Someday Unexpected Love - Bab 60 Aku Suka Padamu (2)

Kedua orang ini punya kesepakatan, Tony Lou mengangkat alis, balas dengan tatapan mata: “Emang dia pukul aku boleh?”

Dennil Du tidak ingin membuang-buang waktu, dia membungkuk dan menggendong Helena He, membawanya ke bahunya, dan berjalan menuju ke tempat mobil yang dipakiri.

Helena He tidak sangkah dia bakalan bisa pakai cara begini, dengan sebal dan malunya berteriak: “Hei, marga Du, kamu ngapain? Lepaskan aku!

Ditempat, Tony Lou tatapan sudah berubah menjadi gelap, dari badannya ambil sebuah pistol keluar, masih belum diangkat, sudah terlihat oleh Helena He dengan mata tajamnya itu, dia berserak-serak menunjuk dia dan berteriak: “Kamu berani!”

Dennil Du tidak tahu dibelakangnya ada bahaya, dia kira kata-kata itu berkata padanya, kemudian dengan dingin berkata: “Aku apa yang gak berani!”

Dia begitu keras hati tidak akan menurunkannya, jadi biar dia meronta-ronta dan berteriak-teriak, akhirnya juga tetap menyempilinya masuk dalam mobil, dan membanting mobil.

Inii bukan pertama kalinya dia begini naik mobilnya, tapi ini pasti kecepatan kencang yang baru pernah dirasakan.

Mobil berhentu di Villa tepi pantainya Dennil Du, Helena He walaupun sangat sebal karena dirinya langsung begitu diculik kemari olehnya, tapi dalam hatinya masih sedikit beruntung, beruntung Pistol Tony Lou akhirnya mendengari peringatannya, tidak menarik pelatuk pistol itu.

Siapa tahu, dia tadi terkejut hampir saja pingsan.

Dennil Du turun dari mobil, membantu buka pintu mobilnya, lihat dia emosi tidak ingin turun, langsung menggendongnya turun.

“Kamu ada penyakit ya? Menculik aku kesini ngapain ?!

Sampai diruang tamu, Helena He mendorong dia dan berteriak.

“Menculik? Kamu tidak bisa menggantikan dengan kata lain kah? Lihat kamu dengan teman kecil berkedip-kedipan mata, benar-benar buat orang kesal, kalau aku tidak membawamu pergi, apakah kamu sudah mempersiapkan diri serahkan padanya di malam natal yang seindah ini?“

Helena He sengaja membuatnya emosi: “Aku emang pikir demikian, kenapa? Aku dengan teman kecil bertemuan kamu merasa rugi kah? kalau kamu merasa rugi pergi cari Karina saja, jangan kira aku saja yang memiliki teman kecil!”

Dennil Du hampir emosi nak mati dibuat oleh wanita dihadapannya ini, tapi sekarang bukan saatnya untuk emosi nak mati, dia berusah menahan amarahnya, berkata: “Kamu bukannya ingin tahu kenapa aku memberi gelang padamu kan? Aku…”

“Aku sudah bilang aku tidak ingin tahu! Kamu tuli atau tinnitus?”

Dia sangat tidak bekerja sama, hingga membuatnya seseorang jadi meletus merapi: “Sekarang tidak ingin tahu juga tidak bisa lagi!”

“Lucu, kaki tumbuh di badan aku, aku tidak ingin dengar aku bisa pergi.”

“Kamu berani pergi, aku berani mengangkatmu kembali lagi!”

Ketika Dennil Du mengatakan kata ini, emosinya sudah sangat besar, Helena He tunjuk kearahnya berteriak: “Kenapa kamu emosi kearah aku?”

“Karena kamu wanita yang menyiksa aku hampir gila!”, dia berteriak.

Helena He tiba-tiba terdiam, ini pertama kalinya melihat dia tidak bisa mengontrolkan emosinya.

“Kamu gila ya gila, urusan dengan aku …ada apa.”, anehnya api tiba tiba semakin lemah.

Dennill Du maju selangkah, tatapan matanya sangat dingin sekali seperti es batu, seperti jurang yang tinggi dan dalam, membuatnya jadi terkejut, pelan-pelan mundur selangkah, dia malah semakin maju, hingga capai di sudut tembok, tidak ada jalan lagi.

“Kamu, wanita, aku harus bagaimanakanmu lebih baik? Dia menahan dan menutup mata, berulang-ulang memperingati dirinya jangan karena dia kehilangan kontrol, dengan tegas mengumumkan: “Nanti aku kasih tahu awalnya aku sudah kupersiapkan beritahumu, tapi sekarang, aku perlu melakukan satu hal, aku sudah menahannya terlalu lama…”

Sedetik lalu, Helena He belum sempat respon, kenapa Dennil Du mengatakan kata-kata yang aneh.

Sesampai dia napasnya terlalu terburu-buru, tatapan mata melihat dia sungguh aneh, ditambah lagi badan dia maju kedepan, menggurungnya dia bersama diantara tembok dan tubuhnya, dia baru respon kembali, mengerti apa yang dia ingin lakukan.

“Dennil, kamu dengar dengan yang jelas ya, masalah dulu aku boleh tidak memperhitungkan, tapi hari ini kalau kamu masih menjadi aku sebagai Michelle!”

Dia mengangkat kepalanya, menahan detak jantung, berkata kata-kata ini yang menurutnya bisa menambah keberanian dia.

“Kamu adalah kamu, dia adalah dia, aku tidak ada mencampurinya.”

Dennil Du dengan tenang mengatakan kalimat ini, tidak memberinya waktu untuk dia berpikir lagi, mulut yang panas sudah menggelilingi dia.

Otak sekejap kosong total, dia sudah lupa bersuara, sudah lupa meronta, kedua mata melotot besar, membiarkan dia dengan lembut cium.

“Helena, aku ingin kamu.”

Suara serakan Dennil Du membangun kesadaran Helena He, Helena He sekuatnya mendorong ida, kedua pipi memerah dan tunjuk padanya berkata: “Hari ini kamu ada alasan apa lagi? Diberi obat lagi dengan orang!”

….

“Helena, kita nikah selama ini, emang kamu tidak ada rasa sama sekali padaku?”

Dia mengerut kening bertanya, Helena He hanya dengan dingin berkata: “Kamunya? Emang ada rasa dengan aku?

“Sebelum bertanya kepada orang lain, memeriksa diri dulu.”

“Kalau aku tidak suka padamu, aku tidak mungkin tidak bisa mengontrolkan diri ku sendiri!”

Karena kata suka ini membuat Helena He terdiam disana, Dennil Du bilang dia suka padanya? Apa dia salah dengar?

“Kata suka yang kamu bilang itu adalah cinta kah?”, dengan wajah yang memerah dan pelan dia bertanya.

“aku bertanya padamu, kenapa tidak menjawab?”

Helena He dengan pelan bernapas, dengan penuh harapan memandangnya.

“Suka adalah salah satu macam dari cinta.”, Dennil Du memberi jawaban yang samar-samar.

“Kalau begitu jangan menyentuhku!”, dia sangat kecewa mendorongnya, berkeras kepala berkata: “Aku ingin bukanlah salah satu macam dari cinta, aku maunya cinta yang sepenuhnya!”

“Kamu tidak bisa memberikan aku sedikit waktu kah? kalau dari awal tidak rasa suka menjadi cinta, menurut kamu cinta itu nyata kah? Kalau aku secepat itu melupakan Michelle, meletakan seluruh cinta pada kamu, kalau demikian masa yang akan datang bisakah ada orang yang menggantikan kamu?”

Dia berkata hal yang nyata, juga masuk akal, Helena He tidak bisa membantahnya, dia perlahan-lahan menjongkok, sepasang mata menantap lantai terus, berkata dengan dirinya tanpa suara: “Yah sudah demikian saja, dia bisa suka kamu saja sudah bagus, kamu tidak boleh terlalu serakah.”

Novel Terkait

 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu