Someday Unexpected Love - Bab 37 Wanita Gila (2)

Hari ini tidak ada orang dirumah, sehingga dia tidak perlu pergi keluar berjalan tanpa tujuan, sangat jarang dapat masuk keruang tengah dengan santai, namun tiba-tiba dia menyadari ada seorang wanita yang berdiri dibawah anak tangga dengan rambutnya yang berantakan, sedang menatapnya dengan dengan tatapan kebingungan.

Helena He pikir dia salah lihat, dia mengusap matanya, wanita itu dengan cepat membalikkan tubuhnya, dan menghilang sekejap mata.

Astaga, apakah dia melihat hantu disiang bolong? Dia berdiri ditempatnya semula kemudian menatap terkejut kearah tempat wanita itu berdiri tadi, terasa seperti sedang bermimpi.

Dia menggelengkan kepalanya dengan kuat, kemudian dia naik ke lantai atas dengan cepat, mencari hantu wanita tadi yang menghilang.

Luas rumah keluarga Du sangat luas, total kamar dan kamar tamu yang berada di lantai dua terdapat dua puluh kamar lebih, terdapat begitu banyak kamar, apakah dia harus memeriksanya satu per satu?

Ketika Helena He sedang bimbang dalam pikirannya......

Dia berjalan disepanjang lorong, terlihat seperti kerajaan bernuansa Eropa, berjalan mengikuti sebuah aroma yang misterius.

Entah berjalan hingga kamar yang ke berapa, tiba-tiba seseorang menepuk bahunya dengan ringan, dia memutar kepalanya dengan cepat, didetik berikutnya dia memekik hampir pingsan.

Aaaaaa——

Didepan matanya berdiri seseorang yang terlihat seperti bukan manusia, seorang wanita yang terlihat seperti hantu, rambutnya yang berantakan terurai hingga kebahunya, menutupi sebagian wajahnya, namun karena jarak mereka yang dekat, Helena He dapat melihat sisi wajah kirinya yang terlihat mengerikan.

Apakah kamu sedang mencariku? Hehe. Wanita jelek itu tertawa dengan bodoh.

Kamu, kamu manusia atau hantu? Helena He mundur beberapa langkah dengan takut, jantungnya hampir saja melompat keluar melalui tenggorokannya.

Aku bukan hantu...... aku adalah orang jahat...... Dia mengulurkan kedua tangannya, kearah Helena He.

Orang jahat?...... Ternyata dia orang gila.

Gila? ......Jangan-jangan dia adalah kakak tertua Dennil Du yang sering dibicarakan?

Helena He terkejut hingga jatuh terduduk diatas lantai, melihatnya yang semakin mendekat, dia segera bangkit kabur, sambil berlari sambil berteriak: Jangan ikuti aku, jangan ikuti aku!

Perlahan-lahan tidak ada suara dari belakang tubuhnya, dia menoleh kebelakang dengan gemetaran, akhirnya kakak gila itu tidak mengejarnya lagi.

Dia kembali ke kamarnya dengan kesadarannya yang belum kembali, dia terduduk diatas sofa tanpa bertenaga, hingga seharian, bahkan dia melewatkan makan siangnya, hingga Dennil Du kembali.

Mungkin dia mendengar dari pelayan rumah jika dia tidak keluar dari kamar seharian, juga tidak keluar untuk makan, jadi dia membuka pintu kamarnya, bertanya dengan penuh perhatian: Ada apa? Apakah kamu sakit?

Helena He beringsut ke sudut sofa, kedua tangannya memeluk kedua kakinya, berhadapan dengan tatapannya yang penuh perhatian, tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

Apa yang terjadi sebenarnya? Dennil Du yang melihat wajahnya pucat, semakin yakin jika dia sedang sakit.

Aku akan membawamu ke dokter. Dia memegang pinggangnya untuk menggendongnya, hingga akhirnya Helena He membuka mulutnya: Turunkan aku.

Dennil Du menurunkannya dengan bingung, kemudian berjongkok dihadapannya, menunggunya untuk berbicara.

Aku hari ini...... Ucapannya kembali terhenti, dia benar-benar tidak tahu bagaimana menceritakan masalah ini, sejak awal Dennil Du tidak pernah memberitahunya soal kakaknya yang gila, itu berarti pria itu tidak ingin dia mengetahuinya.

Kenapa dengan hari ini? Dennil Du semakin tidak mengerti.

Menghirup udara dalam-dalam, Helena He langsung menatap kearahnya: Aku hari ini melihat seorang wanita, seorang wanita gila.

Seperti yang diperkirakannya, Dennil Du tercengang, dan tatapan matanya tidak terbaca.

Apakah dia melakukan sesuatu padamu? Setelah terdiam cukup lama, dia bertanya dengan parau.

Helena He menggelengkan kepalanya: Tidak, hanya saja aku sedikit terkejut.

Aku mengerti. Dennil Du menganggukkan kepalanya: Maaf, seharusnya aku memberitahumu dari awal.

Apakah dia benar-benar kakakmu? Tebakan ini dia dengar pertama kali dari Karina Shi, walaupun dia tidak pernah memperdulikan hal itu, namun masih ada kesan yang tertinggal.

Iya. Dia menganggukkan kepala mengakuinya.

Wajahnya...... Helena He memperhatikan raut wajah Dennil Du, merasa penasaran namun tidak berani menanyakannya.

Terbakar. Dia menjawab dengan pelan, dalam matanya terlihat rasa sakit yang tidak dapat diukur dengan apapun.

Bagaimana bisa terbakar hingga seperti itu? Helena He terlahan-lahan tidak merasa takut lagi, tergantikan oleh sebuah rasa simpati yang mendalam.

Dennil Du bangkit berjalan kearah jendela, kemudian dia menyalakan sebatang rokok, menghembuskan kepulan asap rokok yang tebal, berucap dengan pelan: Ketika dia berusia sepuluh tahun, rumah kami mengalami kebakaran, kakak terbakar hingga merusak wajahnya, ketika terbangun dan melihat wajahnya sendiri, dia mengalami shock berat sejak saat itu dia menjadi seperti ini.....

Ternyata seperti itu.

Helena He menghembuskan nafasnya dalam, tiba-tiba teringat dengan satu hal, kemudian bertanya dengan ragu: Hari itu...... orang yang mendorongku dari atas apakah dia orangnya?

Menatap Dennil Du dengan tegang, raut wajahnya telah menjawab pertanyaannya.

Ya. Dennil Du menganggukkan kepala: Alasan aku tidak memberitahumu, hanya karena aku tidak ingin kamu merasa bingung.

Dia mengerti dengan keputusannya, namun seharusnya dia mengerti, jika tinggal dibawah atap yang sama, mereka pasti akan bertemu suatu saat nanti.

Jika hari itu dia mengatakan padanya yang sebenarnya, mungkin hari ini ketika dia melihat penampilan kakaknya yang seperti itu, dia tidak akan terkejut hingga seperti ini......

Dennil Du mematikan rokok yang ada ditangannya, memutar kepalanya, Ayo, aku akan mengajakmu keluar makan.

Helena He menggelengkan kepalanya: Tidak perlu, aku sedang tidak ingin makan. Disaat itu, hatinya terasa seperti tertekan oleh sesuatu.

Bagaimana bisa tidak makan. Pria itu menarik tangannya, memaksa untuk membawanya pergi keluar.

Helena He memberontak dari gengamannya: Sungguh tidak perlu, aku hanya ingin tidur dengan nyenyak.

Dennil Du menatap wajahnya yang masih terlihat sedikit pucat, bertanya dengan pelan: Kamu masih belum bisa melupakan bayangan kakak kan? Tiba-tiba dia menjadi sedih: Sebenarnya kakak adalah orang yang baik, waktu kecil, dia lah yang paling baik padaku.

Bukan, bukan...... Helena He terburu-buru mengibaskan tangannya: Baiklah aku akan keluar denganmu, bagaimana?

Dia tidak ingin membenci siapapun, apalagi kakak Dennil Du.

Dennil Du menunjukkan senyuman puasnya, kemudian menarik tangannya turun kebawah, ketika melewati ruang tengah, Sinta Dou menertawakannya.

Heh, siang tadi memanggilmu untuk turun tapi tidak turun juga, sepertinya Keluarga Du telah memperlakukan seseorang dengan tidak baik!

Helena He tersenyum datar: Ibu, aku tadi siang merasa tidak enak badan, Keluarga Du tidak memperlakukan siapapun dengan buruk, apalagi aku.

Nyonya Du mendengus, berucap pada Tuan Du yang sedang membaca koran: Suamiku, sepertinya kita harus pindah dari sini, daripada membuat orang lain merasa tidak nyaman.

Tatapan Tuan Ye langsung berpindah dari koran, menatap putranya dan istrinya tanpa ekspresi, dan tanpa mengatakan apapun.

Novel Terkait

More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu