Someday Unexpected Love - Bab 82 Hadiah Ulang Tahun (1)

Helena He semakin bersedia setelah mendengar ucapan dari pemilik toko, karena dia juga ingin membuat Dennil Du merasakan seberapa tulusnya dia padanya.

"Baiklah, kalau begitu aku akan melakukannya sendiri."

Helena He menarik dan menduduki kursi itu, dia berkata kepada pemilik tokonya: "Berikanlah padaku bahan-bahannya."

"Tetapi kemungkinan tanganmu akan terlukai."

"Tidak apa-apa."

"Yang dibuat oleh tangan hasilnya tidak akan sebagus yang dibuat oleh mesin."

"Tidak apa-apa"

Tidak peduli apa yang pemilik toko itu ucapkan, Helena He selalu berkata tidak apa-apa, dulu mendengar kalimat bahwa membuat oleh tangan langsung lebih ada artinya, Helena He langsung bertekad untuk menyelesaikannya.

Melihat ketekunan dia, pemilik toko juga tidak berkata apa-apa lagi, dia kemudian memberikan bahan-bahan itu kepada Helena He, dan memperagakannya sebentar, lalu Helena He mulai membuatnya.

Awalnya dia berpikir bahwa itu mudah, tetapi setelah dia mencoba membuatnya barulah dia sadar bahwa ini tidak mudah, sekali tidak berhati-hati, bambu itu dapat melukai tangannya, meski adalah luka yang kecil, tetapi tetap saja akan terasa sakitnya.

Dia sangat berkonsentrasi menggunakan alat untuk memotong kepingan bambu itu, dan dia telah menggores sisi tangannya, karena terlalu berhati-hati, tidak disadari bulir-bulir keringat mulai mengalir di keningnya, dia bahkan tidak sempat untuk mengelapnya, target dia adalah menyelesaikan kado ini sebelum petang hari.

Pemilik toko mengerutkan keningnya melihat Helena He dari jarak yang tidak jauh, dan dia tidak tega berjalan kepadanya dan berkata: "Nyonya, apakah aku perlu membantumu?"

Helena He mengangkat kepalanya, dan tersenyum, berkata: "Terima kasih, tidak usah, aku bisa melakukannya sendiri."

"Ah, sungguh jarang kamu memiliki tekad dan niat seperti ini, sungguh siapapun pasanganmu, dia orang yang beruntung."

Wajahnya memerah, dia menunduk dan melanjutkan kegiatannya, dia berkata dengan pelan: "Aku hanya berharap dia bisa mengerti."

2 jam tidak terasa telah berlalu, kedua tangan Helena He akhirnya menyelesaikan sebuah surat cinta dari bambu. Meski kelihatannya sedikit kasar dan berantakan, hadiah ini dibuatnya dengan penuh perasaan dan tekad.

Pemilik toko membiarkan Helena He menuliskan isi hatinya menggunakan sebuah kuas, dia berpikir keras, dia merasa selain kata-kata pengharapan, dia tidak perlu menulis apa-apa lagi, meski banyak hal yang ingin ia bicarakan.

Tetapi jikalau hanya menulis kata-kata pengharapan, Helena He merasa ini akan membuatnya terlihat tidak tulus, ini adalah sebuah surat cinta, dan dibuat oleh tangannya sendiri, jika dia tidak menulis surat isi hatinya, maka 2 jam yang penuh dengan darah keringat dia sendiri itu akan berujung sia-sia.

Setelah berpikir, akhirnya dia menulis sebuah puisi cinta karya Xu Zhi Mo: "Paling tidak sekali dalam hidupmu, kamu melupakan dirimu sendiri karena orang lain, kamu tidak mengharapkan itu akan membuahkan hasil, kamu juga tidak berharap untuk berjalan bersama dengannya, kamu tidak berharap untuk memilikinya, bahkan tidak berharap kamu mencintaiku, aku hanya berharap di tahun-tahun kehidupanku, aku bertemu denganmu."

Saat turun dari gunung, kira-kira sudah pukul 6 sore, Helena He tebruru-buru membuka pintu mobil dan berkendara ke sebuah toko kue, untungnya saat sebelum dia naik gunung, dia sudah memesannya, jikalau tidak dia harus menunggu kuenya dibuat, dan tidak tau harus tunggu sampai kapan.

Satu tangan Helena He mengangkat kue, dan tangan satu lagi mengangkat kotak hadiah berisikan surat cinta berbahan dasar bambu itu, lalu pergi ke sebuah restoran paling romantis di kota.

Restoran ini pun memiliki cerita yang sangat menggugah hati, dengar-dengar ada sebuah pasangan yang terpisahkan selama 20 tahun, tetapi mereka akhirnya bertemu kembali dan memulainya dari awal, pemilik restoran ini membangun tempat ini demi memperingati perasaan yang tidak mudah ini, Helena He dari dulu memang sudah pernah mendengar, pasangan-pasangan sering datang kesini, dan semakin lama hubungan mereka semakin lama semakin kental, kentalnya sampai ke titik tertentu, dan bisa membuat mereka padat menjadi satu, tidak peduli melewati berapa lama waktupun, perasaan itu tidak akan mencair, dan tidak akan usang.

Meski ini hanyalah sebuah kabar burung, tetapi Helena He bersedia mempercayainya.

Jalan memasuki sebuah tempat reservasi, dia menaruh hadiah beserta kue, dan dengan tidak sabar menelpon Dennil Du, tetapi dering yang terdengar adalah Dennil Du sedang ada dalam telepon lain, dia dengan kecewa menutup teleponnya, bermaksud untuk menelponnya sesaat lagi.

Helena He membuka hordeng jendela, warna langit malam diluar dihiasi oleh kerlap-kerlip warna-warni, sungguh sangat indah.

Perasaan dia sangat baik, karena Dennil Du hanya membagi ulang tahun ke-30 nya bersama dengan Helena He, ini membuatnya merasakan, Dennil Du perhatian kepadanya, melebihi perhatiannya kepada Michelle Yang.

Ponsel yang terletak di pinggir meja bergetar dan berbunyi, Helena He dengan antusias mengeceknya, ternyata adalah nomor Dennil Du, hatinya langsung terasa hangat, ujung bibirnya tersenyum.

"Halo? Dennil, kamu sedang menungguku untuk menelponmu, benar?" Dia tersenyum dan mengangkat kepalanya.

Dennil Du yang sedang bertelepon tidak langsung menjawabnya, melainkan ia terdiam beberapa saat, dan berkata dengan santai: "Helena, maafkan aku, malam ini aku tidak dapat melewatkan hari ulang tahunku bersama denganmu."

Hati dia langsung hancur, senyuman di wajahnya juga sudah tidak terlihat, bahkan lengkungan yang tadinya terpampang di bibirnya perlahan-lahan mengecil, dan akhirnya menghilang.

"Kenapa?" Helena He bertanya dengan nada dingin.

Tidak ada suara yang terdengar dari ponselnya, Dennil Du bukan tidak mendengar pertanyaan Helena He, hanya dia tidak tega untuk mengatakannya.

"Pasti karena Michelle."

Dennil Du tidak bersuara, malah Helena He yang menggantikannya untuk menjawab pertanyaan itu, Dennil Du tidak bersuara, tidak menandakan bahwa dia tidak tau.

"Ya, malam ini perasaan Michelle agak sedikit sensitif."

Helena He tidak ingin menanyakan mengapa perasaan Michelle Yang sensitif. Helena He merasa dirinya sudah tidak dapat menahan semua ini, jadi dia tidak mungkin bertanya seperti itu lagi...

"Terserah." Helena He dengan lemas ingin menutup teleponnya, Dennil Du sekali lagi menekankan: "Helena, sungguh maafkan aku."

"Kamu tidak usah minta maaf, ini bukan salahmu, aku yang terlalu banyak berpikir!"

Dia dengan keras menutup tombol tutup telepon, dan melempar ponselnya ke ujung.

Tiba-tiba dia merasa dia tidak memerlukan hal yang lain, hadiah, kue, cerita tentang restoran yang menggugah hati, ketulusan dia, semuanya sudah tidak ia perlukan.

Dia dengan lemas tidur diatas meja, hati dia tersayat-sayat, tetapi ia tidak mengeluarkan air mata.

Malam ini adalah sebuah pelajaran bagi dia, mulai hari ini, dia tidak akan menaruh harapan pada siapapun, hal apapun, dengan begini, dia tidak akan kecewa seperti ini.

Kue yang begitu indah ini, sayang sekali tidak dimakan.

Dia bangun dan berjalan ke pojok ruangan, dia mengambil ponselnya di lantai, dan menekan nomor telepon Margaret Chu, dan menelponnya.

Setengah jam kemudian, Margaret Chu dengan napas yang terengah-engah, dan membuang tasnya, dia duduk di kursi, dan mengeluh berkata: "Apakah kamu orang gila? Orang sedang bertemu dengan teman dari internet, dan tiba-tiba kamu mengancamku kemari, oh, mentang-mentang kamu sendiri sudah menikah, jadi kamu tidak senang jika orang lain mencari pasangan?"

Novel Terkait

More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu