua dosenku saja sangat tersentuh. Mereka terus menerus memuji aku berbakat, dan mengatakan ke depannya pasti aku akan berada di jabatan penting...”

“Jabatan penting itu seperti siput yang berada di sebuah kantor dengan luas belasan meter persegi dan menjadi karyawan di penerbit majalah kecil?”

Wajah Helena He mengelam: “Itu karena waktunya masih belum sampai aku masih muda. Biasanya seseorang sukses saat mereka sudah berada di usia yang matang.”

“Memangnya kamu masih belum matang? Setelah melewati ulang tahun berikutnya, usiamu sudah 30.”

“Hei, Dennil Du! Kamu jangan sembarangan mengungkit usiaku! Apakah kamu tidak tahu membicarakan usia seorang wanita itu sangat tidak sopan? Penampilannya saja yang terlihat gentleman, tapi pemikirannya sama sekali tidak gentleman...”

Dennil Du mengatupkan mulutnya dan tersenyum: “Baiklah, selanjutnya aku tidak akan mengungkit usiamu lagi. Tapi ada sedikit hal yang harus aku ingatkan kepadamu.”

“Apa?”

“Tentang ajaran Konfusius yang barusan kamu katakan, diantaranya ada satu kalimat: Asalkan seseorang baik hati dan tidak menyimpang. Perkataan yang benar adalah asalkan seseorang melakukan apa yang ia kerjakan dengan serius dan sungguh-sungguh...”

“HAAH?!!”

Novel Terkait

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu