Someday Unexpected Love - Bab 209 Ibu Anak Bertemuan (1)

Setelah dia berkata dia tertawa dua kali, "Tapi tenang saja dengan Direktur Du kita, dia tidak selingkuh, dia sedang ada diruang rapat.”

Helena He memukul kepalanya, “Imajinasimu benaran cukup banyak, sayang tidak pergi menjadi penulis skenario!"

Asisten Niko memprotes sambil memegang kepala dan giginya menyeringai, "Jangan pukul kepala orang, kata ayahku."

Helena He kembali ke kantor Dennil Du, menunggunya kembali setelah rapat.

Tadi malam berubah ke tempat yang asing, dan orang yang sesusah payah dicari, tiba-tiba sudah menemukannya, kegembiraan hingga tidak dapat tidur nyenyak sepanjang malam.

Tidak sadar, dia sudah bersandar dan tertidur di sofa, linglung-linglung tidak tahu sudah tidur berapa lama, di telinganya terdengar ada seseorang yang memanggilnya, “Helena, Helena…”

Dia membuka matanya, dan ada sosok buram di depannya.

"Helena, kenapa kamu kembali lagi?"

Itu suara Dennil Du, penglihatannya akhirnya jelas, dia menatapnya dengan heran.

"Suami."

Helena He menyerbu ke dalam pelukannya, meskipun hanya terpisah satu hari, tapi juga sangat rindu.

"Terjadi masalah apa? Bukankah bilang satu minggu kemudian baru pulang?"

"Aku ingin memberitahumu sesuatu, jangan terlalu terkejut ..."

Dennil Du bertanya dengan bingung: "Masalah apa?"

"Sudah menemukannya ibu kandungmu, Aku pulang bersamanya."

Dia sekejap terbengong dan mengulurkan tangannya meremas pipinya, "Jangan-jangann kamu bermimpi?”

"Tidak, aku berkata hal bersungguh-sungguh!"

Helena He berburu-buru memberitahunya secara rinci apa yang terjadi selama perjalanannya ke Beijing. Setelah Dennil Du mendengarkannya, dia mengerutkan kening untuk waktu yang lama, ekspresinya wajahnya menjadi suram.

"Di mana dia sekarang?"

"Di Hotel Hilton."

"Ayo kita pergi."

Dennil Du bangkit, mengambil kunci mobil di meja, dan meninggalkan kantor bersamanya.

"Suami, aku tidak yakin apakah dia benar-benar adalah Nyonya Du, tetapi aku sudah mencoba tanya banyak hal yang terjadi pada Nyonya Du sebenarnya, dan dia menjawabnya dengan akurat, dan kamu boleh mencoba tanya dia lagi nanti."

Dennil Du tidak berbicara, matanya dingin.

"Suami, apakah kamu membenci sama ibu mertua?"

Melihatnya ekspresi Helena He kaku, menarik-narik pakaiannya.

"Jika itu adalah ibu kandungku, bukankah aku harus membencinya?"

Dia bertanya balik, ia diam.

Mobil berhenti dan Hotel Hilton sudah dekat. Helena He keluar dari mobil, tetapi Dennil Du tetap tidak bergerak..

“Dennil, turun,” dia mengingatkannya melalui jendela.

Setelah beberapa saat, dia menarik napas dalam-dalam, mendorong pintu dan berjalan turun dari mobil.

Sesampai di pintu kamar Nyonya Guan, Helena He membunyikan bel dan pintu terbuka. Di depan pintu tertegak adalah ibu mertua yang baru saja berpisah darinya selama kurang dari dua jam.

"Ibu, Dennil datang."

Helena He menunjuk Dennil Du di belakangnya, dia perlahan mengangkat matanya, menatap wanita di depannya untuk waktu yang lama, tidak berbicara sepatah pun.

"Dennil ..."

Wanita itu bergegas maju, memeluknya dengan erat dan menangis, tidak mampu mengendalikan diri lagi.

Mata Dennil Du juga memerah, dan Helena He yang berada di samping, melihat adegan reuni ini pun perasaan juga tercampur aduk.

Wanita itu lelah menangis, berbalik badan dan tersedak, menunjuk ke ruang tamu kamar: "Ayo kita masuk untuk bicara."

Tiga orang masuk ke kamar dan menutup pintu. Mungkin Dennil Du belum sepenuhnya beradaptasi dengan kejutan yang tak terduga ini, jadi dia tidak dapat terlihat rasa kegembiraan di wajahnya.

"Dennil, cepat sini biar ibu melihatmu ..."

Nyonya Guan berjongkok di depannya, dengan gemetar meraih dan menyentuh wajahnya, air mata terlihat sangat menyedihkan.

"Maafkan aku."

Dia membungkuk dan menangis lagi, "Dari hari aku meninggalkanmu, selama dua puluh tahun ini, yang paling ingin kukatakan padamu adalah minta maaf, Dennil, aku minta maaf kepadamu, aku benar-benar minta maaf ..."

Dennil Du menatapnya dengan dingin, dan berkata dengan suara serak, "Satu kata minta maaf, bisakah aku menyembuhkan luka di hatiku?”

Dia bangkit dan membelakangi dia, "Kamu tahu, kakak perempuan tertua karena bencana kebakaran itu, kehilangan wajah cantiknya dan kecerdasannya, menjadi orang yang ditakuti orang lain, kecerdasan hanya terhenti di umur 10 tahun? Kamu tahu, orang-orang dalam keluarga Du Hampir mati semua? Apakah kamu pernah tahu bahwa dalam dua puluh tahun ini, wanita yang kupanggil ibu, tetapi dalam hati tiada rasa cinta kasih keluarga, itu perasaan seperti apa?! "

Nyonya Guan menangis lebih sedih lagi, hampir kehabisan nafas, dan Helena He tidak tahan berlangkah maju, mengingatkannya dengan lembut, "Dennil, jangan berkata lagi."

Dia melampiaskan amarahnya, berbalik perlahan, menatap wanita yang sedih karena menangis, dan setelah diam lama, akhirnya berjalan ke arahnya, "Bahkan jika aku betapa membencimu, cinta aku padamu selalu lebih dari kebencianku padamu. "

Helena He mendengar katanya, akhirnya tersenyum lega.

Untuk memberikan kesempatan kepada ibu dan anak mereka untuk ada waktu berkomunikasi, Helena He mengusulkan, "Kalian bicara saja dulu, aku membawa koper pulang rumah dulu, nantinya baru datang lagi.”

"Baiklah", Dennil Du mengangguk.

Helena He kembali ke rumah Du, Marsha Du bergegas mendekatinya, dan berkata dengan senyum lembut, "Kak ipar, kamu sudah pulang?"

Kulit kepalanya mati rasa dan dia berkata, "Yah."

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu