Someday Unexpected Love - Bab 250 Bagian Final (5)

Tidak jauh dari tempat ia berjualan bunga, ada sesorang pengamen berkebangsaan Prancis yang sedang menyanyikan lagu bahasa Inggris ciptaannya sendiri, setiap hari ia selalu bernyanyi di tempat itu, pernah ia menunjukkan perasaan sukanya terhadap Helena He, hanya saja saat ia menerima penolakan, menjadikan ia tak berharap kembali, perbedaan antara orang luar dan orang China ada di, mereka sangatlah mudah melepaskan, sehingga hidup mereka menjadi lebih bahagia.

Helena He menggunakan konsentrasi penuh untuk mendengarkan lagunya, angin musim semi yang berhembus lembut, bercampur dengan aroma ringan dari bunga Corn Lily, dari kejauhan terlihat burung yang tak tau asalnya dari mana berterbangan di langit yang berwarna biru, di kondisi yang seperti ini, ia berpikir jikalau ia melalui hidupnya seperti ini sebenarnya juga tidak terlihat begitu buruk.

"Nona, berkian aku seikat bunga."

Sebuah bahasa mandarin yang begitu jelas terdengar oleh telinganya, tangannya menjadi sedikit gemetaran, apakah ada sebuah ilusi saat engkau sedang memikirkan seseorang, orang tersebut benar-benar muncul,

Itu telah menghantuinya bertahun-tahun lamanya, walaupun itu hanyalah sebuah ilusi belaka.

Perlahan ia menaikkan kepalanya, saat melihat seseorang yang berlutut di depan hadapannya, sejenak kepalanya terasa pusing, kemudian ia pun terlunglai jatuh ke tanah, sudah berapa lama dirinya tidak seperti saat ini yang tak dapat mengendalikan perasaannya sendiri.

Ia membuka mulutnya kemudian menutupnya, kemudian membukanya lagi, tetapi tak sepatah kata pun terucap, bersandar ke arah dinding sembari terbengong menatap pria di depan hadapannya, ia mengulurkan tangan hendak menggapai wajah pria tersebut, tetapi ia menyadari, bagaimana pun ia tak dapat menggapainya.

Apakah Tuhan sedang bercanda dengannya?

Mungkinkan karena ia benar-benar merindukannya, sehingga muncul lah halusinasi seperti ini?

Ia tidak mengerti, dan tidak memahami semua ini, yang ia tau hanyalah dadanya terasa sangat sesak seakan seperti sedang tersedak.

Pria tersebut berdiri, berjalan ke depan hadapannya, kemudian mengulurkan tangannya yang terlihat gemetaran dan memeluknya yang sedang lunglai, kemudian berkata: "Helena, lama tak berjumpa......"

Kali ini ia mendengar dengan sangat jelas, ia berkata, lama tak berjumpa.

Ia tidak pernah membayangkan sebelumnya, jika suatu hari ia di belahan sudut dunia yang lain dapat bertemu dengan seseorang yang sama persis dengan dia, tetapi itu bukanlah dia, sayangnya ia tidak pernah bertemu, sampai pada saat ini, bertemu dengannya, sehingga ia mendengar sebuah suara dari musim semi yang hangat serta bunga yang bermekaran......

"Siapa kamu......" Ia bertanya dengan terbengong.

"Aku adalah Dennil......" dia menjawab.

"Kamu bohong, dia telah meninggal......"

"Tidak, aku belum meninggal, aku masih hidup."

Dia memeluknya dengan erat, tubuhnya sedikit gemetaran, tetapi hatinya tak lagi ada detakkan.

Mencintai seseorang seperti ini selama enam tahun. Hatinya telah di dorong jatuh ke dalam jurang sebanyak dua kali. Ia tidak ingin menunggu hingga harapannya kembali penuh, tetapi kemudian menyadarinya, bahwa ini semua hanyalah mimpi indah belaka......

Angin terus bertiup, di pipinya terdapat sebuah cairan yang terasa dingin, itu adalah air mata, tapi itu bukanlah air matanya, melainkan adalah air mata pria yang sedang memeluknya.

Dennilnya sedang menangis, karena ia berkata, kamu bohong......

"Kita pulang."

Dengan tenang ia melepaskan pelukannya, kemudian membereskan bunga Corn Lily yang berada di atas tanah.

Tidak bertanya mengapa dia masih hidup, kalau ini hanyalah sebuah mimpi, maka ia rela selamanya tidak terbangun.

Saat kembali ke sebuah villa yang di penuhi oleh bunga Corn Lily, Benedict Du sedari tadi telah menunggunya di luar pintu, sedang menantikan kepulangan ibunya.

Melihat Helena He dari kejauhan, Benedict Du dengan gembira membuka lebar kedua tangannya, kemudian mengguncang-guncangkan tubuhnya, lalu memanggilnya dengan suara yang besar: "Ibu...... ibu......"

Helena He memeluk Benedict Du, menciumnya, sampai pada saat ia menyadari tatapan dari sang anak yang menatap pria di belakangnya dengan kebingungan, barulah perlahan ia membalikkan pandangannya ke belakang, dan tiba-tiba melihat sepasang mata pria tersebut telah berlinangan air mata......

"Ibu, dia siapa?"

Hidung Helena He seketika terasa nyeri, dengan kesulitan ia menjawab: "Dia adalah Ayah."

Ternyata Benedict Du masih terlihat asing dengan kalimat ayah, tidak jelas, dan tidak ada bayangan, ia merasa ketakutan kemudian bersandar ke pelukan ibunya, semenjak ia telah mengerti di dalam rumah ini tidak ada seorang laki-laki, tidak ada sosok seorang ayah.

Nyonya Guan berjalan keluar, saat ia melihat situasi yang ada di depan matanya, seketika ia tertegun beberapa detik, tiba-tiba ia kehilangan kesadarannya kemudian jatuh pingsan......

Dua jam kemudian, ia siuman kemudian duduk dengan perasaan panik dan langsung menggenggam tangan Helena He: "Ibu tadi melihat Dennil, ibu tadi benar-benar melihat Dennil......"

Helena He mengangguk: "Em, aku juga melihatnya."

"Sebenarnya apa yang terjadi? Apakah itu hanyalah ilusi kita saja?!"

"Ikutlah bersama ku."

Helena He menggengam tangannya, berjalan kearah depan jendela, dari luar jendela terlihat hamparan padang rumput yang luas, dan berbagai warna bunga Corn Lily yang bermekaran, di sana terdapat sebuah kursi santai yang terletak tengah-tengah tumbuhan bunga, saat ini, ada seorang anak kecil yang terlihat seperti malaikat sedang berbaring di lengan seorang pria dewasa yang tampan dan tertidur dengan nyaman di sana, sinar lembut dari matahari membias ke arah tubuh mereka, itu adalah sebuah pemandangan yang sangat indah, pemandangan terhangat yang telah muncul di dalam mimpi Helena He berkali-kali.....

Nyonya Guan sedikit tertatih mundur beberapa langkah, tertegun menatap menantu yang berada di sampingnya tersebut, dengan suara gemetar ia bertanya: "Ini, ada apa dengan semua ini?"

"Ibu, aku tidak tau, aku juga tidak berani bertanya, kamu dan aku sama, sama-sama takut ini semua adalah sebuah ilusi."

"Tidak mungkin, sama sekali tidak mungkin, tidak mungkin ilusi bertahan sampai selama ini!!"

Nadya Guan bergegas turun ke lantai bawah, Helena He ikut turun ke bawah dengannya, mereka berdua berjalan menghampiri Dennil Du, Nyonya Guan melangkah maju dan meraih tangannya: "Dennil, apakah benar ini Dennil?"

Ini bukanlah kali pertama ia melihat anaknya sendiri, tapi Dennil Du baru pertama kali melihat ibunya sendiri, ia mengangguk-anggukkan kepalanya: "Benar."

Ia menjawabnya dengan sangat tenang, sama sekali berbeda dengan pada saat ia melihat Helena He, tidak begitu banyak sakit hati, yang ada hanyalah sebuah perasaan asing.

Dennil Du memeluk Benedict Du, perlahan berjalan menuju villa, kemudian meletakkanya keatas tempat tidur di dalam kamar, dan menutup pintunya dan berkata kepada istri beserta ibunya yang berada di luar pintu: "Kalian ikut dengan ku, aku akan memberi tahu kejadian yang sebenarnya kepada kalian."

Ketiganya berjalan menuju ke ruang tamu, Dennil Du mulai menjelaskan kejadian yang sebenarnya terjadi pada saat tiga tahun yang lalu.

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu